Manfaat susu sapi A2 diklaim lebih banyak ketimbang susu A1. Diantara manfaat susu sapi A2 adalah gak enek di lambung, aman untuk penderita intoleransi laktosa, menurunkan resiko diabetes dan jantung, serta lebih sehat tentunya.
Kunci pada manfaat susu sapi A2 adalah struktur proteinnya. Proteinnya berbeda dari susu sapi A1.
Apa itu susu sapi A2?
Susu Sapi A2 adalah susu yang dihasillkan oleh sapi dengan genetik terseleksi yang hanya menghasilkan susu dengan kandungan protein beta kasein tipe A2.
Beta kasein jumlahnya sekitar 30% dari total protein pada susu. Beta kasein ini pada umumnya terdiri dari protein A1 dan A2.
Kemudian dikabarkan bahwa A1 itu harmfull (berbahaya) dan A2 adalah harmless (aman).
Pada mulanya, semua hewan ternak menghasilkan susu A2.
Kemudian lambat laun mengalami sedikit mutasi genetik sehingga susu yang dihasilkan ada beta kasein A1 dan A2.
Mutasi ini terjadi terutama pada sapi. Karena sapi termasuk hewan ternak yang selalu dikembangkan genetiknya untuk meningkatkan produktifitasnya. Entah daging atau susu.
Rata – rata, ternak yang tidak begitu mengalami banyak pemuliaan genetik susunya masih dominan A2. Seperti kerbau, kambing dan domba.
Jika (A1) dulu tidak ada dan sekarang ada pada susu? Wajarkan jika kita bertanya – tanya? Ada tidak ini pengaruhnya jika dikonsumsi terutama jangka panjang tentunya.
Oleh sebab itu, saya tidak tahu apakah sebegitu berpengaruhkah bahayanya A1 pada tubuh kita atau ini sengaja menciptakan pasar baru terhadap produk susu sapi saja?
Mari kita lihat lebih jauh tentang susu sapi dan sapi A2 ini.
Nanti untuk kesimpulannya, bisa disimpulkan sendiri.
Apakah kita perlu minum susu A2?
Susu itu adalah minuman yang baik. Karena susu mengandung gizi yang sangat luar biasa.
Protein, lemak, vitamin dan mineral yang tinggi. Semuanya sangat dibutuhkan dan bagus buat tubuh.
Dulu, susu pernah menjadi bagian dari makanan 4 sehat 5 sempurna. Hanya orang kelas menengah ke atas yang bisa menyempurnakan menu – menu makanan mereka.
Kita tidak perduli dengan susu yang kita minum. Asalkan itu dianggap susu, maka kita yakin itu susu.
Sekarang tidak lagi. Empat sehat lima sempurna diganti dengan makan gizi seimbang.
Susu tidak termasuk. Karena susu tidak selamanya itu ada susunya.
Rata – rata pengkonsumsi susu berada pada orang di usia pertumbuhan. Ini adalah usia anak – anak kebanyakan.
Permasalahan pada susu kebanyakan dialami pada susu sapi. Hal ini karena kandungan beta kasein tipe A1 pada susu sapi lebih banyak daripada dibandingkan susu dari hewan lain.
Susu sapi yang beredar saat ini kebanyakan masih ada A2 dan A1 nya. Dengan perbandingan sekitar 60% untuk A2 dan 40% untuk A1.
Adanya A1 pada susu sapi dianggap akan menyebabkan permasalahan yang cukup serius. Meskipun belum cukup bukti secara ilmiah. Karena butuh waktu yang lama untuk membuktikan ini.
Ini berbeda dengan kasus intoleransi laktosa susu sapi. A1 adalah protein bukan laktosa. Laktosa itu adalah bagian dari karbohidrat bukan protein.
Jadi, sekarang nambah satu lagi permasalahan karena minum susu sapi. Selain intoleransi laktosa sekarang nambah adanya beta kasein A1.
Sebelum itu, mari kita lihat dulu protein yang ada pada susu sapi terlebih dahulu.
Protein pada susu sapi 82% terdiri dari kasein dan 12% sisanya adalah protein whey.
Kasein sendiri, pada susu sapi 1/3 nya adalah beta kasein.
Beta kasein, terdiri dari beta kasein A1 dan beta kasein A2.
Perbandingan antara A2 dan A1 kebanyakan adalah 60:40.
Tapi, perbandingan ini bisa sangat bervariasi tergantung jenis sapi dan genetiknya.
Pada susu sapi, jumlah beta kasein A1 memang sangat tinggi jika dibandingkan dengan susu dari ternak lainnya.
Terutama, jika dibandingkan susu kambing, jumlahnya jauh lebih sedikit.
Mengkonsumsi susu sapi yang ada A1 bisa menyebabkan penyakit seperti diabetes tipe 1, jantung koroner, schizophrenia dan autisme. Tapi untuk orang – orang yang mempunyai sistem kekebalan tubuh lemah.
Kenapa A1 pada susu sapi bisa seperti itu?
Perbedaan antara Susu A2 dan A1
Perbedaan antara beta kasein A1 dan A2 ada pada dua bagian.
Pertama adalah pada rantai asam aminonya dan kedua adalah bagaimana masing – masing protein tersebut dicerna dengan cara yang berbeda.
Pada rantai asam amino, antara keduanya menunjukkan perbedaan pada rantai yang ke-67.
Beta kasein tipe A2 posisi mata rantai yang ke 67 adalah proline. Sedangkan pada beta kasein A1 adalah Histidin.
Ilustrasinya bisa dilihat pada gambar di bawah ini.
Masalahnya adalah pada histidin ini.
Sebagai perbandingan, pada susu manusia (ASI) rantai beta kaseinnya sama dengan beta kasein A2. Yaitu pada posisi ke 67 terdiri atas proline dan bukan histidin.
Emangnya pengaruhnya apa antara proline dan histidin?
Untuk menjawab itu, kita akan masuk ke perbedaan yang ke dua. Yaitu tentang bagaimana kedua protein ini dicerna oleh tubuh kita.
Beta kasein A1 ketika dicerna oleh enzim pencernaan, akan menghasilkan Beta-Casomorphine-7. Atau biasanya disingkat menjadi BCM-7.
Sedangkah pada beta kasein A2, hanya melepaskan BCM-7 dalam jumlah yang relatif sedikit jika dibandingkan dengan A1.
Sekarang adalah apa yang terjadi jika BCM-7 ini masuk dan berinteraksi dengan sistem pencernaan kita?
Ok, BCM-7 bersifat opioid. Apa itu?
Secara praktis opioid bisa dianggap sebagai zat pereda nyeri. Lingkup kerjanya berhubungan dengan sistem saraf.
Ketika opioid masuk dan mengalir di dalam darah, obat yang satu ini akan menempel pada reseptor opioid di sel-sel otak, sumsum tulang belakang, dan organ lain yang terlibat dalam rasa sakit dan senang. Sel kemudian melepaskan sinyal yang meredam rasa sakit dari otak ke tubuh dan melepaskan dopamin dalam jumlah besar ke seluruh tubuh dan menciptakan perasaan senang.
Betacasomorphine berasal dari kata caso dan morphine. Caso karena berasal dari kasein dan morphine karena kerja dari zat ini seperti cara kerja dari morphine.
Susu A1 memicu banyak masalah kesehatan
BCM-7 yang bisa dihasilkan dari beta kasein A1 disinyalir bisa menimbulkan beberapa masalah panjang.
Tapi yang perlu digaris bawahi adalah ini masih terjadi perdebatan. Dan sangat dibutuhkan penelitian yang lebih jauh lagi.
Rata – rata, data yang sekarang ada masih lemah. Karena hanya bersifat uji kimia laborat (in vitro) dan pada hewan uji saja (kelinci dan tikus).
Sedangkan untuk data in vivonya (uji terhadap responden manusia langsung) belum ada data yang akurat. Atau bahkan belum ada.
Tapi jika kita berfikir lebih berani lagi, bukankah semua obat (kimia atau herbal) sebelum dilepas ke pasar diuji coba di lab terlebih dahulu?
Awalnya secara invitro dan pada hewan percobaan juga?
Ok, kita langsung saja ke beberapa penyakit yang sering dihubung – hubungkan dengan BCM-7 ini.
1 . Penyakit jantung koroner
Hubungan antara konsumsi beta kasein A1 dan penyakit jantung koroner ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mclachlan. Jurnal internasionalnya terbit pada tahun 2001. Bisa diakses di science direct.
Penentuan korelasi ini dilakukan dengan melakukan pengolahan data dari beberapa negara di eropa.
