em4 peternakan untuk puyuh

Cara EM4 Peternakan Untuk Puyuh Sebagai Peningkat Hormon Pertumbuhan dan Melawan Infeksi Salmonella

Apa yang bisa dilakukan EM4 peternakan untuk puyuh?

EM4 peternakan untuk puyuh bisa berperan sebagai probiotik. Karena EM4 peternakan di dalamnya terdapat beberapa jenis mikroorganisme hidup dan tidak bersifat tidak patogen.

Jika mikroorganisme tersebut bisa masuk ke sistem pencernaan puyuh, maka mereka akan bekerja sesuai dengan tugasnya.

Tugas atau fungsi mikroorganisme tersebut bisa menguntungkan bagi puyuh dan juga peternaknya.

Hal ini karena probiotik sudah diketahui sejak lama bisa meningkatkan performa produksi ternak unggas. Tidak hanya probiotik untuk ayam petelur dan ayam pedaging saja, tapi juga pada burung puyuh.

Penelitian – penelitian tentang penggunaan probiotik untuk ayam petelur dan pedaging sangat banyak referensinya. Tidak heran, karena kedua jenis unggas tersebutlah yang sangat terpengaruh dengan kebijakan pemerintah terkait pakan.

Manfaat em4 peternakan untuk puyuh

Selain pakan yang sangat tergantung dengan pakan pabrikan, sekarang pakan pabrikan juga tidak diperbolehkan menambahkan antibiotik pada produk mereka.

Antibiotik ini sangat membantu sekali dalam memicu pertumbuhan dan produksi kedua unggas tersebut. Selain itu, kemungkinan itu yang membuat kenapa pakan buatan sendiri dan pakan pabrikan hasilnya berbeda. Lebih bagusan pakan pabrik.

Tapi sekarang berbeda. Antibiotik dalam pakan pabrik sudah tidak boleh. Maka, ramailah probiotik digadang – gadang bisa sebagai pengganti antibiotik. Padahal, sudah lama diketahui.

Usaha ternak puyuh yang tidak menjadi pangsa pasar besar bagi produsen pakan, sepertinya kurang mendapat perhatian.

Riset dan studi yang mendalam belum banyak dilakukan untuk puyuh. Kalaupun ada, strain bakteri yang digunakan harganya mahal dan sulit penangannya.

Oleh sebab itu, studi yang dilakukan untuk mengetahui EM4 peternakan untuk puyuh sangat sedikit yang bisa diperoleh.

Bisa jadi, karena EM4 peternakan adalah produk komersil, para ahli tidak ingin melakukan endorsemen secara tidak langsung. Yaitu dengan menerbitkan merk EM4 pada hasil riset mereka. Hmm…masuk akal.

Tapi bagaimanapun juga, em4 adalah pilihan yang paling murah saat ini. Mudah ditemukan dan hampir disetiap toko peternakan kampung ada.

Selain itu, em4 peternakan juga terdiri dari bakteri dan kapang yang fungsinya sangat menguntungkan.

Ada yang berperan sebagai penekan bakteri patogen, pengurai protein dan pengurai serat kasar.

Secara spesifik kita akan membahas itu pada sub di bawah ini.

Fungsi Kandungan Mikroba EM4 peternakan untuk puyuh

Kita bisa mengkomparasikan hasil studi yang sudah ada, dengan melihat secara detail pada jenis mikroba yang terdapat pada em4 peternakan.

em4 peternakan untuk puyuh

Jika kita menemukan referensi yang secara spesifik memakai EM4 peternakan, maka beruntunglah kita (Ya Hana Na).

Kita tinggal memahaminya dan menerapkannya, jika hasil dari referensi tersebut ternyata bagus.

Akan tetapi jika tidak spesifik em4 peternakan, harus dilihat lebih detail lagi. Jenis mikroba yang dipakai apakah termasuk dalam Em4 atau tidak.

Oleh karena itu, tidak ada salahnya kalau kita melihat lebih detail terhadap kandungan mikroorganisme dalam em4 peternakan ini.

Mikroba yang terdapat pada em4 peternakan ada 3 jenis mikroba. Ketiga jenis dari mikroba tersebut adalah:

  1. Lactobacillus casei.
  2. Saccharomyces cerevisiae dan
  3. Rhodopseudomonas palustris.

Ketiga mikroorganisme di atas adalah spesies spesifik dari genusnya masing – masing. Misalnya, Lactobacillus casei adalah spesies bakteri dari genus lactobacillus sp.

Memahami genus pada taxonomi bakteri secara sederhana bisa dengan analagi seperti ini.

Kita pernah mendengar istilah bani A, bani B dan seterusnya. Anggap saja A itu adalah genus.

A mempunyai keturunan 1,2,3 dst. 1, 2, 3 dst tersebut adalah spesies. Jika 1, 2, 3 dst masing – masing punya turunan lagi, turunannya bisa dianggap sebagai subspesies.

Oleh karena itu, antara spesies biasanya memiliki fungsi dan cara kerja yang hampri mirip – mirip. Kalau tidak bekerja secara bersama, ya antara satu dengan yang lainnya saling melengkapi.

Ketiga mikroorganisme pada Em4 peternakan memiliki kerapatan atau kepadatan yang hampir sama.

Untuk Lactobacillus casei dan Saccaromyces cerevisiae memiliki kerapatan sebesar 1,5 x 106 cfu/ml. Sedangkan Rhodopseudomonas palustris kerapatannya sebesar 1 x 106 cfu/ml.

Kerapatan ini perlu diperhatikan karena perbedaan satu angka saja pada nilai pangkat, kelipatannya sudah puluhan kali.

Lactobacillus casei adalah bakteri yang secara alami terdapat pada saluran kencing dan mulut kita (manusia). Bakteri ini bisa bekerja pada range pH dan Temperatur yang sangat luas. Bisa hidup di kondisi asam ataupun basa.

Bakteri ini bisa menghasilkan enzym amilase. Enzim yang digunakan dalam mencerna karbohidrat. Tapi yang mencerna bukan tugas L. Casei melainkan L. Acidophilus.

Artinya, L. Casei akan memberikan bantuan enzim yang lebih banyak pada L. Acidophilus untuk mengurai zat gula dan menghasilkan asam laktat.

Nah, lingkungan yang penuh asam laktat ini bisa menekan perkembangan beberapa bakteri patogen pada pencernaan puyuh.

Oleh karena itu, penggunakan spesies lactobacillus ini sangat luas.

Penggunaan paling banyak pada industri sapi perah. Contoh produk yang menggunakan L. Casei ini adalah yakult.

Artinya, selain digunakan pada hewan (ruminansia) dan puyuh, salah satu bakteri yang terdapat pada EM4 peternakan juga banyak dipakai pada makanan manusia. Sebagai probiotik lebih tepatnya.

Saccharomyces cerevisiae adalah spesies kapang atau jamur dari genus saccharomyces.

Secara alami banyak ditemui pada buah – buahan. Biasanya, digunakan dalam industri pembuatan anggur dan pemanggangan roti.

Ini lah kenapa roti sering berjamur. Bukan karena tercemar oleh jamur dari luar. Tapi memang proses pembuatannya menggunakan jamur.

Kemungkinan ada batas waktu untuk menonatifkan jamur ini. Ketika waktunya tiba, jamur bangkit dan berkembang biak pada roti.

Kapang ini juga bisa ditemukan pada anggota tubuh manusia. Seperti kulit, rongga mulut, dan alat kemaluan wanita dewasa.

Selain untuk roti, secara spesifik manfaat dari kapang ini bisa digunakan untuk probiotik.

Kapang ini berkembang secara aerob, butuh oksigen. Tidak bisa tumbuh dan berkembang pada laktosa. Akan tetapi ada jenis karbohidrat yang bisa membuat kapang ini berkembang secara aerob.

Artinya, ketika lactobacillus casei dan saccaromyces cerevisiae secara bersama masuk ke saluran pencernaan, Ada kemungkinan saccaromyces tidak akan berkembang. Entah itu mati atau hanya aktivitasnya saja yang tidak dominan.

Kapang ini bisa mengambil nitrogen dari amoniak dan urea serta sumber nitrogen dalam bentuk lain kecuali nitrat.

Dengan lingkungan kerja yang aerob, maka kapang ini bisa digunakan untuk menyemprot kotoran ternak. Karena kapang akan memanfaatkan urea dan amonium penyebab bau dari kotoran.

Akan tetapi, kapang S. Cerevisiae tidak memproduksi enzim protease. Sehingga, secara langsung ia tidak bisa mengurai protein komples menjadi lebih sederhana.

