Jangan Bertanam Hidroponik, Sebelum Membuat Atap Hidroponik

Apakah tanaman hidroponik boleh kena hujan?

Seperti apa pengaruh hujan terhadap hidroponik? Baik itu pengaruh secara langsung ke tanaman atau ke ekosistem sendiri.

Tinggal di negara tropis seperti di Indonesia akan mengalami dua musim dalam setahun.

Artinya, dalam 1/2 setahun kita akan mengalami hari – hari tanpa hujan dan setengahnya akan kita lalui dengan hujan hampir disetiap hari.

Fakta tersebut harus kita terima. Kalau tanaman hidroponik kita pasti akan kena hujan.

Pada dasarnya, tanaman hidroponik boleh – boleh saja terkena air hujan. Tidak ada masalah dengan itu.

Akan tetapi bertanam hidroponik itu sedikit berbeda dengan menanam di tanah.

Di tanah, akar akan menyebar di dalam tanah dan mengikat kuat. Sehingga bagian bawah dari tanaman cukup kuat.

Berbeda dengan hidroponik, akar tidak memiliki cengkeraman yang cukup kuat untuk menahan beban batang dan daun.

Kekuatan hanya pada netpot yang membantu untuk menopang batang tanaman.

Kecuali ada tambahan media berupa kerikil atau hidroton, mungkin kekuatan di bagian bawah tanaman bisa lebih.

Intinya, tanaman hidroponik boleh kena hujan. Tapi ia lebih rentan untuk rusak dan menjadi tidak enak untuk dipandang.

Masih ada hal lain yang lebih merepotkan. Akan kita bahas di bagian bawah artikel ini.

Hidroponik tanpa atap?

Saya menyarankan memang harus ada atap untuk tanaman hidroponik. Kala hidroponik skala industri, menurut saya malah harus.

Kalau untuk skala hobi saja, kita bisa menaruh instalasi hidroponik kita di halaman, di samping rumah, di belakang atau dimana saja. Kita bisa menaruhnya ditempat yang memang tidak terkena hujan secara langsung.

Itu sudah cukup dan bertanam hidroponik sudah bisa dilakukan. Tanpa harus mengeluarkan ektra biaya dan tenaga untuk membangun atap.

Saya akan sedikit berbagi pengalaman saya waktu membuat tanaman hidroponik tanpa atap.

Saat musim hujan tiba, akan muncul berbagai hambatan yang harus kita atasi.

Pertama, tetesan air hujan bisa membuat atau bahkan merusak tanaman secara fisik. Apalagi kalau tanaman kita masih kecil – kecil. 

Tidak hanya itu, hujan biasanya datang disertai dengan angin. Meskipun anginnya tidak selalu kencang.

Meskipun begitu, kondisi tesebut bisa membuat tanaman ndoyong sana sini dan membuat pemandangan menjadi sedikit aneh.

Kasus ini sering dijumpai pada tanaman seperti pakcoy, kangkung, bayam dan sayuran dengan batang semu yang cukup tinggi.

Kedua, air hujan bisa masuk ke pipa atau tempat media hidroponik. Masuknya air ini bisa karena tetesan masuk tepat ke media atau air hujan merosot melalui daun dan batang tanaman menuju ke tempat media.

Akibatnya apa?

Air dalam pipa menjadi berlebih. Kalau airnya berlebih, maka konsentrasi nutrisi akan berkurang.

Bahkan kalau airnya sampai tumpah, maka nutrisinya menjadi terbuang.

Selain itu, ph nutrisi juga berubah.

Ketiga, kita akan lebih sering menambah nutrisi. Padahal sebenarnya ini tidak perlu kalau tidak ditambahi dengan air hujan.

Banyak nutrisi yang terbuang percuma bersama air hujan dan ini pemborosan.

Saat tiba puncak musim penghujan, hal tersebut terjadi setiap hari. Bahkan saat imlek, hujan 2 – 3 hari siang dan malam.

Saat itu terjadi, kita bisa merasakan perasaan petani yang khawatir akan gagal panen karena hujan tidak berhenti – berhenti.

Jadi, atap untuk tanaman hidroponik memang sangat penting fungsinya.

Apakah harus greenhouse?

Atap untuk tanaman hidroponik tidak harus berbentuk greenhouse. Lihat dulu fungsi dan tujuan atap yang akan kita buat.

Tidak semua wilayah di Indonesia membutuhkan greenhouse. Melihat fungsi dan cara kerja greenhouse, sebenarnya ia lebih dibutuhkan oleh wilayah yang dekat dengan kutub utara.

Tidak hanya mereka, tapi wilayah dengan musim dingin juga membutuhkannya.

Di kita, greenhouse dibutuhkan di wilayah dataran tinggi yang suhunya sangat dingin. Jadi mereka membangun greenhouse untuk menghangatkan suhu sehingga sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Di wilayah yang punya musim dingin, mereka tidak menanam tanaman dalam greenhouse seterusnya. Saat musim dimana suhu menjadi lebih hangat, mereka akan mengeluarkan tanaman dari greenhouse.[1]

Wilayah dataran rendah seperti perkotaan menurut saya malah tidak perlu membangun greenhouse.

Kalau ingin membuatnya, ventilasi harus sangat diperhatikan supaya sirkulasi udara menjadi lancar.

Saya katakan demikian karena saya kemarin membuat greenhouse kecil – kecilan untuk tanaman hidroponik saya. Kebetulan, lokasi tempat tinggal saya masih masuk wilayah kota Semarang.

Ternyata apa? Suhu dalam greenhouse menjadi panas luar biasa.

Saat itu saya sedang memasang pipa untuk instalasi hidroponik. Ketika saya memalu tutup pipa, ternyata kondisinya sudah setengah meleleh.

Alhasil pipa dipukul tidak masuk dan menjadi melebar. Akhirnya saya hentikan pemasangan dan saya lanjutkan sore hari setelah suhu menjadi lebih dingin.

Ini serius dan tidak mengada – ada.

Akhirnya, plastik uv untuk penutup bagian samping saya potong.

Alhasil, suhu tetap panas. Karena dasar memang tinggal di daerah panas (tahu kan Semarang panasnya minta ampun).

Akan tetapi, suhu di bawah atap (tadinya greenhouse) tidak menjadi lebih tinggi dari suhu di sekitarnya.

membuat atap hidroponik

Bahan atap untuk tanaman hidroponik

Banyak sekali pilihan bahan yang bisa digunakan untuk membuat atap tanaman hidroponik.

Bagian atap, pilihan paling mudah adalah plastik uv. Atau bisa juga menggunakan fiber gelombang bening.

Kerangka bisa menggunakan kayu, pipa besi, baja ringan, pipa holo atau pvc.

Tapi menurut saya pilihan yang paling murah adalah pipa holo dan baja ringan.

Punya saya menggunakan kerangka pipa holo ukuran 2 cm x 4 cm. Secara kekuatan memang tidak begitu kokoh, tapi karena tempatnya berada dalam ruangan hal tersebut tidak menjadi masalah.

Kalau untuk outdoor, pilihan kombinasi antara baja ringan dan pipa holo adalah yang paling baik.

Baik dari segi kekuatan dan harganya.

Plastik uv untuk hidroponik

Kenapa harus plastik uv? Bukankah plastik biasa asalkan cukup tebal juga bisa dipakai?

Setelah saya pikir – pikir kok sepertinya penggunaan plastik uv ini tidak untuk tanaman yang dibawahnya.

Akan tetapi untuk bangunan greenhouse atau atap itu sendiri.

Alasannya adalah jika radiasi sinar ultraviolet (uv) dari matahari memberikan efek negatif pada tanaman, tuh tanaman di luar tanpa pelindung apapun tetap baik – baik saja.

Mereka tidak mati (asal cukup air dan nutrisi). Daunnya tidak gosong atau terbakar.

Kenapa saya lebih condong pada untuk keawetan bangunan greenhouse itu sendiri?

Ini alasannya saya.

Sinar uv itu bersifat merusak atau destruktif.

Radiasi dari sinar uv dapat merusak molekul benda yang dikenainya. Akibatnya bisa dilihat seperti memudarnya warna benda, retak, dan menjadi rapuh.

Oleh karena itu, kalau yang digunakan sebagai atap adalah plastik biasa, maka akan cepat rusak.

Plastik uv punya lapisan atau mengandung bahan yang bisa menyerap dan mengurangi radiasi sinar uv dari matahari.

Di pasaran banyak tersedia plastik uv yang kemampuan menyerap sinar uv cukup bervariasi. Mulai dari 6%, 8%, 12% dan 14%.

Ketebalan yang ditawarkan pun cukup bervariasi mulai dari rentang 150 – 200 mikrometer. Biasanya hanya disebut mikron saja.

Beda plastik biasa dengan plastik uv

Secara kasat mata hampir tidak ada perbedaan antara plastik uv dan plastik biasa.

Namun secara kimia, pada plastik uv ada bahan yang mampu untuk menyerap atau mendegradasi sinar uv dari matahari.

Plastik uv terlihat lebih keruh dan tidak bening. Meskipun banyak juga plastik biasa yang warnanya juga hampir sama.

Cara membuat atap tanaman hidroponik

membuat atap hidroponik

Sebelum memulai membuat atap untuk tanaman hidroponik, alangkah eloknya kalau kita tahu seperti apa bangunan yang akan kita buat.

Greenhouse mempunyai banyak macam desain. Diantaranya seperti pada gambar ini.

Itu adalah desain – desain yang cocok untuk wilayah subtropis. Kalau wilayah tropis, seperti Indonesia, desain greenhouse sudah sedikit dimodifikasi.

Ada tambahan ventilasi dalam desain greenhouse di atas. Seperti yang sudah saya sebutkan di awal tadi, greenhouse di kita, perlu ventilasi. Biar suhunya tidak terlalu panas.

Masih ada satu desain lagi, yaitu buat sesuai apa yang kamu inginkan. Seperti saya.

Saya membuat atap model shed. Tapi bagian samping tidak saya tutup dengan plastik uv atau paranet. Jadi saya biarkan terbuka dan fungsinya murni hanya menahan air hujan saja.

Cara membuatnya juga cukup mudah. Akan saya share berapa biaya yang saya habiskan untuk membuat ini.

BahanJumlahHarga @ (Rp.)Total
Pipa holo10 batang18.000/btg180000
Plastik uv3 meter x 5 meter16.000/meter80000
Binder clip1 box2000020000
Double tip besar11200012000
Screw drilling32600/biji19200
Total311200

Pemasangan plastik uv saya gunakan binder clip. Di bagian ujung – ujung atap saya jepit plastik dengan binder clip.

Tentu saya gunakan lapisan pelindung supaya plastik tidak rusak oleh binder clip. Saya menggunakan ban bekas untuk itu.

Supaya lebih kuat dan tidak mudah terangkat oleh hembusan angin, di bagian tengah saya tambahkan double tip untuk merekatkan plastik uv dengan pipanya.

Sampai sejauh ini, atap ini masih berfungsi dengan baik.

Ok, sampai disini dulu artikel tentang membuat atap untuk tanaman hidroponik ini. Semoga bermanfaat.

Bisa juga lihat videonya di bawah ini.

Referensi

[1] https://en.wikipedia.org/wiki/Greenhouse

5 comments

  1. Mantap artikelnya bermanfaat sekali. Sudah saya klik iklannya untuk apresiasi dan ucapan terimakasih

  2. semarang mana om, boleh dong liat kebun hidroponiknya…

  3. Kak izin bertanya . Untuk tumbuh kembang tanaman itu sendiri Ada perbedaan tidak antara yang menggunakan atap Dan tidak menggunakan atap .

  4. jelas banget artikelnya, nambah wawasan buat saya yg ingin buat hidroponik juga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *