Bisa Membuat Wafer Pakan Ternak Dari Limbah Tani dan Sayuran

Solusi alternatif pakan ternak yang lebih baik

Isu tentang memanfaatkan limbah pertanian untuk pakan ternak itu selalu menarik.

Menariknya adalah karena kadang kita merasa risih ketika melihat limbah pertanian yang dibiarkan berserakan dan membusuk begitu saja.

Memang sangat disayangkan kalau itu semua hanya dibiarkan begitu saja. Seperti klobot jagung, tongkol jagung, limbah sayuran yang di pasar, jerami, limbah tebu dan seterusnya.

Tapi sekarang banyak yang mulai bekerja keras untuk berfikir supaya semua itu bisa dimanfaatkan.

Kecuali jerami padi, yang masih banyak dibiarkan membusuk di sawah dan di bakar. Selain itu sudah cukup banyak yang berebut untuk mendapatkan limbah dan dimanfaatkan ulang.

Entah itu dibuat pakan, kerajinan atau kompos. Semua langkah – langkah tersebut insyaAllah bisa menambah nilai dari sampah tersebut.

Setelah kita berhasil dan memenangkan kompeteisi dalam memperebutkan limbah pertanian tersebut, apa langkah selanjutnya?

Yap, bagaimana kalau kita membahasnya untuk dijadikan pakan saja. Karena kalau untuk kerajinan, itu bukan bidang saya. Dan saya sangat tidak mengerti tentang itu.

Di blog ini saya pernah menuliskan tentang pemanfaatan limbah pasar ini untuk dijadikan pakan ternak. Ini artikelnya

“Pembuatan silase dan hay limbah pasar untuk pakan kambing”.

Tapi ada solusi yang lebih baik dari kedua metode di atas. Karena hay memiliki kekurangan terlalu banyak ruang untuk penyimpanan. Kurang praktis.

Solusi yang lebih baik dan tidak memakan ruang penyimpanan yang banyak adalah wafer.

Wafer pakan ternak

Wafer ini adalah limbah pertanian atau limbah pasar yang dikeringkan kemudian dicampurkan ke dalam ransum dan dicetak kemudian press panas.

Karena bentuknya yang menyerupai wafer (makanan) maka jenis pakan ternak olahan ini dinamakan wafer.

Dibandingkan dengan silase dan hay, menurut saya wafer pakan ternak ini lebih efisien.

Bukan dari segi kandungan nutrisi. Kalau kandungan nutrisi itu tergantung dari bahan penyusun wafer itu sendiri.

Kalau bahannya ecek – ecek, ya kualitas nutrisinya juga tidak bagus.

Karena biaya produksinya cukup tinggi, maka akan rugi kalau hanya dibuat dari bahan yang kualitasnya jelek. Sekalian saja dibuat menjadi ransum komplit dengan kualitas yang memadai.

Kelebihan wafer yang saya sukai adalah ia tidak boros ruang penyimpanan.

Hal ini karena kerapatan wafer yang pernah dibuat [2], memiliki kerapatan 0,5 – 0,6 gram/cm3.

Ini setara dengan 500 kg – 600 kg per meter kubiknya. Kalau untuk kambing bisa untuk makan berapa ekor itu, hanya dengan ruang 1 meter kubik.

Bandingkan kalau untuk nyimpan silase, hay atau pakan segar, 1 meter kubik bisa nyimpan berapa kg?

Alat untuk membuat wafer pakan ternak

Sudah saya singgung di atas, biaya produksi untuk pembuatan wafer tidak murah. Tidak seperti membuat hay dan silase.

Tapi saya kira itu setara dengan kelebihan yang ditawarkan oleh wafer ini.

Kira – kira apa yang membuat biaya produksinya mahal?

Peralatan.

Peralatan yang digunakan untuk membuat wafer pakan ternak cukuplah mahal.

Pertama, harus ada mesin cacah. Meskipun dicacah dengan tangan bisa, tapi kalau bahannya banyak, 200 kg misalnya, ya repot juga.

Untuk jangka panjang eman – eman badannya. Mending tenaga dan fikiran dialihkan ke hal lain yang lebih produktif.

Makanya, tidak masalah investasi uang sedikit untuk membeli atau membuat mesih cacah.

Kedua, harus ada mesih pengering. Sebenarnya lebih efisien kalau pengeringan dilakukan dengan sinar matahari. Meskipun sedikit lebih lama, tapi biaya 100% gratis.

Itu kalau musim kemarau.

Biasanya pada saat musim kemarau, harga sayur mahal. Limbahnya mungkin juga sedikit karena merasa eman – eman kalau harus membuang yang cacat sedikit.

Kalau musim penghujan, sayur bisayanya lebih murah. Cacat sedikit saja biasanya dibuang.

Tapi saat jumlah limbah sayur melimpah, panasnya tidak ada.

Alat pengering mulai dibutuhkan saat kondisi seperti ini. Tidak harus oven listrik, greenhouse yang minim ventilasi juga bisa dipakai untuk mengoven.

Ketiga, alat press. Alat ini harus ada. Tidak sekedar alat press biasa. Tapi di bagian plat pressnya ada pemanasnya.

