Ada cara agar sapi beranak jantan
Sepertinya, satu – satunya cara agar sapi beranak jantan adalah dengan kawin suntik atau inseminasi buatan.
Inseminasi buatan adalah memasukkan seperma sapi jantan ke saluran reproduksi sapi betina dengan bantuan manusia.
Daftar isi:
Dan, tentang teknis cara IB ini sudah ada di artikel di bawah ini.
Kenapa harus IB? Karena tingkat keberhasilan sapi bunting dengan IB lebih tinggi daripada kawin alami. Kawin alami maksudnya sapi betina dikawini secara langsung oleh sapi pejantan.
Akan tetapi, tingkat keberhasilan bunting sapi tidak ditentukan dari satu faktor IB saja.
Setidaknya ada lima faktor, yaitu.
- Siapa yang melakukan. Dalam hal ini adalah petugas inseminator. Handal atau tidak, ahli atau belum.
- Kualitas seperma atau straw.
- Kondisi sapinya. Sapi harus sudah dalam kondisi siap. Banyak hal, meliputi skor tubuh, tidak sakit, tidak ada parasit dan siap untuk birahi. Lebih detail mengenai ini sudah saya tulis di mempercepat birahi sapi.
- Peternak yang memiliki sapi. Pemilik ternak harus tahu kapan sapi harus dikawinkan supaya proses perkawinan sapi tidak telat. Karena kesempatan untuk kawin harus menunggu sekitar 3 minggu sekali.
- Waktu yang tepat. Di sini harus ada kerjasama antara pemilik ternak dan kedatangan petugas. Peternak sudah ok, tapi kalau petugas IB datangnya lelet, peluang keberhasilan sapi bunting bisa hilang.
Baik itu sapi kawin alami atau IB, peluang pedet lahir jantan atau betina adalah sekitar 50:50.
Dan, saran saya apapun jenis kelamin pedet yang kita peroleh, harus disyukuri. Iri boleh tapi sebentar saja.
Wong..lama hamilnya sama, sama – sama diberi makan, tapi hasilnya beda. Harga pedetan jantan harganya beda jauh dengan pedet betina. Kusus untuk sapi potong, kalau sapi perah, pedetan betina lebih berharga.
Untuk mengurangi rasa iri terhadap rejeki tetangga, sekarang IB sudah bisa memilih jenis kelamin yang diinginkan. Artinya tidak 100% kita bisa dapat pedet jantan atau betina, tapi peluangnya bisa ditingkatkan.
Caranya adalah:
- Jauh – jauh sebelum ingin melakukan IB, hubungi terlebih dahulu petugas inseminator yang kita kenal. Setidaknya bulan ke tiga atau ke empat setelah sapi melahirkan. Bukan masalah apa – apa, biasanya keinginan yang dadakan itu banyak yang tidak sesuai rencana. Alangkah lebih baik kalau punya lebih dari satu kenalan petugas IB.
- Tanyakan apakah bisa IB dengan straw sexing atau tidak.
- Setelah sapi menampakkan adanya tanda birahi, segera hubungi petugas IB tadi.
Seharusnya setiap petugas IB hurus bisa menyediakan jasa IB dengan bibit sexing. Karena bibit sapi unggul dari BBIB Singosari Malang sudah terdistribusi hampir merata di Seluruh Indonesia.
Handling dari straw ini rata – rata dipegang oleh dinas peternakan setempat. Tapi ada juga yang perseorangan ataupun PT.
Harga straw beku sendiri sebenarnya juga murah. Ini ada daftar harga dari BBIB Singosari.
Jenis sapi | Unsexing | Sexing |
Sapi Potong | Rp. 7.000 | Rp. 36.000 |
FH kelas B | Rp. 7.000 | Rp. 36.000 |
FH Kelas A | Rp. 8.000 | Rp. 40.000 |
FH proven sire | Rp. 9.000 | Rp. 45.000 |
FH Elite Bull | Rp. 12.000 | Rp. 60.000 |
Kambing | Rp. 7.000 | Rp. 36.000 |
Ikan | Rp. 15.000 | Tidak ada |
Selain BBIB Singosari, ada juga BBIB Lembang Bandung. Tapi, tidak ada informasi yang terbuka pada profil websitenya.
