Kita ingin bisa mendapatkan bahan pakan yang berkualitas dengan harga yang sangat murah. Apalagi kalau bahannya ada di sekitar kita dan stoknya sangat melimpah.
Sayangnya, bahan pakan yang melimpah dan dekat dengan kita, kualitasnya rendah. Misalnya jerami padi dan daun tebu, eceng gondok dan gedebok pisang.
Bahan-bahan tersebut tersebar merata hampir di seluruh wilayah Indonesia. Akan tetapi kualitasnya yang jelek berakibat pada tingginya biaya untuk mengolahnya.
Setelah diolah pun hasilnya tidak bagus – bagus amat. Ia hanya bisa digunakan sebagai pakan cadangan saat paceklik hijauan atau hanya diberikan sebagai campuran pakan dengan jumlah yang sangat sedikit.
Kalau jumlahnya sedikit, tentu ini tidak memberi penghematan yang cukup besar. Sedangkan perlu tambahan tenaga dan biaya untuk memprosesnya.
Mengenai jerami padi dan kawan-kawannya pernah saya tulis dalam artikel-artikel sebelumnya. Kalau belum pernah baca silahkan dibaca terlebih dahulu. Tinggal klik link nya di bawah ini.
kontroversi-fermentasi-jerami-padi-untuk-pakan-ternak/
silase eceng gondok untuk pakan domba dan kambing
eceng gondok sebagai pakan alternatif ternak kelinci
eceng gondok sebagai pakan ternak (sebuah angan)
Kalau daun singkong itu tidak seperti jerami padi dan kawan-kawannya di atas. Saya menganggapnya berbeda karena ia memiliki kualitas yang sangat bagus untuk dijadikan sebagai pakan ternak.
Meskipun daun singkong memiliki kelemahan, hal itu mudah untuk di atasi. Selama ini yang saya lakukan adalah dengan mengeringkannya dan ini berjalan dengan lancar dan baik – baik saja.
Daun singkong supaya aman untuk kambing
Daun singkong supaya aman diberikan ke kambing adalah saat kondisi kering. Kering karena dijemur matahari atau kering dan layu dengan sendirinya sama saja.
Pemberian kering ini untuk yang belum berpengalaman dan belum terbiasa menggunakan daun ini.
Kebanyakan kasus kambing keracunan daun singkong karena daun singkong diberikan setelah singkong di pupuk.
Selain itu, daun singkong dari nyempel yang diberikan ke ternak juga bisa membuat ternak keracunan.
Nyempel itu biasanya dilakukan setelah atau bareng dengan pemupukan. Dan pemupukan biasanya menggunakan urea.
Apa itu nyempel?
Nyempel itu membuang batang berlebih yang tumbuh dari bibit singkong yang di stek. Petani menginginkan batang yang tumbuh dari stek hanya 2 batang. Kalau lebih nanti isinya tidak bagus.
Untuk memastikan hanya ada 2 batang yang tumbuh, maka dicek atau diperiksa satu per satu. Aktifitas ini akan efektif kalau dilakukan bersamaan dengan memupuk.
Batang yang tidak di perlukan diambil dan dibuang. Yang ini, aman untuk diberikan ke ternak.
Akan tetapi ada juga petani yang tidak melakukan ini. Sehingga, para pengarit bisa mengambil bagian yang tidak diperlukan ini. Mengambil tunas muda yang berlebih ini sebagian besar tidak dilarang oleh pemiliknya.
Celakanya adalah ketika pengambilan batang tersebut setelah singkong dipupuk. Ini yang sebagian besar menyebabkan keracunan pada ternaknya.
Ciri – ciri singkong yang habis dipupuk adalah daunnya berwarna hijau segar dan biasanya lebih lebar.
Selain itu, tepat setelah dua hari sampai seminggu setelah singkong dipupuk akan ada jejak pupuk di bagian bawah dekat dengan batang singkong.
Mengenai ciri-ciri lengkap daun singkong ini sudah saya tulis di artikel di bawah ini. Kalau belum baca silahkan di baca terlebih dahulu. Klik saja linknya.
pemanfaatan daun singkong supaya aman untuk pakan kambing
daun singkong pakan kambing protein tinggi
Daun singkong sebagai konsentrat
Bisa memangkas konsentrat artinya bisa menghemat biaya produksi. Karena biaya produksi terbesar ada pada pakan.
Sedangkan pakan berupa konsentrat dapat mempercepat performa ternak. Akan tetapi harganya mahal.
Kalau biaya konsentrat ini bisa ditekan, ini merupakan sebuah kabar gembira. Bagaimana caranya?
Salah satu caranya adalah dengan mengganti salah satu bahan konsentrat dengan bahan yang murah dan mudah di dapatkan. Yaitu dengan daun singkong.
Ada beberapa penelitian yang membahas tentang ini. Nanti akan kita uraikan satu per satu. Jadi, lanjutkan terus membacanya.
Daun singkong yang disilase dapat digunakan untuk mengganti konsentrat sebanyak 40%. Dan hal ini tidak berpengaruh negatif terhadap ternak kambing perah peranakan etawa.
Maksudnya seperti ini. Ternak yang diberi jatah konsentat sebanyak 100 gram misalnya, performa dan produksinya sama dengan ternak yang diberi konsentrat sebanyak 60 gram + 40 gram daun singkong.
Misalnya harga konsentratnya per kg nya 3000 rupiah, maka kita bisa menghemat sebanyak 40 persennya. 40% nya adalah sebanyak 1200 rupiah, jumlah yang bisa kita hemat. Asalkan daun singkongnya gratis.
Penggunaan daun singkong ini ternyata tidak terbatas pada ternak kambing dan domba saja. Dari beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa daun singkong memberikan performa produksi yang baik pada ternak jangkrik.
Langsung saja kita uraikan satu per satu hasil dari penelitian tersebut. Dan kita akan lihat bahwa daun singkong benar – benar bisa berguna dalam usaha ternak.
Daun singkong untuk konsentrat kambing perah PE[1]
Ransum yang terdiri dari hijaun 50% dan konsentrat 50% itu kan ransum yang sangat baik. Baik dari segi kualitas maupun kandungan nutrisinya. Dengan ransum seperti itu kemungkinan besar ternak kambing akan memberikan produksi yang tidak mengecewakan.
Akan tetapi menggunakan konsentrat sebanyak setengah dari total ransum itu cukup mahal. Kalau hasil produksi ( baik naiknya bobot badan atau produksi susu ) tidak menutupi, bisa mengacaukan kondisi keuangan.
Salah satu cara untuk menyiasatinya adalah dengan mengganti beberapa bahan konsentrat dengan bahan lain yang kualitasnya serupa. Salah satu bahan tersebut adalah daun singkong ini.
Penggunaan daun singkong untuk konsentrat sudah di teliti dan hasilnya ternyata cukup bagus. Performa ternak ternyata tidak mengalami perkembangan yang negatif. Sehingga daun singkong ini aman dan bisa digunakan sebagai konsentrat.
Sebelum digunakan sebagai pakan konsentrat, daun singkong ini disilase terlebih dahulu. Caranya adalah sebagai berikut:
- Daun singkong yang terdiri dari daun, tangkai dan batang muda dicacah menjadi ukuran kecil. Sekitar 2 cm.
- Kemudian di layukan di ruang terbuka selama 3 jam. Tidak terkena sinar matahari langsung.
- Setelah itu timbang berapa beratnya.
- Tambahkan dan campurkan dengan molases atau tetes tebu sebanyak 5%. Kalau berat daun singkong, tangkai dan batang mudanya sebanyak 10 kg maka molasesnya sebanyak 0,5 kg.
- Dicampur sampai merata. Serata mungkin ya.
- Campuran disimpan dalam wadah tertutup dalam suhu kamar selama 4 minggu. Baru setelah itu baru bisa diberikan. Sebelum diberikan diangin-anginkan terlebih dahulu.
Sebagai bahan informasi bahwa hijauan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput raja sedangkan konsetratnya adalah konsentrat komersial.
Bagaimana hasilnya?
Untuk hasil yang diinginkan hanya akan saya jelaskan mengenai produksi susunya. Karena ternak yang digunakan adalah kambing perah.
Bagaimana kita bisa tahu kalau daun singkong ini dapat mengantikan konsentrat. Yaitu dengan memberi pakan ternak dengan jenis pakan yang berbeda jumlahnya.
Sekelompok ternak penelitian diberi ransum rumput raja dan konsentrat. Jumlahnya masing – masing 50% dan 50%. Kalau total ransum yang diberikan sebanyak 10 kg, maka rumput rajanya 5 kg dan konsentratnya 5 kg.
Kelompok kedua diberi ransum rumput raja 50%, konsentrat 40% dan daun singkong silase 10%. Dengan asumsi sama seperti paragraf di atas, maka jumlah masing-masing bahan tersebut adalah 5 kg, 4 kg dan 1 kg.
Kelompok ketiga, diberi ransum rumput raja 50%, konsentrat 30% dan daung singkong silase 20%. Jadi jumlahnya masing – masing dari bahan tersebut adalah 5 kg, 3 kg dan 2 kg. Dua kg dari jumlah konsentrat sebanyak 5 kg adalah 40%nya. Begini cara menghitungnya 2/5 x 100 % = 40%.
Selama empat minggu ternak kambing PE diberi ransum seperti di atas, rata-rata produksi susunya adalah sebagai berikut.
Bisa dilihat hasilnya pada tabel di atas. Jumlah produksi susu rata-rata memang sedikit berbeda. Tapi perbedaannya tidak begitu signifikan. Bahkan dengan penambahan daun singkong rata-rata produksi susunya lebih tinggi.
Daun singkong sebagai konsentrat ternak jangkrik
Semakin meningkatnya permintaan jangkrik, maka budidaya jangkrik mulai banyak dilakukan secara intensif. Harapannya supaya diperoleh hasil yang lebih baik dan cepat.
Oleh karena itu, pakan yang diberikan dituntut dengan kandungan nutrisi yang tinggi. Pakan yang praktis untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah dengan konsentrat.
Biasanya pakan yang digunakan sebagai konsentrat untuk jangkrik adalah pakan ayam komersial yang mempunyai kandungan protein kasar antara 20 – 22 %.
Akan tetapi kalau hanya diberikan konsentrat melulu tentu memberatkan biaya produksi. Makanya perlu diberikan pakan kombinasi berupa hijauan.
Hijauan ini bisa berupa daun pepaya, daun sawi, daun murbei, daun indigofera, dan daun singkong. Tergantung jenis hijauan mana yang mudah dan murah untuk diperoleh.
Dari semua jenis hijauan tersebut, mana yang terbaik untuk jangkrik?
Ternak jangkrik itu harapannya adalah pertumbuhan masa colondo cepat dan produktifitas telur tinggi kalau tujuannya menghasilkan telur jangkrik.
Dari beberapa riset studi, hijauan – hijauan yang saya sebut diatas ternyata memberikan pengaruh yang berbeda – beda terhadap target produksi ternak jangkrik.
Ada jenis hijauan yang lebih unggul dari pada jenis hijauan yang lainnya. Akan kita uraikan satu per satu, jadi terus lanjutkan untuk membacanya.
Konsentrat dan daun singkong untuk jangkrik[2]
Daun sinkong hampir semua bagiannya dapat digunakan sebagai pakan ternak jangkrik. Bagian tersebut meliputi pucuk daunnya atau daun muda, daun tua dan tangkai daunnya.
Perbandingan antara konsentrat dan daun singkong adalah sebanyak 1 : 1,5. Kalau konsentratnya 100 gram maka daun singkong (baik yang muda, tua dan tangkai) sebanyak 150 gram.
Tetapi untuk jangkrik yang baru menetas pemberiannya cukup konsentrat 5 gram dan hijauan sebanyak 7,5 gram. Semakin hari jumlah pemberiannya semakin banyak karena berat jangkriknya semakin bertambah.
