Jenis kambing Di Indonesia
Hanya ada beberapa jenis kambing yang banyak diternakan oleh peternak di Indonesia. Jumlah dari jenis kambing ini tidak sebanyak yang kita harapkan. Apalagi, untuk jenis kambing asli Indonesia.
Kita bisa membedakan kambing di Indonesia menjadi kambing yang populer dan tidak populer.
Kambing yang populer ini tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Misalnya adalah kambing etawa. Baik itu yang ras kaligesing maupun yang jenis senduro.
Sementara untuk kambing yang tidak populer, biasanya adalah kambing lokal. Seperti kambing samosir, merica dan kambing gembrong.
Sedikit banyak kita perlu tahu mengenai ciri – ciri dari kambing yang ada di Negara kita. Karena sistem perkawinan kambing di negara ini belum terecord secara bagus, ciri – ciri kambing yang ada di masyarakat menjadi agak kabur atau tidak jelas.
Ciri dan tanda kambing 2 di bawah ini nanti mungkin tidak 100% akurat. Ya kemungkinan karena itu tadi, genetik sudah campur aduk dan tidak terecord secara detail.
Untuk kambing yang bisa dikategorikan asli Indonesia, jumlahnya ada 8. Mari kita bahas satu per satu.
1 . Kambing Peranakan Etawa
Kambing peranakan etawa (PE) itu berbeda dengan kambing etawa. Kambing etawa itu adalah moyangnya dari kambing PE. Tapi kalau dianggap sama, sebenarnya juga tidak masalah.
Kambing etawa didatangkan dari India pada masa pemerintahan presiden Soekarno untuk meningkatkan kualitas kambing lokal kita.
Moyangnya kambing PE ini disebut juga sebagai kambing jamnapari. Nanti di bawah akan diberikan penjelasan lebih lanjut mengenai kambing ini.
Penampilan kambing PE mirip kambing Etawah, tetapi lebih kecil. Meskipun lebih kecil, untuk yang grade A, penampilannya sungguh sangat menawan dan menarik.
Kambing PE merupakan kambing tipe tiple fungsi, yaitu sebagai penghasil daging, penghasil susu (perah) dan kambing seni (kontes).
Ciri-ciri Kambing PE yang dapat kita lihat adalah sebagai berikut.
- Telinga panjang, lemas dan terkulai, panjang telinga 18–30 cm, warna bulu bervariasi dari coklat muda, putih – hitam dan putih.
- Bulu kambing PE jantan bagian atas leher dan pundak lebih tebal dan agak panjang. Bulu kambing PE betina pada bagian paha panjang.
- Berat badan kambing PE jantan dewasa bisa mencapai 40 kg dan betina 60 kg, tinggi pundak 76-100 cm.
Kambing PE ini termasuk kambing dengan harga tertinggi di Indonesia.
Untuk kambing usia setahun dengan tinggi minimal 90 cm, harganya sudah 10 juta. Sedangkan untuk ras senduro, harga sedikit di bawah ras kaligesing.
2 . Kambing Kacang
Kambing kacang juga tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Ciri-ciri dari kambing kacang ini adalah:
- Ukuran badan kecil, telinga pendek dan tegak, leher pendek dan punggung semakin ke belakang semakin meninggi.
- Baik jantan maupun betina, keduanya bertanduk kalau sudah dewasa.
- Tinggi badan kambing kacang jantan dewasa bisa mencapai rata-rata 60 – 65 cm. Sedangkan tinggi badan betina dewasa rata-rata 56 cm.
- Untuk bobot dewasa betina rata-rata 20 kg dan jantan 25 kg.
- Cepat berkembang biak, minimal umur 15 bulan sudah bisa beranak.
- Kambing untuk penghasil daging dan kulit.
- Bersifat prolifik, artinya tahan dan mampu beradaptasi dengan lingkungan pemeliharaan yang minim atau sederhana.
- Bulu pendek dengan warna dominan warna tunggal. Bisa coklat, hitam atau putih.
- Kambing kacang jantan kebanyakan berjenggot sedangkan betina, jarang yang berjenggot.
- Tingkat kesuburan kambing Kacang tinggi dengan kemampuan hidup dari lahir sampai sapih 79,4%.
- Sifat prolifik anak kembar dua 52,2%, kembar tiga 2,6% dan anak tunggal 44,9%.
- Kambing Kacang dewasa kelamin rata-rata umur 307,72 hari, persentase karkas 44-51%.