Sebagai protein tunggal, S cerevisiae memiliki kandungan protein yang tinggi (dalam berat kering). Ini tercatat dalam sebuah riset yang menggunakan ekstrak ragi untuk pakan kucing. Bisa dilihat di artikel em4 peternakan untuk pakan kucing.

Sedangakan Rhodopseudomonas palustris adalah sesies bakteri dari genus Rhodopseudomonas. Bakteri ini banyak ditemukan berasal dari alam.

Sifat alaminya adalah mempunyai kemampuan mendegradasi bahan organik. Sepertinya bakteri ini punya peran besar dalam pengomposan.

Bisa bekerja secar aerobik maupun anaerobik.

Selain pengomposan, kemampuannya dalam fiksasi karbondioksida, bisa mengurai struktur organik yang kompleks menjadi lebih sederhana.

R. palustris ini bisa mencerna lignin yang bisa membuat bahan pakan menjadi sulit dicerna oleh ternak.

Pada bidang peternakan, ransum atau pakan akan menjadi lebih mudah dicerna. Dengan kata lain, tingkat kecernaannya menjadi lebih tinggi.

R. palustris bisa hidup dan berkembang secara aerobik maupun anaerobik.

Cara memberikan em4 peternakan untuk puyuh

Saya lebih srek (suka) cara memberikan EM4 peternakan untuk puyuh ini diberikan melalui air minum. Karena lebih praktis dan lebih mudah dalam hal pemberiannya. Tinggal ambil spet, ambil EM4 peternakan sesuai takaran, masukkan ke air minum puyuh.

em4 peternakan untuk puyuh

Kalau em4 peternakan untuk itik pedaging kemarin sih takarannya yang optimal adalah 3 ml/1 liter air minum.

Kita akan lihat dari beberapa referensi yang lain. Nanti kita bandingkan semuanya.

Penambahan probiotik (Lactobacillus sp.) dalam pakan pada level 0,4 % memberikan hasil terbaik terhadap kecernaan protein dan retensi N serta meningkatkan aktivitas enzym amilase.[1]

Kecernaan protein dari yang semula 40,44% meningkat menjadi 49,49%. Peningkatan yang lumayan banyak.

Sayangnya saya tidak menemukan lebih detail dengan jumlah pemberian probiotiknya. Jika dilihat dari metodenya, sepertinya bentuk probiotiknya adalah padatan atau serbuk, bukan cair.

Berarti untuk setiap 1 kg ransum puyuh, probiotik yang diberikan adalah sebanyak 4 gram.

Memang ada probiotik lactobacillus yang dalam bentuk serbuk. Saya pernah melihatnya, kalau tidak salah probiotik ini untuk ikan.

Tapi tidak masalah, asalkan kita tahu isinya, kita bisa gunakan untuk jenis ternak apa saja.

Efek dari meningkatnya kecernaan protein akan berimbas baik pada produksi telur. Imbas baiknya adalah produksi telur akan lebih tinggi.

Puyuh kontrol (tanpa probiotik) hanya memproduksi telur sebanyak 55,83%. Sedangkan puyuh yang diberi probiotik lactobacillus plus produksi telurnya sedikit lebih banyak menjadi 58,04%.[2]

Kemudian, penelitian yang secara spesifik menggunakan EM4 peternakan untuk puyuh, hasilnya juga sangat positif. Tapi kali ini hubungannya dengan kesehatan puyuh (sistem imun).

Pemberian EM4 Peternakan pada puyuh betina (usia 3 minggu) sebanyak 2 ml/l selama tiga bulan bisa meningkatkan atau memperbaiki sistem imun tubuh puyuh.[3]

Kriteria sistem imun tubuh yang baik dari puyuh ini ditandai dengan kondisi hemoglobin, hematocrit dan plasma protein total.

Standard dari nilai parameter di atas untuk puyuh normal adalah sebagai berikut:

Parameter sistem imun tubuh puyuh normal[3]

StandardPuyuh (kontrol)Puyuh (EM4)
Hemogrobin11,57-12,49 g/dl8,1212,18
Hematocrit30 – 40 %25,630,4
Plasma Protein2,78-4,35 g/dl3,044,08

Itu tadi beberapa penelitian yang menggunakan bakteri lactobacillus untuk puyuh. Dan yang terakhir malah persis Em4 peternakan yang digunakan.

Sekarang kita lihat beberapa studi yang dari kapang Saccaromyces cerevisiae.

Tapi, kali ini riset berasal dari luar. Karena saya tidak menemukan jurnal yang secara khusus membahas ragi saccharomyces cerevisieae untuk puyuh ini.

Hasilnya juga tidak berbeda jauh dengan penggunaan Lactobacillus sp. Ragi ini bisa memberikan efek yang sangat positif pada puyuh.

Diantaranya adalah meningkatkan performa pertumbuhan dari puyuh dan bisa menekan serangan bakteri patogen.

Pemberian ragi Saccharomyces Cerevisiae sebanyak 2 gram/kg pakan dapat meningkatkan konsumsi pakan puyuh, bobot dan menurunkan angka konversi pakan.

Akan tetapi, ada sedikit perbedaan dalam hal kerapatan kapang yang dipakai. Dalam studinya, kepadatan kapang adalah 2 x 109 cfu/gram. Jumlah ini seribu kali lebih banyak dari pada jumlahnya dalam Em4 peternakan.

Selain itu, saccharomyces dalam pakan juga dapat meningkatkan jumlah insulin darah puyuh. Baik itu pada puyuh jantan atau betina, keduanya mengalami kenaikan jumlah insulin dalam darahnya.

Yang lebih menarik adalah, pada puyuh jantan, penambahan ragi ini bisa meningkatkan produksi hormon pertumbuhan puyuh. Akan tetapi, tidak terjadi peningkatan pada puyuh betina.

Pada penelitian yang lain, dengan jenis ragi yang sama, hasilnya juga hampir sama. Yaitu konversi pakan menurun, menurunkan angka kematian dan kekebalan tubuh puyuh meningkat.

Dalam hal menurunkan angka kematian, pemberian kapang saccharomyces cerevisiae secara efektif dapat menekan infeksi yang disebabkan oleh salmonella enteridis.[4]

Jadi, Manfaat Em4 peternakan untuk puyuh adalah

Meskipun secara khusus Em4 peternakan untuk puyuh belum banyak studinya, semua studi diatas jenis mikroorganismenya terdapat dalam EM4.

Artinya, dengan memberikan EM4 peternakan untuk puyuh, maka kemungkinan besar kita akan mendapatkan manfaat itu semua.

Jika kita rangkum kembali hasil – hasil dari studi di atas, maka kita akan mendapatkan mafaat em4 peternakan untuk puyuh ini sebagai berikut:

1 . Meningkatkan tingkat kecernaan pakan.

2 . Meningkatkan produksi enzim amilase. Enzim yang digunakan untuk memecah senyawa gula.

3 . Memperbaiki sistem imun tubuh puyuh.

4 . Membuat puyuh lebih tahan terhadap stress.

5 . Puyuh menjadi lebih sehat.

6 . Meningkatkan hormon pertumbuhan pada puyuh jantan.

7 . Menekan serangan penyakit karena bakteri Salmonella.

Seperti itulah kira – kira manfaat yang akan kita dapatkan dengan Em4 peternakan untuk puyuh ini.

Saya kira cukup dulu sampai sini. Sorry…jika banyak kekurangan. Terima kasih dan sampai jumpa lagi.

Referensi

[1] Primacitra, Dhika Yonika, Osfar Sjofjan, dan M. Halim Natsir. Pengaruh Penambahan Probiotik (Lactobacillus Sp.) Dalam Pakan Terhadap Energi Metabolis, Kecernaan Protein Dan Aktivitas Enzim Burung Puyuh. Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

[2] Suherman, Aprilia Firmani, Osfar Sjofjan, dan M. Halim Natsir. Effect Of Addition Of Lactobacillus Plus Probiotic Powder As Feed Additive On Quail Production Performance. Animal Nutrition and feed Department, Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University, Malang.

[3] Tohid Vahdatpour, Hossein Nikpiran , Arman Moshaveri, Alireza Ahmadzadeh, Seyyed Reza Riyazi and Sina Vahdatpour. Effects of active, inactive and compounded Saccharomyces cerevisiae on growth-related hormones and performance of Japanese quails (Coturnix Japonica). African Journal of Biotechnology Vol. 10(67), pp. 15205-15211, 31 October, 2011.

[4] Ahmed M. Hassan, Manal M.A. Mahmoud, Dalia M. Hamed , and Omnia E. Kilany. Effect of Dietary Yeast Supplementation on Growth Performance and Colonization of Salmonella enteritidis in Japanese Quails. YYU Veteriner Fakultesi Dergisi, 2012, 23 (1), 45 – 50.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *