Kalau dilihat dari mudah dan tidak dalam menyediakannya, pakan silase untuk kambing memberikan kelebihan tersendiri.
Silase pakan kambing dapat disimpan dalam waktu berbulan-bulan, sehingga stok pakan untuk beberapa bulan kedepan dapat disediakan.
Dengan demikian, waktu lebih bisa dihemat untuk aktifitas yang lain.
Memberikan silase pada kambing pada umumnya aman-aman saja. Akan tetapi tetap memiliki potensi resiko.
Harus dipertimbangkan faktor-faktor seperti kualitas nutrisi bahan silase dan manajemen setelah silase jadi.
Silase yang dibuat dari hijauan, umumnya disukai oleh kambing. Misalnya silase dari jagung, rumput, alfalfa dan lain-lain.
Hijauan tersebut dibuat silase dalam kondisi fresh yang dicacah menjadi ukuran yang lebih kecil.
Fresh yang saya maksud adalah hijauan masih dalam kondisi kadar air yang tinggi ketika dibuat silase.
Tujuannya adalah mencegah hijauan tersebut dari pembusukan. Hal ini karena hijauan dengan kadar air tinggi lebih mudah busuk kalau hanya disimpan begitu saja.
Tapi dengan silase, penyimpanannya bisa lebih lama.
Kunci keberhasilan dalam pembuatan silase adalah menyimpan hmt dalam kondisi hampa udara. Tujuannya adalah untuk mencegah oksigen masuk.
Kalau terjadi kebocoran, maka oksigen akan masuk dan terjadi reaksi oksidasi dan kemudian terjadi proses pembusukan.
Untuk itu, pembuatan silase dapat dilakukan disuatu wadah seperti silo atau plastik bag dengan diameter cukup besar.
Dalam proses pembuatan silase, akan terjadi proses fermentasi dan pengasaman. Proses ini akan menghasilkan asam laktat dan asam asetat.
Bakteri yang terdapat atau yang ditambahkan dalam pakan akan mengurai zat pati, gula dan oksigen. Proses ini akan menghentikan proses pembusukan pakan.
Ketika mencapai derajat keasaman tertentu, proses ensilase akan berhenti. Pakan menjadi stabil, suhu normal dan beraroma manis.
Persoalannya adalah ketika pakan dibuka dan tidak sekali habis. Maka penyimpanan berikutnya akan terjadi lagi proses oksidasi dan pembusukan sampai oksigen yang sudah terlanjur masuk sudah habis kembali.
Selain kerapatan wadah silase, faktor penting lain dalam menentukan keberhasilan membuat silase adalah kadar air hijauan.
Hal ini merupakan hal yang cukup rumit. Karena secara mudah, kadar air hijauan dapat diperoleh dari data-data penelitian. Namun, kondisi lapangan adalah suatu yang berbeda. Apalagi saat musim penghujan.
Oleh karena itu, sebenarnya lebih mudah untuk melakukan fermentasi bahan kering karena air dapat ditambahkan dan jumlahnya dapat dikontrol.
Bakteri memerlukan kadar air tertentu untuk bisa mensintesis asam fermentasi.
Nantinya dalam pakan silase akan terdapat berbagai asam-asam hasil dari proses fermentasi.
Jenis asam yang baik dan berguna dalam silase adalah asam laktat dan asam asetat.
Kalau asam propionik, asam butirik, amonia dan alkohol adalah hasil samping yang kurang bagus untuk silase itu sendiri.
Dalam silase pakan kambing, jumlah asam laktat haruslah lebih tinggi dari asam-asam lainnya.
Asam laktat tidak berbau. Jadi, tidak mungkin diketahui jumlah pastinya hanya dengan kelima indra manusia.
Untuk mengetahui jumlahnya harus dengan uji laboratorium.
Asam laktat sejumlah 8-10% dalam silase menunjukkan bahwa proses fermentasi berjalan dengan baik dan cepat.
Jumlah asam asetat seharusnya sekitar sepertiga dari jumlah asam laktat.
Apabila terdapat lebih banyak asam asetat, itu berarti fermentasi dalam silase berlangsung lambat. Asam asetat baunya seperti cuka.
Cepat dan lambat artinya silase cepat untuk menjadi stabil karena semakin lama untuk mencapai kestabilan semakin besar peluang untuk hadirnya bakteri yang tidak diinginkan.
Panas dan fermentasi yang terlalu lama, setelah bakteri selesai mengurai zat pati, bakteri akan mendegradasi protein dan hasilnya adalah amoniak.
Jika terdapat asam butirat dalam jumlah cukup banyak, berarti hmt yang dibuat untuk silase terlalu basah.
Asam butirat berbau busuk, jadi silase juga baunya akan busuk. Jangan memberikan silase yang seperti ini ke kambing.
Masalah penting dalam silase pakan kambing adalah munculnya mikotoksin.
Mikotoksin adalah racun-racun yang dihasilkan oleh jamur dan ditemukan dengan jumlah yang bermacam-macam hampir disetiap silase.
Enzim beracun tersebut dapat berupa aflatoksin, vumitoksin, zearalenone, T-2 dan fumonisis.
Mikotoksin dapat menyerang sistem imun kambing, produktivitas susu dan reproduksi kambing.
Sebaiknya dalam membuat silase disertakan campuran bahan mikotoksin binder. Untuk hal mikotoksin binder akan dibahas di postingan selanjutnya.
Sampai di sini dulu untuk artikel ini. Semoga bermanfaat dan terima kasih.