- Rata-rata bobot anak lahir 3,28 kg dan bobot sapih (umur 90 hari) sekitar 10,12 kg.
3 . Kambing benggala
Moyang dari kambing benggala ini adalah black benggal atau benggala hitam yang dikawinkan dengan kambing kacang.
Benggala hitam ini sekarang banyak dipelihara di India. Bahkan, kita bisa mendapatkan suppliernya di alibaba.
Kambing ini banyak ditemui di Indonesia bagian timur, terutama provinsi NTT.
Turunan dari perkawinan silang ini kemudian beradaptasi dengan lingkungan setempat dan menghasilkan ciri – ciri sebagai berikut.
- Secara umum lebih besar dari kambing kacang.
- Warna dominan warna hitam dan kecoklatan.
- Bentuk telinga sedang, lurus ke samping dan kira-kira sepertiga bagian ujung telinga jatuh seperti patah di ujung.
- Garis muka lurus, garis punggung lurus, bulu rambut sedang menutup semua permukaan kulit tetapi tidak pajang atau tebal.
- Ukuran ambing sedang.
- Tanduk tegak ke belakang.
- Berat rata-rata kambing Benggala umur 6 bulan sekitar 13.8 kg, umur 9 bulan sekitar 18.9 kg, umur 1 tahun sekitar 22 kg, umur diatas 2 tahun sekitar 25.8 kg, umur 3-4 tahun rata-rata bobot badan 31 kg.
- Induk kambing Benggala rata-rata bobot badannya 37.9 kg (35-41 kg) dan Pejantan kambing Benggala rata-rata 40 kg (40-52.5kg).
- Rata-rata panjang tengkorak kambing Benggala dewasa antara 17,8-19 cm, tinggi tengkorak antara 13,5-14 cm, lebar tengkorak antara 11,5-14,5cm. Sedangkan tinggi canon antara 17,8-19,3 cm dan lingkar canon antara 14-18,3 cm.
4 . Kambing Marica
Kambing ini hampir punah dan sebagian banyak ditemukan di wilayah provinsi Sulawesi Selatan. Terutama di kabupaten Maros, Jeneponto dan Soppeng.
Kambing marica ini mirip dengan kambing kacang. Tapi bedanya adalah penampilan tubuh lebih kecil dibanding kambing kacang, telinga berdiri menghadap samping arah ke depan, tanduk relatif kecil dan pendek.
Ciri – cirinya bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
5 . Kambing Samosir
Kambing ini bisa dikatakan adalah kambing batak. Mungkin hanya terdapat di Kabupaten Samosir Sumatera Utara.
Secara fisik, kambing ini tidak ada bedanya dengan kambing kacang dan kambing marica.
Hanya saja, perbedaan utama ada pada warnanya.
Kambing samosir dominan berwarna putih. Bahkan sampai kuku dan tanduk warnanya agak keputih – putihan.
Mungkin ini untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan di Samosir yang kering dan panas. Sehingga kambing samosir ini diberkahi dengan warna dominan putih supaya tidak terlalu menderita kepanasan.
Kalau untuk ciri – ciri fisiknya, bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
6 . Kambing Muara
Kambing muara ini bukan berarti kambing yang tinggal di sekitaran muara, melainkan nama Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara di Propinsi Sumatera Utara.
Kambing muara ini berpenampilan lebih baik daripada kambing kacang dan kambing marica karena bisa tumbuh cukup besar dan tinggi.
Ciri – ciri dari kambing muara ini adalah sebagai berikut:
- Rata-rata bobot badan dewasa atau induk adalah sekitar 49,4 Kg dan pejantan dewasa sekitar 68,3 Kg.
- Bisa untuk penghasil daging dan susu.
- Ukuran ambing cukup besar.
- Bentuk telinga kambing Muara agak panjang dan jatuh tetapi telinga PE lebih panjang dan hidung tidak melengkung seperti kambing Boer atau PE.
- Tanduk sedang serta panjang badan lebih panjang dibandingkan dengan kambing Kacang.
- Tinggi pundak untuk betina bisa sampai 69,7 cm, sedangkan untuk jantan bisa sampai 87,6 cm. Ternyata sebanding dengan kambing PE yang grade B dan C.
- Tinggi pinggul untuk betina bisa sampai 72,2 cm dan untuk jantan 89,2 cm.
Kelebihan kambing muara
- Kambing Muara ini nampaknya lebih baik dari segi produksi dagingnya.