Mungkin saja, yang membuat IB ini menjadi lebih mahal karena ada biaya buat petugas IB nya.
Tapi jasa petugas sangat perlu dihargai. Karena jika sapi berhasil bunting, biayanya sangat kecil dibandingkan dengan pedet yang kita dapat.
Seandainya IB baru berhasil setelah 2 kali atau lebih, tetap saja biayanya masih kecil dibandingkan harga pedetan.
Apakah cara agar sapi beranak jantan dengan IB Sexing ini benar – benar terbukti?
Terbukti atau tidak, IB dengan bibit straw sexing ini bisa meningkatkan peluang untuk jenis kelamin pedet yang lahir.
Tetap ada kelemahan dan kelebihan. Jika kita faham dengan hal tersebut, seharusnya kita sudah siap menerima resiko yang kemungkinan akan terjadi.
Kita akan melihat beberapa data yang bisa kita gunakan untuk mendukung dan meyakinkan tentang IB sexing ini.
Faktanya, jenis kelamin pada seperma dipengaruhi oleh kromosom X dan Y pada DNA nya.
Jika seperma dengan kromosom X membuai sel telur, akan menghasilkan embrio dengan kelamin betina.
Sedangkan seperma dengan kromosom Y + sel telur akan menghasilkan embrio dengan jenis kelamin jantan.
Satu fakta lagi, kromosom X dan Y pada seperma ini sudah bisa dipisahkan. Artinya, kita bisa menghendaki IB dengan seperma kromosom X jika ingin pedet betina dan straw kromosom Y jika ingin mendapat pedet jantan.
Pemisahan antara X dan Y ini adalah tugasnya para ahli. Kita serahkan urusan ribet dan njlimet ini pada para pakarnya.
Data 1
Data yang pertama ini lebih menitik beratkan pada metode pemisahan antara kromosom X dan Y nya. Tapi kita tetap bisa mengambil informasi seberapa berhasilkah IB sexing ini.
Supaya lebih mudah kita bisa melihat pada tabel di bawah ini.
No | Straw | Jumlah | Hamil | Keterangan |
1 | Non sexing | 10 | 9 | 1 |
2 | Sexing X | 10 | 10 | Sephadex g 200 |
3 | Sexing Y | 10 | 6 | Gradien putih telur |
4 | Sexing X | 10 | 4 | Gradien putih telur |
Data kehamilan sapi diambil 63 hari setelah IB dilakukan. Artinya sudah melewati 3 kali siklus birahi sapi. Jadi, sapi sudah benar – benar positif hamil.
Mengenai sephadex dan gradien putih telur, itu hanyalah media atau bahan yang digunakan selama pemisahan sperma X dan Y. Dan Sephadex itu hanyalah merknya.
Kita anggap saja bahan putih telur tidak sebagus dari hasil sephadex. Meskipun demikian, seperma yang sudah dipisahkan tetap memberikan peluang yang bagus untuk berhasilnya IB.
Karena sampel sapinya masing – masing hanya berjumlah 10 ekor, mari kita lihat yang jumlahnya lebih banyak.
Data 2
Kemudian ada penelitian yang dilakukan pada tahun 2013.
Penelitian ini untuk menguji tingkat keberhasilan IB dengan sexing. Sapi yang diuji adalah sapi PO sebanyak 54 ekor.
Dan hasilnya secara singkat bisa kita lihat pada tabel di bawah ini.
NO. | Straw Beku | Jumlah sapi | Hamil (NRR 63) |
1 | Non sexing | 27 | 20 |
2 | Sexing Y | 27 | 16 |
Sama seperti pada data pertama, data kehamilan sapi diambil setelah 63 hari.
Kita bisa mengamati data di atas, bahwa tingkat keberhasilan IB non sexing lebih tinggi daripada yang sexing Y (jantan).
Dalam melakukan IB sexing, banyak hal teknis yang mempengaruhi rendahnya keberhasilannya.
Nanti akan kita bahas.
Kita lanjut ke data berikutnya.
Data 3
Data ketiga ini tidak jauh berbeda dengan data yang ke dua. Jumlah total sapi yang diteliti sebanyak 54 ekor sapi PO betina. Lokasi di wilayah kab. Tuban.
Setengahnya di IB dengan straw beku non sexing dan setengahnya lagi dengan staw beku sexing. Sayangnya, tidak ada informasi straw beku sexing nya X atau Y.
Tingkat keberhasilan dinyatakan dengan NRR 42 (non return rate). Artinya jumlah sapi yang tidak minta kawin lagi (tidak birahi) setelah dilakukan IB pertama.
NO | Semen Beku | NRR 42 |
1 | Non sexing | 83,87% |
2 | Sexing | 69,56 % |
Kasusnya sama seperti pada data no 2.
Hasil ini menunjukkan keberhasilan sapi untuk bunting dengan straw sexing lebih rendah daripada straw beku non sexing.
Data 4
No | straw Beku | Jumlah sapi | NRR63 | C/R |
1 | Non sexing | 49 | 37 ekor | 32 ekor |
2 | Sexing Y | 49 | 33 ekor | 27 ekor |
Keterangan:
Data yang ke empat ini total sapinya ada 98 ekor. Ini yang terbanyak.
NRR 63 adalah jumlah sapi yang tidak menunjukkan birahi lagi setelah 63 hari dari IB pertama.
Jumlahnya pada straw beku non sexing lebih banyak daripada IB sexing.
C/R adalah sapi yang langsung berhasil bunting pada IB pertama.
Bedanya NRR dengan C/R apa?
Misalnya kita ambil no 1 dari data 4.
Sapi yang tidak menunjukkan tanda birahi lagi setelah 63 hari ada 37 ekor.
Kemungkinan besar semuanya bunting. Akan tetapi, belum tentu. Harus diperiksa dan dipastikan. Bisa dengan alat atau dengan palpasi rektal.
Yang menjadi masalah adalah ketika sapi tidak menunjukkan birahi lagi dan tidak hamil. Ini perlu diperiksakan.
Sedangkan C/R adalah sapi yang sudah positif hamil saat dilakukan IB pertama kali. Untuk straw non sexing besarnya 65%.
Sedangkan straw sexing, besarnya 55%. Berarti ada peluang gagal sebanyak 45%. Ini potensi kegagalan yang besar lho.
Berapa % spermatozoa Y benar – benar lahir jantan?
Meskipun spermatozoa sudah diseleksi untuk lahir jantan, ketika sapi berhasil bunting, kelahiran tidak 100% jantan.
Tetap ada kemungkinan akan lahir pedet betina. Meskipun persentasinya kecil.
Dari penelitian yang dilakukan di Sulawesi tenggara, kesuksesan spermatozoa Y benar – benar melahirkan jantan bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Umur sapi | Jumlah | Bunting | Lahir jantan | Lahir betina |
3 – 4 th | 32 | 26 | 20 | 6 |
5 – 6 tahun | 31 | 20 | 16 | 4 |
Pada sapi yang lebih muda, spermatozoa Y berpeluang lahir benar – benar jantan sebanyak 77%. Sedangkan pada sapi yang lebih tua lebih tinggi, yaitu 80%.
Tapi, tidak bisa disimpulkan kalau sapi tua lebih bagus dalam ib sexing jantan. Kalau kita lihat presentase kebuntingan, jumlah sapi tua lebih sedikit daripada sapi muda.
Dengan kata lain, IB pada sapi tua lebih banyak yang gagal daripada sapi muda.
Biar tidak salah faham, teknis lapangan itu sangat berbeda
Yang perlu diketahui dan disadari dari konsumen IB adalah straw beku yang telah disexing kualitasnya lebih rendah daripada straw yang non sexing.
Karena kualitasnya lebih rendah, maka keberhasilannya pun di bawah IB non sexing. Konsumen harus berani menanggung resiko gagalnya.
Karena kalau berhasil, konsumen juga mendapat apa yang sangat mereka inginkan. Yaitu pedet jantan (untuk pedaging) atau pedet betina (untuk sapi perah).
Bahkan pada data 2, IB sexing dilakukan dengan double dosis. Dan hasilnya masih di bawah non sexing.
Secara kualitas, straw beku sexing dari BBIB singosari tidak perlu diragukan. Karena pasti sudah memenuhi standar minimal sebelum didistribusikan.
Persoalannya kemudian berada pada teknis lapangan. Pengangan strawnya.
Dari keempat data di atas, salah satu dugaan adanya kegagalan adalah karena adanya kematian dini pada embrio.
Selain itu, posisi IB juga sangat mempengaruhi. Posisi IB pada angka 4+ bisa lebih tinggi daripada posisi IB 4.
Posisi 4+ Yaitu penembakan straw pada badan uterus atau cornu uterina, penentuan ini dapat dilakukan dengan palpasi parektal dengan merasakan gun IB telah melewati cincin ke 4 servik saat penembakan straw .
Sedangkan posisi 4 yaitu penembakan straw pada cincin ke empat servik atau mulut uterus, ini biasanya dilakukan dengan meraba servik dan merasakan gun IB.
Ini petugas IB yang lebih faham karena yang terlibat langsung dengan organ reproduksi sapi.
Faktor penyebab kegagaan IB
Jika kita lihat pada data – data di atas, hampir semua riset hasilnya IB sexing sekitar 60% yang berhasil.
Penelitian juga cukup tersebar di berbagai lokasi ternak yang berbeda dan wilayah juga berbeda.
Mungkin ada yang mengatakan angka berhasilnya lebih tinggi. Tapi faktanya kondisi sapi betina di lapangan sangat beragam.
Dalam riset sapi lebih mudah untuk dikondisikan karena jumlahnya sedikit. Lagipula, biaya pakan sapi ditanggung lembaga. Tidak ada kekhawatiran akan kekurangan pakan.
Inilah yang menjadi salah satu faktor kenapa IB menjadi gagal.
Saya akan list apa saja yang bisa menyebabkan IB menjadi gagal.
- Kondisi skor tubuh rendah.
- Kekurangan nutrisi setelah proses IB.
- Sapi mengalami gunjangan yang hebat.
- Adanya serangan parasit.
Skor tubuh ideal untuk sapi betina adalah 4 – 6 (skala amerika). Kondisi tubuh pada skor ini adalah sedang – sedang saja.
Sapi tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk. Kalau dilihat, tulang rusuk tidak kelihatan, tapi kalau diraba tulangnya terasa.
Bedanya dengan yang gemuk, kalau sapi gemuk perlu sedikit ditekan baru terasa tulang rusuknya.
Untuk mendapatkan skor tubuh yang ideal, berarti sapi harus mendapatkan pakan yang berkualitas.
Skor sapi yang rendah bisa menyebabkan birahi lemah, sehingga perkawinan harus dilakukan lebih dari satu kali.
Pemberian pakan harus ditingkatkan ketika sapi sedang bunting. Kebanyakan kegagalan IB dikarenakan faktor ini.
Sapi setelah di IB tidak mendapat nutrisi yang mencukupi.
Ini bisa membuat kematian pada embrio, abortus dan mumifikasi janin.
Perawatan ketika sapi hamil juga harus hati – hati. Pada data 1 IB non sexing, dari 10 sapi hanya 9 yang berhasil hamil.
Satu ekor yang tidak jadi hamil dilaporkan karena terpeleset dan jatuh, sehingga terjadi keguguran.
Oleh karena itu, yang berencana menjual sapi hamil ke pasar, hati – hati saat menaikkan dan menurunkan sapi.
Jangan lupa juga kebersihan kandang juga perlu diperhatikan. Persoalannya serangan dan infeksi bakteri maupun virus akan menyebabkan permasalahan lebih rumit lagi.
Saya kira seperti ini dulu cara agar sapi beranak jantan. Semoga ada manfaatnya.
Saya doakan semua lancar usahanya, selamet dan sehat ternaknya.