Data yang diolah antara lain:
- Data konsumsi protein susu sapi. Data diambil dari FAO (food and Agricultural Organisation) dari tahun 1979 – 1981 yang dikomparasikan dengan data dari IDF (international dairy federation).
- Data penyakit jantung koroner. Data diperoleh dari beberapa laporan ilmiah.
Kemudian salah satu korelasi yang bisa disimpulkan bisa dilihat pada gambar di bawah ini.
Pada bagian kanan adalah tingkat kematian per 100.000 kasus penyakit. Dan bagian bawah adalah jumlah konsumsi beta kasein A1 setiap harinya (gram/hari).
Dari data di atas bisa kita lihat bahwa semakin tinggi konsumsi beta kasein A1, tingkat kematian pada penderita jantung koroner semakin tinggi.
Kasus tertinggi pada negara Finlandia, sedangkan angka terendah ada pada negara Jepang.
Jika dihubungkan secara langsung, konsumsi susu sapi A1 dengan penyakit jantung koroner memiliki hubungan yang sangat tinggi.
Sehingga dalam kasus ini beta kasein A1 dianggap sebagai salah satu faktor yang memicu timbulnya penyakit jantung koroner.
Akan tetapi karena pasti banyak faktor yang mempengaruhi terhadap munculnya faktor ini, faktor lain perlu dipertimbangkan.
Seperti gaya hidup, konsumsi alkohol, makanan lain selain susu, rokok dan seterusnya.
Dengan kata lain, data empiris bahwa susu sapi (yang ada A1) bisa menyebabkan penyakit jantung koroner masih lemah.
Perlu ada penelitian yang lebih jauh dan sangat panjang untuk membuktikannya. Dan tentunya membutuhkan waktu dan biaya yang sangat banyak.
Akan tetapi secara laborat, percobaan terhadap hewan uji memberikan sedikit gambaran yang sedikit lebih nyata.
Kelinci yang diberi susu dengan beta kasein A1 memiliki tingkat kolesterol dan plak yang lebih tinggi pada aortanya. Sedangkan kelinci yang diberi susu A2, hasilnya sebaliknya.
Pada beberapa hewan uji coba seperti babi, tikus dan kera hasilnya juga senada.
2 . Diabetes militus tipe 1
Diabet Militus tipe 1 adalah penyakit autoimune dimana pankreas kehilangan kemampuannya dalam memproduksi insulin.
Meskipun penyakit ini sangat ditentukan oleh faktor genetik, tapi sekarang faktor lingkungan sudah dikonfirmasi juga bisa memicu penyakit ini.
Studi telah menunjukkan bahwa BCM-7 dapat menghambat pertumbuhan sel limfosit usus.
Lebih jelasnya, penurunan sel limfosit usus bisa melemahkan daya permeabilitas usus sehingga, zat beracun bisa masuk ke dalam darah.
Kemudian tubuh akan merespon dengan mengaktifkan sistem kekebalan (imunitas) dan mencoba mencegah atau mengatasi keadaan tersebut.
Akibatnya adalah terjadi peradangan dan reaksi alergi.
Data yang telah diolah dalam sebuah publikasi ilmiah juga memberikan hal yang senada.
Semakin tinggi konsumsi beta kasein A1 per kapita, kasus terjadinya diabetes militus tipe 1 juga semakin tinggi.
Bukan hanya kebetulan, data ini diolah pada anak yang umurnya di bawah 15 tahun.
Grafik di atas adalah hubungan antara konsumsi beta kasein A1 per kapita pada anak 0 – 14 tahun terhadap terjadinya kasus Diabetes Militus tipe 1.
Data diolah dari tahun 1990 – 1994 pada beberapa negara eropa. Kecuali Jepang yang dari negara Asia.
3 . Sindrom Anak Mati Mendadak
Terhadap kasus ini, BCM-7 adalah yang paling dicurigai.
Karena sekarang, bayi tidak makan apa – apa kecuali susu. Jika ibunya tidak bisa memberi ASI, maka otomatis sufor sebagai penggantinya.
Jika sufor terbuat dari bahan susu sapi, maka kemungkinan ada beta kasen A1 nya dan menghasilkan BCM-7.
BCM 7 ini akan terdapat pada darah bayi. Ada bayi yang bisa mencernanya dengan cepat, tapi beberapa ada yang mencernanya dengan sangat lambat.
Pada bayi yang kendali pernafasan dan perkembangan saraf vagal yang belum sempurna, susu yang terdapat peptida opioid (BCM-7) akan membuat depresi pada saraf pernafasan.
Ini bisa mengakibatkan kematian.
4 . Gangguan saraf
Penderita gangguan neurologi seperti autisme dan schizophrenia ternyata ditemukan BCM-7 lebih banyak pada urinnya.
5 . Penyakit lain
Saya tidak ahli dalam merangkai kata yang berhubungan dengan istilah – istilah medis ini.
Pada mulanya saya hanya tertarik pada sapi yang bisa menghasilkan susu A2. Tidak lebih.
Tapi kebanyakan jurnal yang saya peroleh tentang susu A2, isinya lebih menyoroti tentang A1 nya. Ternyata ada isu yang lebih mendalam daripada hanya sekedar susu yang tidak bikin nek di lambung.
Apakah ini hoax?
Bagaimana saya bisa menganggap ini hoax, jika ada literatur ilmiah yang menjadi sumber rujukan ilmu yang sah dan terpercaya bagi akademisi dan para ahli.
Tapi saya juga masih bingung, bagaimana susu yang seharusnya baik dan halalan toyyiban bisa menjadi sumber penyakit yang sangat serius?
Silahkan konsultasi ke dokter dan para ahli saja.
Tapi di kalangan dokter pun ada yang pro dan kontra terhadap susu formula.
Isu tentang A1 dan A2 ini belum lah lama.
Permulaan ditemukan pada tahun 1980. Kemudian, penelitian baru dimulai sekitaran 1990 an.
Dengan respondennya adalah manusia, maka untuk mengetahui dan memastikan efek dari A1 ini membutuhkan waktu yang sangat lama.
Karena manusia bisa hidup lebih lama otomatis data yang bisa diambil akan perlahan dan memakan waktu yang sangat panjang.
Mungkin sekitar 50 – 100 tahun lagi kali ya.
Dan seperti biasa, kita masih dijajah ketika orang barat sudah memulai abad fisika modern, dalam hal ini kita mungkin akan mengetahui dan sadar ini lebih lama lagi.
Mbuh lah….
Saya sarankan Anda membaca jurnal – jurnalnya sendiri. Sudah saya kumpulkan, bisa di download di sini. Nanti Anda bisa kembangkan dan mencari sendiri jurnal yang ada direferensi – referensinya.
Sampai sini tulisan dibuat untuk umum. Tapi setelah ini saya akan fokus ke bagian peternakannya.
Jika Anda tidak tertarik dengan peternakan (sapi), silahkan cari bacaan pendukung yang lain ya.
Kenapa susu A2 Mahal?
Sapi perah sekarang kebanyakan mempunyai genetik campuran A1A2. Artinya, susu yang dihasilkan akan terdapat beta kasein A1 dan beta kasein A2.
Tapi untuk soal proporsinya, bisa bervariasi tergantung genetiknya tadi. Ada sapi yang menghasilkan A1 lebih sedikit, dan ada yang hampir setengah – setengah untuk masing – masing A1 dan A2.
Misalnya sapi perah frisian dan holstein menghasilkan komposisi A1 dan A2 yang jumlahnya hampir sama.
Sapi jersey, jumlah A1 dalam susu yang dihasilkan sekitar 1/3 saja. Dan jenis sapi Guernsey membawa genetik A1 lebih sedikit yaitu sekitar 10% saja.
Dulu, sebelum ada teknologi rekayasa genetik dan penggunaan obat – obatan yang macam – macam, semua sapi menghasilkan susu A2.
Kemudian dalam kurun waktu yang sangat lama, genetik sapi – sapi ini mengalami evolusi genetik. Sehingga, sapi sekarang (yang hybrid) kebanyakan menghasilkan susu campuran A1 dan A2.
Oleh sebab itu, sapi lokal yang belum banyak dilakukan pemuliaan genetik komposisi beta kasein A1 dalam susunya lebih sedikit.
Kita seharusnya mempunyai jenis sapi lokal yang benar – benar asli. Yaitu sapi bali.
Tapi, belum ada (belum nemu) riset penelitian yang meneliti tentang susu bali A2.
Logika ini juga bisa diterapkan pada susu dari ternak lain seperti domba, kambing dan kerbau.
Hewan – hewan ternak tersebut sedikit sekali adanya pemuliaan genetik. Domba dan kambing dari dulu ya itu – itu saja, apalagi kerbau.
Berbeda dengan India. Di sana banyak jenis sapi lokalnya.
Dan menurut publikasi ilmiah orang sana, rata – rata sapi lokal mereka (India) susunya masih dominan A2.
Diantara jenis – jenis sapi lokal India bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Jenis Sapi | A1 | A2 | A2A2 |
Sahiwal | 0 | 1 | 1 |
Red Sindhi | 0 | 1 | 1 |
Tharparkar | 0 | 1 | 1 |
Gir | 0 | 1 | 1 |
Kangayam | 0 | 1 | 1 |
Nimari | 0 | 1 | 1 |
Red Kandhari | 0 | 1 | 1 |
Amritmaha | 0 | 1 | 1 |
Malvi | 0 | 1 | 1 |
Kankrej | 0 | 1 | 1 |
Hariana | 0 | 1 | 1 |
Rathi | 0 | 1 | 1 |
Mewati | 0 | 1 | 1 |
Malnad Gidda | 0, 096 | 0, 904 | 0, 809 |
Kherigarh | 0,109 | 0,891 | 0 ,783 |
Angka Nol artinya negati dan 1 adalah positif.
Bisa dilihat pada tabel di atas. Banyak sekali jenis sapi asli atau lokal yang ada di India.
Dan sudah diteliti, susu yang dihasilkannya adalah susu A2.
Cara mendapatkan sapi A2
Ada dua pilihan untuk kita bisa mendapatkan sapi A2.
Pertama adalah import dan kedua adalah pemurnian genetik.
Jelas sekali dua – duanya bukan pilihan yang murah untuk peternak kecil.
Bukannya tidak mungkin, tapi lebih memungkinkan saja untuk peternak skala industri atau yang bermodal raksasa.
Bisa juga dengan campur tangan bantuan pemerintah untuk mendatangkan sapi – sapi A2.
Untuk pemurnian genetik, membutuhkan waktu yang sangat lama. Selain itu akan sering melakukan tes – tes DNA untuk mengetahui genetik dari sapi.
Karena pasti akan berlangsung selama beberapa generasi sapi. Satu generasi saja, dari sapi dikandung, besar dan menghasilkan susu, setidaknya membutuhkan waktu 3 tahun.
Kemudian nunggu anaknya besar lagi, dikawinkan lagi, cucunya lahir dan seterusnya.
Intinya, kita masih jauh untuk bisa menjadi produsen susu A2 dalam negeri, apalagi eksport
Ok, sampai di sini dulu tentang sapi dan susu A2 ini. Mohon maaf bila ada salah – salah penulisan atau yang lainnya.
Sampai jumpa lagi.
Referensi
Boyd Swinburn. Beta casein A1 and A2 in milk and human health. Report to New Zealand Food Safety Authority. School of Health Sciences Deakin University Melbourne.
McLachlan, C. N. S. 2001. β-casein A1, ischaemic heart disease mortality, and other illnesses C. N. S. A2 Corporation Ltd, Devonport, Auckland, New Zealand. Medical Hypotheses (2001) 56(2), 262–272 © 2001 Harcourt Publishers Ltd.
Mohammad Raies ul Haq, Rajeev Kapila, Umesh Kumar Shandilya & Suman Kapila (2014) Impact of Milk Derived β-Casomorphins on Physiological Functions and Trends in Research: A Review, International Journal of Food Properties, 17:8, 1726-1741.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4487594/
Özcan ŞAHIN, Saim BOZTEPE1 , İbrahim AYTEKIN. A1 and A2 Bovine Milk, the Risk of Beta-casomorphin-7 and Its Possible Effects on Human Health: (II) Possible Effects of Beta-casomorphin-7 on Human Health. Selcuk University, Faculty of Agriculture, Department of Animal Science, Konya, Turkey. Selcuk J Agr Food Sci, (2018) 32 (3), 640-645.
Prasanta Boro, Binoy Chandra Naha, Deep Prakash Saikia & Chandra Prakash. A1 AND A2 MILK & ITS IMPACT ON HUMAN HEALTH. Review Articles. I.J.S.N., VOL.7 (1) 2016: 01-05.