- Lebar dan dalam dada kambing Muara lebih panjang jika dibandingkan dengan kambing PE.
- Bentuk badannya bulat, cenderung mengarah kemiripan dengan tubuh kambing Boer.
7 . Kambing Kosta
Kambing ini adalah jenis kambing berukuran sedang. Banyak tersebar di wilayah jakarta dan provinsi banten.
Warna didominasi warna hitam dan coklat.
Kambing kosta ini adalah hasil persilangan antara kambing kacang dengan kambing Khasmir/Angora/Etawah. Tapi ini masih hasil pendugaan.
Ciri – ciri dari kambing kosta ini bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
8 . Kambing Gembrong
Adalah kambing ukuran medium, lebih besar dari kambing kacang tapi lebih kecil dari kambing PE.
Banyak ditemukan di pulau Bali dan sekitarnya.
Ciri – ciri utama dari kambing ini adalah berambut panjang pada bagian kepala dan leher.
Warna bulu kebanyakan putih dan coklat.
Ciri – ciri dari kambing gembrong ini adalah sebagai berikut.
Delapan kambing di atas adalah kambing yang bisa dibilang asli kambing Indonesia. Bukan berarti kambing yang sekarang ada di Indonesia ya.
Karena masih ada beberapa jenis kambing selain di atas dan sudah banyak peternak yang memeliharanya.
Misalnya untuk tujuan kambing perah, selain PE, tidak ada dari jenis kambing lokal yang bisa diupayakan untuk tujuan tersebut.
Sehingga, mendatangkan kambing seperti Saanen dan nubian adalah pilihannya. Sedangkan untuk kambing pedaging jenis unggul, bisa menggunakan kambing PE (kaligesing dan senduro) dan kambing import seperti kambing boer.
Jenis kambing pedaging
Untuk kambing jenis pedaging, 8 jenis kambing di Indonesia di atas bisa diikutkan. Tapi masih ada beberapa tambahan jenis kambing lain dengan kualitas yang lebih unggul.
Pada bagian ini akan saya urutkan berdasarkan bobotnya yang paling kecil sampai yang paling besar.
Bobot ini adalah bobot kambing jantan saat usia dewasa.
Untuk kambing lokal indonesia, urutan bobot terkecil sampai terbesar dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
No | Jenis Kambing | Bobot Dewasa (jantan) kg |
1 | Kambing Samosir | 20,13 |
2 | Kambing Marica | 22,8 |
3 | Kambing Kacang | 25 |
4 | Kambing Benggala | 40 |
5 | Kambing Gembrong | 42 |
6 | Kambing Kosta | 46,5 |
7 | Kambing Muara | 68,3 |
8 | Kambing PE | 81 |
Ada jenis kambing lain, yang kualitasnya lebih unggul dari semua kambing 2 di atas. Maksud dari kualitas lebih unggul adalah bobot dewasa yang dicapai bisa lebih tinggi. Selain itu, laju pertumbuhan yang dimiliki juga sangat cepat.
Kambing tersebut tidak lain adalah kambing boer.
Kambing boer
Kambing boer adalah salah satu jenis kambing di Indonesia yang aslinya berasal dari Afrika Selatan. Karena potensi penghasil dagingnya yang sangat baik, akhirnya banyak didomestikasi di negara – negara seluruh dunia. Misalnya di Australia, Amerika dan Eropa.
Kambing boer usia 12 bulan bisa mencapai bobot 92 kg. Sedangkan pada saat usia benar – benar dewasa (poel) bobotnya bisa mencapai 114 – 116 kg.
Selain itu, pertumbuhannya juga sangat cepat. Usia 5 – 6 bulan saja, bobotnya bisa mencapai 45 kg. Di usia sangat muda, bobotnya sudah setara dengan kambing benggala, gambrong dan muara dewasa.
Adapun ciri – ciri dari kambing boer ini adalah sebagai berikut:
- Bulu tubuhnya berwarna putih.
- Bulu pada bagian leher berwarna gelap.
- Tanduknya melengkung ke belakang
- Badan kuat, gerakannya gesit, bentuk tubuhnya simetris dengan perdagingan yang dalam dan merata.
Sayangnya untuk bisa mendapat kambing ini tidaklah mudah. Kita harus mengimportnya dari luar negeri. Pastinya, biaya untuk mengurus dokumen – dokumennya juga butuh biaya yang tidak sedikit.
Oleh karena itu, kambing ini sekarang dikembangkan untuk dikawin silangkan dengan kambing lokal kita.
Jenis persilangan ini, sementara baru ada dua jenis yaitu kambing boerawa dan kambing boerka.
Kambing boerawa
Kambing boerawa memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi daripada kambing PE. Pertumbuhannya bisa 170 gram perhari sedangkan kambing PE hanya 100 gram/hari.
Sejak tahun 2002, kambing boerawa ini mulai dikembangkan. Yaitu dengan cara mengkawin silangkan antara jenis kambing boer jantan dan kambing PE betina.
Dengan harapan adalah anakan yang dihasilkan akah bergenetik seperti boer jantannya. Tapi ini membutuhkan waktu yang cukup lama.
Secara teori, prosesnya seperti ini.
Tahapan pertama adalah perkawinan antara kambing boer jantan dengan PE betina. Anakannya akan memiliki genetik 50% boer dan 50% PE dan disebut dengan Boerawa Grade 1 (BG 1)
Untuk tahap pertama ini kita bisa memperkirakan sendiri berapa waktu yang diperlukan.
Mengawinkan sampai bunting, masa kebuntingan dan masa pemeliharaan sampai usia siap kawin. Kira – kira satu tahunan lebih lah.
Selama masa itu perkembangan diamati dan diseleksi bibit yang kualitasnya terbaik.
Tahapan kedua adalah mengawinkan BG1 betina dengan kambing boer jantan. Boer jantan ini pasti bukan bapak dari BG1.
Anakan dari tahap ke 2 ini disebut dengan boerawa grade 2 (BG 2). Secara teori kualitas genetiknya adalah 75% boer dan 25% PE.
Dengan presentase genetik yang seperti itu, BG2 ini lebih baik dari BG1. Secara teori seperti itu.
Tapi menurut sebuah penelitian, ternyata tidak. BG2 ternyata tidak lebih bagus dari BG1.
BG1 memang lebih bagus dari PE tapi masih dibawah kambing Boer. Sedangkan BG2, yang secara teori genetiknya lebih banyak ke Boer daripada BG 1, ternyata performanya sama bahkan sedikit di bawah BG1.
Tahapan – tahapan di atas itu, kalau diteruskan sampai tahap yang lebih tinggi, kita bisa mendapat generasi boerawa yang hampir 100% bergenetik boer induk. Secara teori sains.
Tapi faktanya, teori tidak semudah dan sekuasa itu untuk bisa mengubah genetik dari suatu mahluk hidup.
Ini ada secuplik data dari penelitian yang pernah dilakukan.
Sifat | PE | BG1 | BG2 |
Berat setahun (kg) | 39,89 | 43,49 | 42,27 |
Tinggi badan (cm) | 61,66 | 65,88 | 61,79 |
Panjang badan (cm) | 58,71 | 67,31 | 58,01 |
Lingkar dada (cm) | 62,62 | 70,13 | 67,78 |
Tinggi Pinggul (cm) | 69,96 | 53,68 | 52,56 |
Panjang telinga (cm) | 20,22 | 18,89 | 18,79 |
Lebar telinga (cm) | 10,56 | 8,00 | 8,00 |
Usaha dan upaya tidak berhenti sampai disini. Untuk bisa meningkatkan kualitas kambing lokal, kambing boer ini juga disilangkan dengan kambing kacang.
Namanya adalah kambing boerka.
Kambing boerka
Kambing boerka adalah jenis kambing persilangan antara kambing boer jantan dengan kambing kacang betina.
Tujuannya sama yaitu ingin mendapatkan kualitas genetik yang lebih baik dari kambing kacang.
Prosesnya tahapannya sama dengan kambing boerawa.
Dan menurut jurnal penelitian, komposisi genetik optimal adalah 50% boer dan 50% kambing kacang.
Pertumbuhannya memang jauh lebih baik daripada kambing kacang. Ini ada datanya.
Usia | Bobot hidup (kg) Jantan | |
Boerka | Kacang | |
Lahir | 2,2 – 2,8 | 1,5 – 2,0 |
3 bulan | 9 – 15 | 6,7 – 8,7 |
6 bulan | 16 – 22 | 12 – 16 |
9 bulan | 21 – 24 | 14 – 17 |
12 bulan | 26 – 32 | 14,7 – 20 |
18 bulan | 28 – 36 | 20 – 24 |
> 18 bulan | 38 – 50 | 22 – 30 |
Jenis kambing perah
Jenis kambing perah yang berasal dari 8 jenis kambing lokal di atas hanyalah Peranakan Etawa.
Mungkin karena produksi susunya yang kurang maksimal, sekarang banyak peternak kambing perah yang memelihara jenis kambing import seperti saanen, anglo nubian dan persilangan antara anglo nubian dengan PE (ANPERA) serta persilangan antara PE dan saanen (PESA).
Kambing saneen
Kambing saanen adalah kambing paling produktif di dunia dalam hal produksi susunya.
Kambing ini aslinya berasal dari Swiss dengan ciri – ciri sebagai berikut:
- Bulunya pendek berwarna putih, hidungnya lurus dan muka berupa segi tiga.
- Telinga kambing Saanen sederhana dan tegak ke sebelah dan ke depan, berekor tipis dan pendek, jantan dan betina bertanduk.
- Panjang ambing berbeda-beda sekitar 3 – 4 cm, dan panjang puting 5 – 6 cm.
Produksi susu dari kambing saneen ini sangat tinggi. Ada yang menyebutkan produksinya bisa sampai 4 liter/hari. Tapi saya tidak tahu tentang informasi dimana dan bagaimana cara memeliharanya supaya bisa produksi sebanyak itu.
Yang jelas, kalau di Indonesia produksinya tidak sampai sebanyak itu.
Kalau berdasarkan riset di BBPTU-HPT Baturraden, produksi susu kambing saanen pada laktasi ke 2 rata – rata 1,36 liter/ekor/hari.
Sedangkan pada laktasi ke 3 produksi susunya rata – rata sebanyak 1,47 liter/ekor/hari.
Memang, pada saat puncak produksi, per hari bisa sampai hampir 2 liter/ekor/hari. Tapi itu hanya pada masa puncak produksi.
Kambing anglo nubian
Kambing ini adalah kambing persilangan antara kambing Inggris dengan kambing yang berasal dari India, asia tengah dan Afrika Utara.
Ciri- ciri jenis kambing ini adalah:
- Berukuran besar untuk ukuran kambing perah. Bobot betina dewasa bisa sampai 61 kg dengan tinggi 76 cm.
- Warna bulu bervariasi dari coklat, putih dan hitam.
- Telinga panjang dan jatuh.
- Berisik.
Produksi susu dari kambing anglo nubian ini tergolong tinggi. Di Indonesia, produksi susunya rata – rata 774 mL/ekor/hari.
Kambing ANPERA
Kambing Anpera adalah persilangan antara kambing PE dan anglo nubian.
Dengan harapan produksi susunya bisa lebih tinggi daripada kambing PE.
Produksi susu dari kambing ANPERA ini rata – rata sebanyak 547 mL/ekor/hari.
Kambing PESA
Kambing PESA merupakan kambing hasil persilangan antara kambing
Peranakan Etawah (PE) betina dengan kambing Saanen jantan. Kambing PESA
memiliki produksi susu harian yang lebih baik daripada Peranakan Etawah tetapi
produksinya lebih rendah daripada kambing Saanen. Produksi susu harian dari kambing PESA adalah 1,19 kg/ekor/hari.
Referensi
[1] Pamungkas, Fitra Aji dkk. 2009. Potensi Beberapa Plasma Nutfah Kambing Lokal Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
[2] Syawal, Muhammad. Karakteristik Morfologi dan Produksi Kambing Boer, Kacang dan Persilangannya Pada Umur 0 – 3 Bulan (Prasapih). Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih, Sumatera Utara. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010.
[3] Sulastri dkk. Performans Pertumbuhan Kambing Boerawa di Village Breeding Centre, Desa Dadapan, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Sains Peternakan Vol. 12 (1), Maret 2014: 1-9
[4] Ginting, Simon P dan Fera Mahmilia. Kambing Boerka: Kambing Tipe Pedaging Hasil Persilangan Boer x Kacang. Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih, Sumatera Utara. Wartazoa Vol. 18 No 3 th 2008.
[5] Arviani, VIna. Performa Produksi Susu Kambing Perah Saanen di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul – Hijauan Pakan Ternak (BBPTU – HPT Baturraden). Abstrak
[6] MUHAMMAD RAIHAN SOHIH HIDAYAT. 2008. Produksi dan Kualitas Susu pada Tiga Bangsa Kambing Perah pada Satu Masa Laktasi (Studi Kasus di Balitnak Ciawi). Departemen ilmu produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB Bogor.