Bagian pressnya adalah untuk memadatkan tekstur wafer sedangkan panasnya untuk merekatkan bahan bahan penyususn ransum.

Kalau wafer lebih padat dan merekat, daya simpannya akan lebih lama.

Setidaknya dari ketiga alat tersebut, investasinya bukan main – main. Makanya, produksi wafer dari limbah ini kurang sesuai untuk peternak gurem.

Paling tidak hanya peternak besar yang bisa mengupayakannya. Atau, solusi yang paling koperatif adalah membentuk kelompok tani atau ternak.

Para peternak kecil bersama – sama mengadakan alat – alat tersebut. Kemudian mendatangkan bahan – bahan yang diperlukan.

Kemudian wafer diproduksi dan hasilnya dibagi secara merata.

Cara membuat wafer pakan ternak

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam membuat wafer ini adalah kandungan nutrisi dari ransum.

Wafer tidak terdiri seluruhnya dari limbah. Ada bahan lain atau konsentrat yang digunakan untuk menaikkan kandungan nutrisi dari wafer.

Komposisi limbah dalam wafer hanya sekitar 20% saja. Itu untuk jenis limbah klobot jagung. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang sangat lumayan.

Misalkan dari rencana produksi wafer sebanyak 1 ton, maka limbah yang bisa dimasukkan ke dalam ransum bisa sampai 200 kg.

Dari penelitian yang pernah dilakukan oleh guru besar IPB, contoh formulasi ransum untuk wafer bisa seperti ini.[2]

Ada berbagai macam komposisi ransum yang bisa digunakan. Nanti dibagian bawah akan saya coba berikan semuanya.

Bahan – bahan yang sulit untuk didapatkan, bisa diganti dengan konsentrat saja.

Ini hanya sebagai contoh saja. Karena kebetulan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah seperti itu.

Dengan komposisi bahan seperti di atas, kandungan nutrisi dari wafer adalah sebagai berikut.

Untuk cara membuat wafer pakan ternak secara lebih rinci adalah sebagai berikut:

1 . Mendatangkan bahan. Bahan – bahan ini berupa limbah yang diinginkan, bahan konsentrat dan beberapa macam mineral.

Limbah tidak harus klobot jagung. Tongkol jagung dan berbagai jenis limbah sayuran bisa dipakai.

Yang terpenting adalah komposisi ransum harus dihitung kandungan nutrisinya.

Kalau terpaksa hanya membuat wafer dari limbah saja, sepertinya juga bisa. Berarti nanti pemberian dilakukan secara terpisah antara wafer dan konsentrat atau hijauan.

Akan tetapi resikonya palatabilitas dari wafer yang hanya dari limbah belum teruji. Kalau ternaknya tidak suka, malah repot nantinya.

Dicampur dengan bahan berkualitas tinggi kan bisa meningkatkan palatabilitas wafer. Selain itu, pemberian pakan juga akan lebih praktis dan efisien.

Karena dalam wafer sudah terkandung hijauan dan konsentrat. Sumber energi atau serat, protein dan mineral sudah terpenuhi hanya dari wafer itu saja.

2 . Memperkecil ukuran hijauan dan limbah. Rumput dicacah menjadi kecil – kecil, ukurannya sekitar 3 – 5 cm. Klobot jagung kalau bisa dicacah juga. Begitu pula kalau limbah yang digunakan selain klobot jagung.

Bahan yang telah dicacah kemudian dikeringkan. Terserah mau dijemur atau dioven. Kadar air sampai setara dengan bahan yang lain. Biasanya maksimal kadar air 12%.

kalau dijemur, biasanya butuh waktu antara 3 – 7 hari. Tergantung wilayah dan terik sinar matahari.

Setelah kering kemudian bahan tersebut digiling kasar. Setidaknya saringan untuk gilingannya berdiameter 3,5 mm.

3 . Mencampur bahan dengan perekat. Pencampuran bahan yang sudah digiling dengan perekat dilakukan secara terpisah dengan konsentrat.

Perekat dalam hal ini adalah molases dan onggok.

Hijauan dan limbah giling dicampur sampai merata dengan molases dan onggok. Baru kemudian mencampur konsentrat dengan molases dan onggok.

Kemudian keduanya dicampur jadi satu sampai benar – benar homogen atau rata.

Baru kita masuk ke bagian pencetakan.

4 . Ransum kemudian dimasukkan ke dalam cetakan dan dipress. Besarnya tekanan adalah 15 kg/cm2.

Kalau misalkan ukuran cetakannya 30 cm x 30 cm, berarti luasnya 900 cm persegi. Berarti tekanannya sebesar 13500 kg atau 13,5 ton.

Untuk bisa menghasilkan tekanan sebesar ini, bisa menggunakan dongkrak hidrolik yang biasa dipakai untuk dongkrak truk itu. Tinggal dimodifikasi di bengkel las saja.

Bersamaan dengan saat menekan, cetakannya dipanasi. Panas yang dibutuhkan adalah sebesar 150 derajat celcius selama 10 menit.