Untuk fase pebesaran, yaitu dari tetas telur sampai colondo baik daun muda, tua atau tangkai nya sama saja. Artinya perkembanga jangkriknya sama antara yang diberi daun muda, tua atau tangkai.
Jadi, kalau tujuannya adalah pembesaran, pemberian daun singkong tidak usah dibeda bedakan. Karena hasil dan perkembangannya sama saja. Kecuali kalau tujuannya adalah produksi telur jangkrik, perlu dibedakan.[2]
Untuk bereproduksi jangkrik membutuhkan asupan protein yang tinggi. Sedangkan kandungan protein antara daun singkong muda, tua dan tangkai daun jumlahnya berbeda. Protein tertinggi ada pada daun muda.
Oleh karena itu produksi telur tertinggi diperoleh pada pemberian konsentrat dan daun singkong yang muda. Produksi telurnya per ekor/hari adalah sebanyak 0,022 gram.
Sedangkan hijauan daun singkong tua dan tangkainya produksi telurnya masing – masing adalah 0,015 gram/ekor/hari dan 0,014 gram/ekor/hari.
Perbedaannya cukup signifikan. Produktifitas telur jangkrik yang diberi makan daun singkong muda hampir dua kali lipat jumlahnya lebih banyak.
Dari segi bisnis, pemberian konsentrat dan daun singkong muda juga lebih menguntungkan. Karena untuk menghasilkan 1 gram telur, jangkrik yang diberi makan ransum pertama hanya butuh ransum sebanyak 1,876 gram.
Berbeda dengan ransum ke dua dan ketiga yang masing – masing membutuhkan ransum sebanyak 5.363 gram dan 2.996 gram untuk memproduksi 1 gram telur jangkrik.
Daun singkong vs Daun pepaya untuk pakan jangkrik[3]
Selain daung singkong hijaun alternatif yang cukup bagus untuk pakan jangkrik adalah daun pepaya. Di antara keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing.
Daun singkong memiliki kandungan protein kasar yang lebih tinggi dari pada daun pepaya namun terdapat zat anti nutrisi yang dinamakan Asam sianida (HCN).
Meskipun daun pepaya memiliki kandungan protein yang lebih rendah, akan tetapi ia memiliki kandungan vitamin dan enzym yang sangat bermanfaat sekali.
Dari studi yang pernah dilakukan, kualitas daun singkong dan daun pepaya ini hampir sama, kecuali pada satu hal. Yaitu produktifitas telur dan konversi pakan.[3]
Jangkrik cliring sama – sama menyukai antara dua kombinasi jenis hijaun ini. Hal ini dibuktikan dengan konsumsi ransum yang jumlahnya sama.
Tidak hanya itu, kualitas telur yang dihasilkan juga hampir sama. Lama penetasan telur dan daya telur yang dihasilkan kualitasnya berimbang.
Namun ada yang membedakan yaitu jumlah produksi telur yang dihasilkan ternyata lebih tinggi jangkrik yang diberi ransum konsentrat dan daun singkong.
Jumlahnya adalah 36 butir telur/ekor/hari sedangkan jangkrik yang diberi ransum ada daun pepayanya jumlahnya 27 butir/ekor/hari.
Tidak hanya itu, dengan daun singkong jangkrik butuh 0,03 gram ransum untuk memproduksi satu butir telur. Sedangkan daun pepaya membutuhkan 0,04 gram.
Jadi, sampai sini pemenangnya adalah daun singkong. Tidak hanya pada kualias dan produksi telurnya, melainkan pada stok atau ketersediannya.
Jumlah daun singkong tentu ketersediannya lebih banyak dari pada daun pepaya. Sehingga, daun singkong lebih mudah untuk didapatkan.
Daun Indigofera, Murbei vs Daun singkong untuk pakan jangkrik[4]
Bagaimana kalau daun murbei atau indigofera digunakan sebagai pakan jangkrik? Apakah lebih bagus atau tidak jika dibandingkan dengan daun singkong.
Kita sama-sama tahu kalau daun murbei dan indigofera ini mempunyai kualitas nutirisi yang bagus. Mengenai kualitasnya pernah saya tulis khusu dalam artikel di bawah ini. Kalau belum baca, silahkan membacanya. Tinggal klik linknya.
Jangkrik ternyata memakan ransum dengan jumlah yang berbeda – beda. Ransum dengan daun singkong ternyata paling disukai diantara daun indigofera dan daun murbei.
Bagaimana bisa tahu kalau itu disukai?
Konsumsi ransum terendah ada pada ransum dengan daun indigofera selanjutnya daun murbei. Ransum dengan daun singkong adalah yang tertinggi.
Jumlah konsumi ransum yang berbeda tentu berakibat pada bobot dari jangkrik tersebut. Pada minggu ke – 4 jangkrik dengan hijauan indigofera rata – rata bobotnya adalah 0,111 gram/ekor.
Hijauan murbei bobot jangkrik sebesar 0,184 gram/ekor. Sedangkan jangkrik dengan ransum ada daun singkongnya bobotnya sebesar 0,187 gram/ekor.
Pada minggu ke – 8 perbedaan bobotnya semakin nyata terlihat. Jangkrik dengan ransum ada indigofera, murbei dan daun singkong rata – rata bobotnya berturut – turut adalah 0,312 gram/ekor, 0,464 gram/ekor dan 0,54 gram/ekor.
Daun Sawi vs Daun Singkong untuk pakan jangkrik[5]
Dalam hal sebagai pakan jangkrik, daun sawilah yang kualitasnya dan hasilnya setara dengan daun singkong. Dari parameter – parameter yang diamati selama penelitian, semuanya menunjukkan hasil yang sama atau seimbang.
Mulai dari tingkat konsumsi ransum, produktivitas telur, bobot badan dan lain – lain semuanya nilainya setara dan seimbang. Hal ini seperti yang telah diteliti oleh Finito. [5]
Jadi, alternatif daung singkong untuk pakan jangkrik yang sebanding kualiasnya adalah daun sawi ini. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam segi bisnis.
Pertama adalah stok atau ketersediaan. Di sekitar kita lebih mudah mana untuk mendapatkan hijauan tersebut. Kalau lebih mudah daun singkong pakai daun singkong atau sebaliknya.
Sebelum itu, pertimbangan yang tidak kalah pentingnya adalah masalah harga atau biaya untuk meperoleh hijauan tersebut.
Kira-kira lebih murah mana antara menggunakan daun sinkong sebagai sumber hijauan jangkrik atau daun sawi.
Saya kira, sampai di sini dulu artikel ini. Semoga isinya bisa bermanfaat. Terima kasih dan sampai jumpa di artikel – artikel selanjutnnya.
Sumber
[1] Sofriani, Novicha. 2012. Pengaruh Pemberian Silase Daun Singkong (Manihot esculenta) Terhadap Penggunaan Nutrien Pakan, Produksi, dan Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah (PE). Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institute Pertanian Bogor.
[2] Andika Sunyoto SBU. 2015. Performa Jangkrik Kalung ( Gryllus bimaculatus) yang Diberi pakan Kombinasi Konsentrat Dengan Daun Singkong. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB Bogor. [3] Maharani, Shinta Ersa. 2004. Performa Reproduksi Jangkrik Cliring (Gryllus mitratus) yang Mendapat Konsentrat dan Daun singkong atau Daun pepaya. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi Ternak Fakultas Peternakan IPB Bogor. [4] Yuliana, Taofik Syaepuddin. 2016. Produktivitas Jangkrik Kalung yang Diberi Konsentrat Dengan Kombinasi Daun Indigofera atau Daun Murbei atau Daun Singkong. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB Bogor. [5] Mansy, Finito. 2002. Performa Jangkrik Kalung ( Gryllus bimaculatur ) yang diberi Kombinasi Konsentrat dengan Daun Sawi dan Daun Singkong Selama Masa Pertumbuhan. Program Studi Teknoligi Produksi Ternak Departemen Ilmu Produksi Ternak Fakultas Peternakan IPB Bogor.