Status peternakan kambing indonesia
Indonesia memiliki 6 bulan musim kemarau dan 6 bulan musim penghujan. Temperatur rata-rata dari sabang sampai merauke antara 20 – 34 derajar celcius, kelembapan udara 50 – 90 persen (BMKG, Indonesia, 2013).
Sistem peternakan di indonesia berbeda-beda untuk setiap daerah, ada yang sudah menerapkan sistem modern, semi-modern dan tradisional dalam sistem peternakan kambingnya. secara historis, berternak kambing, domba dan sapi sudah dilakukan oleh masyarakat indonesia sejak ratusan tahun yang lalu.
Produksi susu meningkat setiap tahunnya, tapi tidak diimbangi dengan peningkatan permintaan yang cepat pula. Sebagian besar susu berasal dari susu sapi yang memenuhi kuota 30% dari total permintaan dan sisanya dipenuhi dengan susu bubuk impor.
Kurangnya pasokan susu segar nasional menjadi sebuah potensi yang besar untuk peternakan kambing perah (Astuti dan Sudarman, 2012). Para peternak kambing lebih condong untuk produksi susu dan daging kambing daripada pembibitan dan susu kambing.
Akan tetapi di 25 tahun terakhir, peternakan kambing perah secara perlahan meningkat dengan munculnya pusat peternakan Kambing etawah di Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah. Sejumlah peternak kambing perah meningkat diberbagai daerah dengan sistem peternakan yang berbeda-beda pula.
Populasi kambing perah
Populasi kambing di Indonesia meningkat dengan cepat. Untuk daerah jawa barat saja pertumbuhan populasi kambing sekitar 6 % per tahun. Populasi kambing total sekitar 17,5 juta ditahun 2011 termasuk 3,5 juta peternak rumah tangga ( Indonesian livestock statistics, 2011).
Tabel populasi kambing di Indonesia
Provinsi | 2007 | 2008 | 2009 | 2010 | 2011 |
Jawa Barat | 1294 | 1431 | 1600 | 1801 | 2009 |
Jawa Tengah | 3126 | 3356 | 3499 | 3691 | 3803 |
Jawa timur | 2444 | 2739 | 2779 | 2822 | 2864 |
Provinsi lain (30) | 7606 | 7606 | 7937 | 8305 | 8806 |
Total | 14470 | 15147 | 15815 | 16619 | 17482 |
Populasi kambing di indonesia mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir, dari 14,5 jt di tahun 2007 menjadi 17,5 juta di tahun 2011. Populasi kambing tersebar ke 33 provinsi di Indonesia dengan populasi tertinggi di Jawa Tengah 21%, diikuti Jawa Timur 16% dan Jawa Barat 11%.
Dari total populasi kambing, sekitar 4-5 juta (32%) dipelihara untuk produksi susu kambing. Kambing betina dipelihara untuk diperah dan menghasilkan cempe sedangkan sebagian dipelihara untuk untuk menghasilkan cempe dan kontes. Lima belas tahun yang lalu, peternak kambing dan domba membentuk sebuah organisasi yang dinamakan HPKDI dan lima tahin kemudian peternak kambing perah mengumumkan sebuah organisasi bernama ASPENAS yang tujuan utamanya adalah mengorganisasi kontes kambing perah.
Kedua organisasi tersebut sama-sama memiliki tujuan untuk memperbaiki produksi susu kambing dan mempromosikan harga susu kambing. ASPENAS mengadakan kontes reguler; tahunan atau tiap dua tahunan untuk mengidentifikasi kambing etawa terbaik. ASPEKPIN juga secara aktif mempromosikan kambing perah jenis lain seperti kambing saanen.
Beternak lambing perah
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia. Peternakan kambing memiliki potensial yang besar untuk dikembangkan menjadi produk komersial karena kambing mampu beradaptasi dengan baik di iklim tropis dan memerlukan investasi yang tidak terlalu besar.
Peternak, yang menggunakan sistem tradisional, biasanya hanya memelihara kurang lebih 10 ekor kambing. Tujuannya antara lain sebagai tabungan yang apabila sewaktu-waktu diperlukan bisa dijual dan sebagai penghasil pupuk untuk pertanian. Kambing biasanya dipelihara untuk diambil daging dan susunya.
Di Indonesia sendiri ada banyak ternak kambing seperti kambing Bali, Boerawa, Etawa, Peranakan Etawa, Gembrong, Jawarandu, Kacang, Kosta, Marica, Muara, Samosir, Kapra dan Saanen. Diantara semua kambing tersebut hanya kambing etawa, peranakan etawa dan kambing saanen yang menjanjikan untuk diternakan sebagai kambing perah.
Kambing kacang adalah kambing lokal Indonesia. Berat tubuh kambing kacang rata-rata 25 kg untuk jantan dan 20 kg untuk kambing kacang betina. Kambing kacang sangat mudah beradaptasi dengan iklim tropis. Kambing etawa berasal dari kambing jamnapari India. Berat kambing etawa jantan dewasa sekitar 90 kg dan etawa betina dewasa sekitar 60 kg.
Produksi susu dari kambing lokal dan peranakan adalah 0,5 sampai 3 liter per hari tergantung dari jenis kambingnya. Kambing etawa dan sanen peranakan memproduksi tiga liter per hari selama masa laktasi pertama
Provinsi | Prod.susu L/ekor/hari | Tujuan | Jenis kambing |
DKI Jakarta & Banten | 0,5 – 1 | Breeding & susu | Etawa & saanen |
JaBar (Bogor, Bandung, Sumedang, Garut) | 0,75 – 3 | Breeding & susu | Etawa, PE & Saanen |
Jawa tengah (purworejo) | 0,5 – 1 | Breeding | Etawa dan PE |
Jogja ( Sleman & Kulonprogo) | 0,75 – 1,5 | Breeding & susu | Etawa & Kambing lokal |
Jatim (Blitar, Malang & Banyuwangi) | 1 -2 | Breeding & Susu | Etawa, PE & Saanen |
Lampung & Aceh | 0,5-1 Breeding & susu | PE & kambing lokal | |
Kalimantan Timur | 0,5 | Breeding & susu | PE & kambing lokal |
Sistem produksi ternak
Sebagian besar kambing-kambing di Indonesia dipelihara untuk tujuan penghasil daging dan hanya beberapa petani di beberapa daerah (Jawa) yang tetap memelihara kambing-kambing mereka untuk penghasil susu kambing.
Permasalahan yang dihadapi oleh peternak kecil adalah produksi susu yang rendah dikarenakan pemberian pakan berkualitas buruk, tempat penyimpanan susu yang kurang memadai, sarana transportasi, pemasaran dan dukungan pemerintah. Beberapa peternakan kambing besar di Jawa Barat dengan lahan yang luas, kandang yang baik dan persediaan pakan cukup dapat memiliki lebih dari 100 hewan per peternakan.
Biasanya peternakan kambing yang besar menjual susu mereka langsung ke konsumen, termasuk rumah sakit, restoran dan pabrik pengolahan susu. Di Jawa Tengah, pemeliharaan kambing sebagian besar dilakukan oleh para petani yang memiliki lahan yang kecil dan kambing yang dipelihara antara 1 – 20 ekor.
Misalnya, di Kabupaten Kemirikebo, Yogyakarta, dari 65 rumah tangga membentuk sebuah koperasi ternak atau kelompok ternak dan total akumulasi kambing dari koperasi tersebut adalah 623 ekor. Urin dan kotoran kambing dikumpulkan dan dijual sebagai pupuk untuk perkebunan dan pertanian di sekitar.
Surplus produksi susu kambing dapat diolah menjadi permen karamel susu, es krim, biskuit susu, dodol dan yoghurt dengan variasi rasa termasuk stroberi, apel dan kelapa.
Di daerah Pakem Yogyakarta, ada seorang petani yang modern yang sudah memiliki mesin pemerah susu untuk susu kambing dan pabrik pengolahan susu untuk membuat yoghurt.
Sementara itu, Pak Bondan dari peternakan bumiku hijau dari Kabupaten Condongcatur Yogyakarta telah memperkenalkan cara yang unik untuk menjual susu segar dengan sistem door-price (Koran Kompas, 2011). Di Jawa Timur, peternakan kambing perah sebagian besar seperti yang ada di Jawa Tengah, tetapi kebanyakan dari mereka dioperasikan sebagai koperasi petani.
Harga susu sama seperti di daerah lain, tetapi mereka memiliki pangsa pasar dan permintaan susu kambing yang baik. Untuk beberapa kegiatan, seperti praktek perternakan kambing dan pelatihan pengolahan susu disediakan oleh Balai Besar Pelatihan Peternakan, Departemen Pertanian di Batu Malang, Jawa Timur.
Produk
Limbah pertanian dan industri rumah tangga yang memiliki kandungan nutrisi yang baik seperti daun singkong, tebon, dedak padi, titen kedelai, limbah industri pembuatan tahu dan tempe dapat digunakan sebagai pakan tambahan atau pakan penguat ternak kambing.
Peternak yang memiliki pemahaman lebih tentang manajemen kesehatan ternak dan pengolahan susu akan mendapatkan hasil yang lebih baik. Peternak kambing yang memiliki manajemen kesehatan, pakan dan pengolahan produk yang bagus mampu memelihara lebih banyak kambing.
Biasanya, dalam peternakan kambing skala kecil, kambing peliharaan diberi makan dengan cara diangon atau ngarit.
Susu kambing dipercaya sebagai makanan yang sehat. Peternak di beberapa daerah menjual susu mereka langsung ke konsumen, tetapi dalam beberapa kasus mereka menjualnya kepada koperasi atau distributor.
Harga penjualan langsung adalah sekitar USD 1,5-2 per liter, sementara menjual kepada distributor mengambil harga yang lebih rendah (USD 1-1,5 per liter) tergantung pada kandungan lemak pada susu. Lebih lanjut petani biasanya menjual langsung produk ke pasar khusus (rumah sakit, restoran, konsumen biasa) dengan harga jauh lebih tinggi (sampai dengan USD 5 per liter).
Di Jawa barat permintaan susu kambing lebih tinggi dari pasokan, sementara di jawa tengah adalah sebaliknya.
Pakan dan nutrisi kambing
Di masa lalu, para peternak kambing memberi makan kambingnya dari rumput alam yang tersedia atau istilahnya mengarit. Sejak peternakan kambing perah mulai dikembangkan, kambing mulai diberi pakan penguat atau konsentrat. Konsentrat tersebut bisa dari bahan-bahan seperti bungkil kedelai, dedak padi, tepung inti sawit, bungkil kelapa, limbah pembuatan tahu dan tempe.
Tanaman kacang-kacangan seperti Indigofera sp., Calliandra sp., Leucaena sp. dan rumput seperti Panicum maximum dan Brachiaria humidicolaare menjadi pakan yang umum digunakan untuk ternak kambing. Silase juga banyak digunakan dalam bidang penyediaan pakan kambing.
Universitas dan lembaga penelitian pemerintah juga memberikan informasi dan teknologi untuk pertanian yang baik dan untuk meningkatkan kinerja produksi dari susu kambing.
Pakan adalah yang paling penting dalam produksi ternak. Indigofera sp. sekarang sedang diperkenalkan kepada semua peternak kambing perah untuk meningkatkan kebutuhan protein. Pemanfaatan rumput asli ditambah dedak padi telah dievaluasi dalam kambing menyusui dan penelitian dengan limbah tempe sebagai pakan penguat juga telah dilakukan (Astuti et al., 2003). Hasil studi di atas menunjukkan produksi susu bisa mencapai 1,5 L / hari.
Manajemen kesehatan
Banyak peternak kambing perah tradisional tidak tahu tentang program vaksinasi dan praktik beternak hewan yang baik. Mereka sering bergantung pada obat herbal alami untuk mengobati hewan mereka yang sakit (sebagian besar di Jawa Tengah).
Namun, beberapa peternakan maju sudah ada yang menerapkan protokol keamanan hayati dan praktek keamanan pangan di peternakan mereka. Sebagian besar penyakit yang menyerang peternakan kambing biasanya karena parasit, kembung, mastitis dan beberapa kasus brucellosis. Kinerja reproduksi merupakan salah satu informasi penting untuk mengumpulkan informasi kualitas genetik peternakan.
Penyerempakan birahi dengan hormon PGF2α sangat umum digunakan oleh peternak modern untuk mendapatkan cempe-cempe yang seragam atau kualitas genetik yang sama baiknya. Sebagai contoh misalnya di peternakan Bangun Karso Farm, dengan 200 kambing perah, biasanya menyerempakkan birahi indukan kambing kemudian dikawinkan dengan pejantan-pejantannya.
Sayangnya, recording data tidak didokumentasikan dengan baik sehingga tidak banyak data yang digunakan untuk perbaikan genetik
Selera konsumen
Penelitian yang dilakukan Moeljanto, et al., (2002) melaporkan bahwa konsentrasi flouride dari susu kambing adalah 10 sampai 100 kali lebih tinggi dibanding susu sapi, sehingga susu kambing dapat digunakan sebagai antiseptik alami dan makanan yang sehat.
Susu aman untuk dikonsumsi dan bisa menetralkan pH lambung. Susu kambing juga dilaporkan mengandung protein dan lemak yang sangat mudah dicerna, natrium, kalsium dan fosfor. Tingkat konsumsi susu yang rendah di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh usia susu yang singkat dan harga yang tinggi, tetapi juga oleh budaya dan selera.
Sangat sedikit orang Indonesia suka dan mampu minum susu kambing. Meskipun pemerintah telah berusaha untuk mempromosikan minum susu kambing melalui program-program seperti “Hari Susu”, namun sepertinya belum berhasil.
Harga susu kambing
Tidak ada statistik dari harga susu kambing di Indonesia. Menurut komunikasi secara personal dengan produsen susu kambing, harga susu kambing segar pada tahun 2013 telah meningkat menjadi US $ 2- 3per liter. Harga tersebut kira-kira 3 sampai 4 kali lebih tinggi dari susu sapi.
Di beberapa daerah, susu kambing memberikan kontribusi signifikan terhadap total pasokan susu. Susu kambing di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya bisa mencapai harga tinggi sampai dengan US $ 2,5-5 per liter.
Tantangan dan solusi peternakan kambing perah
Informasi tentang populasi, produksi susu kambing dan produksi kambing perah sangat kurang. Produksi kambing perah membutuhkan dukungan baik dari pemerintah dan sektor swasta.
Saat ini ada beberapa kegiatan untuk meningkatkan dan mempromosikan peternakan kambing perah. Misalnya melalui pemuliaan dan perbanyakan program untuk meningkatkan populasi kambing perah, dan penerapan teknologi produksi modern.
Populasi dan pendapatan orang Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan untuk makanan sehat. Pada tahun 2011, konsumsi susu per tahun per kapita sebesar 6.92 kg. Konsumsi susu secara keseluruhan adalah berupa susu bubuk untuk bayi dan susu cair kaleng .
Dengan demikian produksi susu segar mempunyai potensi meningkat untuk memenuhi meningkatnya permintaan untuk susu baik susu segar atau susu olahan. Permintaan tidak dapat dipenuhi hanya dengan produksi lokal, sehingga pemerintah harus mengimpor, terutama dalam bentuk susu bubuk.
Dengan demikian susu kambing dapat berperan sebagai sumber alternatif untuk memenuhi permintaan susu yang terus meningkat. Hal ini memberikan kesempatan bagi peternak kambing perah skala kecil untuk usaha produksi susu kambing dan berkontribusi untuk meningkatkan pasokan susu nasional.
Namun susu kambing masih belum sepopuler susu sapi, meskipun susu kambing mampu mencapai harga tinggi USD $ 5 / L untuk pasaran tertentu.
*mata uang USD dikonversikan ke dalam rupiah sesuai kurs pada saat itu
Untuk melihat laporan asli tulisan Dr. Dewi Apri Astuti Professor in Animal Nutrition Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University Indonesia bisa didownload di link berikut.