Setelah itu wafer dibiarkan di suhu ruang selama 24 jam.

Ok, wafer pakan ternak bisa dipacking untuk disimpan.

Membuat Wafer Semua harus terukur

Kalau semua peralatan tersedia, membuat wafer untuk pakan ternak sepertinya mudah.

Tapi tidak boleh dimudahkan begitu saja.

Semua parameter harus pas. Pas untuk ukuran ternak.

Mulai dari kadar air, kerapatan, daya serap air, dan palatabilitas wafer.

Kalau kadar air tinggi, maka wafer akan mudah berjamur. Sehingga tidak layak lagi untuk dikonsumsi oleh ternak.

Kerapatan atau kepadatan wafer akan berpengaruh terhadap daya serap air. Kalau kerapatan terlalu tinggi, daya serap airnya akan kecil.

Kenapa kerapatan ini penting adalah supaya waktu wafer terkena air liur ternak, wafer akan mudah hancur dan bisa dimakan.

Kalau terlalu keras, kasihan ternaknya.

Bahan, komposisi ransum dan metode pembuatan wafer di atas sudah teruji[2]. Bahkan peneliti mendapatkan penghargaan atas penelitiannya ini.

Semoga ini bisa berguna dan bisa membantu perkembangan peternakan di Indonesia supaya lebih maju lagi.

Contoh – contoh komposisi wafer pakan ternak dari limbah sayuran

Wafer dari klobot jagung, limbah tauge dan daun kembang kol

Bahan tersebut bisa 100% menggantikan penggunaan hijauan. Tapi penelitiannya digunakan untuk domba.[4]

Wafer dibuat tidak dicampur dengan konsentrat. Jadi, pemberian antara wafer dan konsentrat dilakukan secara terpisah.

Perbandingan antara klobot jagung, kecambah tauge dan daun kembang kol adalah 25%, 50% dan 25%.

Kandungan nutrisi dari bahan – bahan tersebut adalah sebagai berikut.

Wafer dari tongkol jagung

Semisal limbah yang banyak tersedia adalah tongkolnya jagung, itupun bisa dibuat wafer.

Menurut penelitian, tongkol jagung ini bisa digunakan dalam ransum komplit antara 30% – 40%.

Tapi karena kandungan nutrisinya yang jelek, tongkol jagung harus dicampur dengan bahan lain yang kandungan nutrisinya tinggi. Misalnya, konsentrat.

Kandungan nutrisi dari tongkol jagung adalah sebagai berikut.

Berat kering 90%,

Protein kasar 2,8%,

Lemak kasar 0,7%,

Abu 1,5%,

Serat Kasar 32,7%,

Dinding sel 80%

Selulosa 25%,

Lignin 6% dan ADF 32%.[1]

Bahan dan komposisi ransum yang bisa digunakan untuk membuat wafer dari tongkol jagung ini bisa seperti ini.

Dengan bahan seperti di atas, kandungan nutrisi dari ransum tersebut adalah sebagai berikut.

Bahan Kering 78.13,

Bahan Organik 83.06,

Protein Kasar 11.03,

Serat Kasar 22.97,

Lemak Kasar 4.60,

Kalsium 0.34, dan

Phosfor 0.31.[1]

Beberapa penelitian masih bisa diuraikan lebih detail lagi, tapi biar tidak terlalu panjang, masing – masing nanti akan saya tulis di artikel yang berbeda.

Ditunggu saja.

Saya kira sampai disini dulu untuk artikel wafer pakan ternak ini, semoga ada manfaatnya. Terima kasih.

Referensi

[1] Indyani, Dian. 2014. Pengaruh Pemberian Wafer Pakan Komplit yang Mengandung Berbagai Level Tongkol Jagung Terhadap Konsumsi Bahan Kering, Bahan Organik, dan Protein Kasar Pada Kambing Kacang Jantan. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar.

[2] Y. Retnani*, W. Widiarti, I. Amiroh, L. Herawati & K.B. Satoto. Daya Simpan dan Palatabilitas Wafer Ransum Komplit Pucuk dan Ampas Tebu untuk Sapi Pedet. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Media Peternakan, Agustus 2009, hlm. 130-136.

[3] Utomo, Sahrul, Ichsan Gigih Prakoso dan Rifi Waluyo Djati. 2013. Laporan Akhir Program Kreatif Mahasiswa “Dwafers: Wafer Ransum Komplit Ternak Berbasis Limbah Pasar Tradisional. IPB Bogor.

[4] Kamesworo, Sondhy. 2009.Pemberian Wafer Limbah Sayuran Pasar Terhadap Konsumsi, Pertambahan Bobot Badan dan Konversi Pakan Ternak Domba. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

2 comments

  1. Penyimpanan yang baik, tidak terkena sinar matahari dan hujan langsung. Tertutup rapat dengan plastik, ruangan tidak lembap, tidak menyentuh langsung ke lantai.
    bisa bertahan 6 bulan dengan kadar air maksimal 12%.

  2. Berapa lama wafer pakan ini bisa disimpan, dan bagaimana cara penyimpanan yang baik?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *