warna lampu bisa mempengaruhi produksi ternak puyuh

Lampu Untuk Puyuh Petelur Yang Bisa Meningkatkan Produksi

Lampu untuk puyuh petelur bila diberikan dengan tepat bisa meningkatkan efisiensi produksi telur. Mungkin dalam skala usaha yang kecil kurang terasa, tapi skala besar efisiensi ini akan terasa.

Fokus pada bibit, Lampu untuk puyuhnya Nanti

fokus pada bibit puyuh yang berkualitas

Ternak apapun itu, ternak puyuh petelur, ayam petelur dan itik petelur, bibitnya harus berkualitas. Kalau tidak, sudah pasti hasilnya kurang memuaskan.

Kalau dipaksakan bakalan capek. Sudah keluar modal duit, waktu dan tenaga tapi hasil tidak memadai. Bisa – bisa malah bikin kita frustasi. Ya nggak…?

Terus, bagaimana bibit yang berkualitas itu?

Kalau kita awam tentang persoalan bibit ini, sebaiknya sabar dulu. Jangan terburu – buru mengambil keputusan.

Banyak baca dan cari informasi sebanyak – banyaknya.

Siapa tahu bisa membantu, saya pernah menulis artikel tentang manajemen bibit ternak puyuh ini.

Silahkan dibaca – baca, kalau tidak keberatan. Ini link artikelnya.

Manajemen ternak puyuh hasil dari magang.

Anggap saja kita sudah dapat bibit puyuh dengan kualitas yang baik. Selanjutnya adalah pemeliharaannya.

Pemeliharaan juga harus dilakukan dengan sebaik – baiknya. Kandang puyuh, kualitas pakan dan air minum semua perlu diperhatikan.

Hal ini karena untuk menghasilkan bibit puyuh yang berkualitas, kita perlu memperhatikan faktor dari dalam dan dari luar. Atau kita bisa menyebutnya faktor internal dan eksternal.

Kalau faktor dari dalam, itu dari kualitas bibit, genetik dan jenis puyuhnya. Kita tidak bisa berbuat banyak untuk ini.

Makanya, sebelum membeli bibit puyuh harus benar benar diseleksi terlebih dahulu.

Kalau faktor dari luar, masih memungkinkan kita untuk bisa memaksimalkannya. Misalnya, untuk pakan, kandang dan lingkungan.

Hal – hal itu masih bisa kita upayakan yang terbaik.

Tapi, saya sekarang akan fokus pada faktor eksternal yang lain. Yaitu masalah lampu dan warna lampu pada ternak puyuh.

Kalau faktor yang lainnya, sudah pernah saya bahas di tulisan – tulisan saya sebelumnya.

Fungsi lampu untuk puyuh petelur

Sepertinya sepele ya..cuma lampu kok dibahas panjang lebar. Fungsi lampu ya sudah jelas, supaya kandang menjadi terang dan puyuh tidak gelap – gelapan.

Pendapat seperti itu ada benarnya, karena memang seperti itu kan fungsinya lampu. Tapi lebih jauh, ternyata lampu bisa memberikan efek yang lebih baik bagi ternak puyuh.

Biar lebih tepat, bukan lampunya yang akan saya bahas tetapi cahayanya. Cahaya itu adalah sinar – sinar yang dipancarkan oleh lampu.

Puyuh tidak peduli dengan lampu yang Anda gunakan. Akan tetapi tubuh puyuh merespon cahaya dari lampu yang anda gunakan.

Responnya puyuh terhadap cahaya ini berada pada level hormonalnya. Jadi, hormon puyuh bisa dipengaruhi oleh cahaya dari lampu itu.

Hormon apa itu?

Cahaya akan masuk melalui mata. Kemudian diteruskan ke otak dan merangsang kelenjar pituitari untuk menghasilkan hormon. (Tolong koreksinya jika saya salah).

Hormon yang dihasilkan adalah hormon gonadotropin. Hormon ini hormon kesuburan lho. Ia sangat erat kaitannya dengan reproduksi.

Selain bisa mempengaruhi hormon reproduksi, cahaya pada ternak puyuh juga bisa merangsang hormon pertumbuhan.

Pada usia tertentu, usia pertumbuhan tentunya, jenis warna cahaya yang tepat bisa merangsang nafsu makan puyuh menjadi lebih tinggi. Sehingga pertambahan bobotnya menjadi lebih cepat.

Mulai menarik kan…yuk lanjutkan.

Akan tetapi tidak semua cahaya bisa efektif untuk merangsang hormon pada puyuh. Hanya jenis cahaya tertentu yaitu cahaya monokromatik.

Cahaya monokromatik itu misalnya cahaya dengan warna merah, kuning, hijau dan biru. Kalau putih, itu bukan monokromatik melainkan polikromatik.

Selain warna cahaya, ternyata lama pencahayaan juga berpengaruh.

Satu per satu nanti akan saya uraikan. Jadi, keep reading. Terus baca. Kalau capek, istirahat dulu saja.

Berapa jam pencahayaan yang maksimal pada puyuh?

berapa jam lampu untuk puyuh petelur

Kita punya waktu 24 jam dalam sehari. Lampu paling tidak menyala pada malam hari. Kira – kira adalah 12 jam.

Apakah 12 jam tersebut sudah cukup? Ataukah perlu ditambah lagi? Menjadi 16 jam atau 20 jam misalnya.

Bukankah itu malah membuat boros listrik dan biaya produksi menjadi naik?

Untuk menemukan jawabannya, kita akan lihat pada penelitian yang dilakukan oleh Shakeel ahmed wagan dari Pakistan.[1]

Dia ingin meneliti apakah lama waktu pemberian cahaya bisa memberikan pengaruh pada produksi telur puyuh, konsumsi ransum, usia dewasa kelamin dan seterusnya.

Masing – masing kelompok puyuh diberi cahaya selama 12 jam, 16 jam dan 20 jam.

Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan.

Secara singkat, hasilnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

lampu untuk puyuh petelur

Pada gambar tersebut ada tiga blok, yaitu blok 12 jam, 14 jam dan 16 jam.

Warna biru menunjukkan produksi telur, warna orange adalah konsumsi ransum dan yang kuning, menunjukkan usia dewasa kelamin puyuh.

Dari ketiga parameter tersebut, hasil tertinggi diperoleh dengan memberi cahaya pada puyuh selama 20 jam.

Produksi telurnya 68,7%, konsumsi ransumnya 24,25 gram/ekor dan Usia dewasa kelamin dicapai pada usia 29 hari.

Akan tetapi dari penelitian tersebut tidak dijelaskan apa warna dari lampu yang digunakan.

Oleh karena itu kita akan mencari informasinya dari penelitian yang lain.

Warna cahaya seperti merah, kuning, hijau dan biru bisa saja memberi pengaruh yang berbeda terhadap performa burung puyuh.

Manakah yang memberikan pengaruh terbaik, mari kita sama – sama lihat hasilnya.

Cahaya putih selama 16 jam pada puyuh[3]

Kalau informasi di atas kan masih kurang jelas, menurut saya. Untuk itu, saya berikan informasi dari penelitian yang lain.

Kali ini penelitiannya dilakukan oleh orang Indonesia sendiri. Dari UGM Jogja. Tapi sudah lama sekali.

Penelitiannya menggunakan 180 ekor puyuh betina. Usianya 50 hari. Jadi, di usia tersebut puyuh sudah benar – benar siap bertelur.

Cahaya yang digunakan adalah cahaya berwarna putih. Untuk lama waktu penyinaran, dilakukan selama 12 jam, 14 jam dan 16 jam per hari.

Penelitiannya ini dilakukan cukup lama, yaitu 12 minggu atau 3 bulan. Jadi, menurut saya cukup representatif lah untuk dijadikan rujukan.

Hasilnya bisa dilihat pada gambar berikut.

lampu untuk puyuh petelur

Keterangannya hampir sama dengan gambar yang di atas. Warna biru itu menunjukkan produksi telur rata – rata, warna orange adalah konsumsi ransum rata – rata dan warna kuning adalah konversi ransumnya.

Hasilnya sama seperti gambar di atas. Performa puyuh tertinggi ada pada pemberian cahaya selama 16 jam.

Semakin lama pencahayaan, maka performa puyuh semakin tinggi. Dari dua penelitian yang berbeda ini, bisa kita tarik kesimpulan bahwa pencahayaan dengan lampu selama 12 jam saja, sepertinya masih kurang.

Jangan juga diambil kesimpulan semakin lama pencahayaan, produksi telurnya semakin tinggi. Ini kurang pas kalau menurut pendapat saya.

Perhatikan produksi telur tertinggi. Nilai produksinya adalah 77,8 %.

Normalnya, produksi telur puyuh memang segitu kan? Puyuh yang berkualitas baik dan dipelihara dengan manajemen yang baik bisa bertelur sebanyak kurang lebih 80%.

Lampu itu mungkin hanya membuat burung puyuh tidak mudah drop. Jadi performanya bisa stabil.

Warna lampu untuk puyuh petelur supaya produksi puyuh maksimal

Sebenarnya seberapa banyak sih, pengaruh warna cahaya ini?

Saya kira perlu saya sampaikan bahwa penambahan produksi ini bukan berarti puyuh yang biasanya sehari bertelur sekali, kemudian bisa bertelur 2 kali sehari.

Sekali lagi, bukan yang seperti itu ya…Kalau maunya seperti itu, berarti perlu adanya rekayasa genetika. Dan sepertinya sampai saat ini belum ada unggas yang bisa bertelur 2 kali sehari.

Yang paling memungkinkan adalah konsumsi ransumnya menjadi lebih efektif.

Artinya efektif adalah puyuh makannya lebih sedikit tapi produksi telurnya bisa normal. Ini kan bisa menghemat pakan.

Dengan kata lain, konversi ransumnya menjadi lebih rendah.

Selain itu, pertambahan bobot badan yang lebih tinggi juga bisa.

Dari penelitian yang pernah dilakukan, hasilnya memang seperti itu.

Pada tabel di bawah ini adalah hasil singkat dari penelitian yang pernah dilakukan.[2] 

lampu untuk puyuh petelur

Penjelasan dari gambar tersebut adalah seperti ini.

L0 adalah ternak puyuh yang diberi pencahayaan lampu pijar 5 watt. L1, L2 dan L3 adalah puyuh yang diberi cahaya lampu LED dengan warna masing – masing merah, hijau dan biru.

Lama pencahayaan dilakukan selama 12 jam, yaitu mulai jam 6 sore sampai jam 6 pagi. Usia puyuhnya adalah 4 – 12 minggu.

Hasilnya adalah cahaya warna hijau ternyata membuat bobot badan puyuh lebih tinggi. Bisa dilihat bahwa pertambahan bobot badan hariannya lebih tinggi.

Konversi ransumnya juga paling rendah, meskipun nilainya sama dengan cahaya warna biru.

Sampai sejauh ini kita bisa melihat bahwa meskipun puyuh produksi telurnya sama, tapi jumlah pakan yang dikonsumsi lebih sedikit.

Meskipun perbedaannya cuma sedikit, tapi menurut saya itu sudah lumayan.

Coba bandingkan perbedaan antara puyuh yang diberi lampu hijau, biru dan lampu pijar.

Perbedaan konsumsi pakannya bisa sampai 2 gram per hari. Kalau puyuh yang dipelihara 1000 ekor misalnya, maka per hari kita bisa hemat sekitar 2 kg pakan.

Kalikan saja dengan harga atau biaya per kg pakannya. Jika per kg pakan 5.000, kita bisa hemat 10.000 rupiah per harinya.

Kesimpulan

Memberi penerangan pada puyuh tidak serta merta hanya penerangan saja. Dibalik itu, ada manfaat lain yang kadang tidak kita sadari.

Tapi kebanyakan peternak puyuh belum banyak yang menerapkan cahaya dengan warna – warna ini.

Semakin lama pencahayaan, performa puyuh bisa menjadi lebih baik. Pencahayaan optimal bisa diberikan selama 16 jam.

Cahaya bisa menggunakan lampu pijar atau lambu TL yang warnanya putih.

Atau kalau ingin lebih keren, bisa menggunakan lampu warna – warna.

Dari penelitian di atas warna lampu yang baik adalah hijau dan biru. Lampunya LED.

Bukan lampu pijar yang bola kacanya dicat dengan warna hijau atau biru.

Tapi, lampu dan pencahayaan ini hanya sedikit faktor yang bisa diupayakan supaya performa ternak puyuh menjadi optimal.

Masih banyak faktor lain yang sebenarnya pengaruhnya lebih besar.

Faktor tersebut adalah manajemen pemeliharaan, pemilihan bibit, pakan dan kebersihan kandang.

Jadi, menurut saya sendiri, jangan terlalu ambil pusing dengan masalah lampu ini. Lebih baik fokus pada hal – hal yang lebih penting seperti pada poin – poin di atas.

Ok, saya kira sampai di sini dulu tentang lampu untuk puyuh petelur ini.

Terima kasih dan sampai jumpa lagi.

Referensi

[1] Wagan, Shakeel Ahmed at all. Effect of Light Duration On Productivity of Japanese Quail. International Journal of Current Research Vol. 9, Issue, 01, pp.45594-45596, January, 2017.

[2] Winata, Norma, Koen P. Dan Silvana Tana. Pertumbuhan Puyuh (Coturnix coturnix japonica L.) Setelah Pemeliharaan dengan Cahaya Monokromatik. Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 2 Nomor 2 Agustus 2017 e-ISSN 2541-0083 ejournal2.undip.ac.id/index.php/baf/index.

[3] Anwar, M., Nasroedin, Jafendy H.P.S. 1980. Pengaruh Cahaya Terhadap Produksi Telur Puyuh yang Dipelihara dalam Kandang Battery dan Litter. Lembaga Penelitian UGM Yogya.

One comment

  1. Allah itu kasih Terima kasih joyo sulistyo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *