Peternak Kambing Perah Sukses
Peternakan kambing yang diprioritaskan untuk produksi susu memiliki potensi yang besar. Akan tetapi sebanding dengan resiko-resiko yang besar pula. Manajemen kesehatan ternak, manajemen pakan dan manajemen penjualan susu serta manajemen produk paska produksi harus joss. Saya sendiri belum melakukan peternakan kambing perah karena belum mampu dan belum siap untuk segalanya. Untuk saat ini saya baru breeding kecil-kecilan yang siapa tahu bisa berkembang untuk kedepannya.
Tidak ada salahnya belajar mengenai kambing perah terlebih dahulu. Selain untuk menambah kesiapan bisa juga menambah semangat dalam beternak kambing apabila melihat profil-profil peternak kambing yang sudah berhasil dalam bidang ternak kambing. Pada postingan kali ini saya mencoba untuk menulis ulang tentang diskusi dan tanya jawab dengan peternak kambing perah yang menjadi salah satu admin grup facebook PETERNAK KAMBING INDONESIA. Beliau adalah Bapak Habib Abdullah Anis, peternak kambing perah di Karanganyar, Jawa Tengah. Untuk melihat tanya jawabnya langsung di grup, bisa kunjungi link ini.
Peternak kambing perah – profil
Beliau adalah peternak kambing perah yang berdomisili di Desa Jeruk Sawit Kecamatan Gondang Rejo Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Saat ini beliau memiliki total populasi ternak kambing sebanyak 130 ekor kambing yang termasuk cempe, dara, laktasi dan pejantan. Kambing yang diperah 40 ekor dengan produktifitas 50 liter/hari. Jenis kambing perahnya sanen dan safera.
Ada beberapa jenis kambing di Indonesia yang biasa diambil susunya diantaranya kambing etawa yang kemudian booming dengan produk-produk susu kambing etawa yang banyak beredar di pasaran. Tapi kenapa dipilih jenis kambing saanen dan safera, alasannya adalah sebagai berikut:
- Kambing saanen memiliki produktifitas susu lebih tinggi. Kambing saanen dapat memproduksi susu maksimal 3 liter/ hari.
- Kambing saanen memiliki masa laktasi yang panjang yaitu selama 2 tahun masa laktasi bahkan ada yang lebih.
- Kambing saanen jarang terkena masitis karena ambingnya yang menggantung.
Manajemen pakan kambing perah
Kambing perah untuk memproduksi susu membutuhkan pakan dengan kualitas yang bagus. Beliau menggunakan hijauan (hmt) dan konsentrat sebagai pakan kambing perahnya. Waktu pemberian makan kambing perah adalah tiga kali, pagi, siang dan sore. Pagi dan sore kambing perah diberikan pakan hijauan sedangkan sore hari kambing perah diberikan konsentrat.
Pemberian pakan yang berkualitas tidak hanya ketika kambing perah sedang masa produksi tetapi sejak dara dan hamil juga. Untuk jenis hijauan, beliau merekomendasikan yang ada disekitar saja. Yang penting bisa memenuhi protein kasar atau Pk sebesar 16%.
Untuk menyiasati kelangkaan hijauan, beliau juga membuat silase dipeternakan kambing perahnya. Cara membuatnya hijaun dicacah kecil dan dikeringkan untuk mengurangi kadar air silase. Kemudian ditambah probiotik dan disimpan dalam kantong plastik. Silase tersebut dapat disimpan paling lama selama 6 bulan. Plastik harus kuat dan tidak bocor untuk menjaga kualitas silase.
Penyimpanan silase (link sumber) |
Untuk kambing perah yang dalam masa produksi diberikan konsentrat sebanyak 60% dari total ransum dan hijauan 40%. Konsentrat yang diberikan memiliki kandungan PK 18% – 20%. Hal ini dilakukan karena beliau mengaku dilingkungan sekitar hijauan agak susah jadi porsi konsentratnya diperbanyak.
Pejantan diberikan perlakuan yang sedikit berbeda. Setiap bulannya kambing jantan diberikan jamu khusus untuk menjaga vitalitas pejantan. Makannya 70% hijauan dan 30% konsentrat. Kambing jantan dipisahkan dari indukan yang sedang hamil.
Cempe yang lahir menyusu ke induknya selama satu bulan kemudian secara bertahap digantikan sengan susu formula.
Penjualan susu kambing
Pangsa pasar beliau adalah lingkungan sekitar, toko-toko, komunitas dan kedai beliau sendiri.
Produksi susu kambing 50 liter/hari, beliau memperkerjakan 6 anak kandang. 2 orang bekerja di bagian pemerahan dan perawatan, 2 orang dibagian pakan, 1 orang sebagai supervisor dan 1 orang lagi di bagian transportasi susu kambing. Pemerahan masih dilakukan secara manual.
Sebelum memutuskan untuk beternak kambing perah beliau menyarankan untuk melakukan survey pasar terlebih dahulu. Bagaimana minat masyarakat sekitar terhadap susu kambing. Hal ini supaya produksi susu dapat terserap oleh pasar sehingga cashflow berjalan baik. Dengan produksi susu kambing 50 liter/hari beliau memperoleh omset sekitar 45 jt rupiah per bulannya.