Ternak ayam petelur 100 ekor
Kita akan membahas secara khusus dan spesifik tentang ternak ayam petelur 100 ekor. Mulai dari sistem kandang sampai umbaran. Mulai dari apa yang bisa kita dapatkan dari jumlah ayam sebanyak itu, sampai bagaimana melakukannya.
Karena jumlah ayam hanya 100 ekor, maka bisa dikatakan ini adalah ternak ayam petelur skala kecil. Kalau saya membagi skala usaha ini berdasarkan jumlah ayam petelurnya. Yaitu sebanyak 100 – 500 ekor, 500 – 1000 ekor dan diatas 1000 ekor.
Dengan skala yang kecil, ini cocok sekali untuk yang mempunyai lahan sempit.
Kita lihat untuk kebutuhan luas lahannya dulu. Dari kandang saja, hanya butuh kandang seluas 12 meter persegi.
Kandang seluas ini bisa kita buat dengan ukuran 2 meter x 6 meter. Jadi, kita bisa membangunnya di belakang rumah atau samping rumah.
Dengan menjaga kebersihan kandang secara teratur, insyaAllah bau bisa diminimalisir. Sehingga, tetangga tidak akan tertanggu dengan adanya ternak kita.
Tapi ini juga harus memperhatikan tingkat kepadatan rumahnya. Sebaiknya tetap diperhatikan juga kalau jarak antar rumahnya terlalu mepet.
Kalau di pedesaan, jarak antar rumah masih cukup berjauhan, jadi bau tidaklah begitu mengganggu.
Ternyata, budidaya ayam petelur sebanyak 100 ekor itu hasilnya cukup lumayan lho.
Daftar Isi:
Menurut analisa ternak ayam petelur yang pernah saya buat, dari 100 ekor ayam kita bisa mendapatkan penghasilan sekitar 900 – 1 juta rupiah per bulannya.
Dengan asumsi persentasi telur yang dihasilkan adalah 80% dan semua aspek teknis berjalan dengan lancar. Sehingga, Ini adalah pilihan yang tepat untuk bisa mendapatkan penghasilan tambahan.
Biasanya, dengan populasi yang kecil beberapa hal terkadang diabaikan. Misalnya:
Akan tetapi, meskipun sifat pendapatannya adalah sampingan, ternyata modalnya cukup lumayan.
Misal untuk membeli pulletnya saja, kita harus menyediakan uang sebanyak 6 – 7 juta. Belum pakan untuk 1 – 2 minggu sampai ayam bertelur, kandang, dan perlengkapan lainnya.
Setidaknya, kita harus menyediakan modal sebanyak 10 juta rupiah untuk 100 ekor ayam petelur ini.
Untuk itu, keuntungan harus dimaksimalkan dengan:
Ternak ayam petelur rumahan
Rata – rata, usaha ayam petelur ini dilakukan jauh dari permukiman. Seharusnya memang seperti itu. Ini untuk mengantisipasi komplain tetangga karena bau limbahnya. Dan juga ternak tidak terganggu dengan lalu lalang aktivitas warga.
Selain itu, dengan mengantisipasi hal ini sejak awal, usaha bisa berjalan lebih tenang dan nyaman.
Bagaimana jika kita ingin ternak tapi cuma sedikit? Dan tidak mempunyai ladang atau sawah yang jauh dari permukiman?
Berarti, mau tidak mau kita harus melakukannya di rumah. Karena sewa lahannya mungkin akan mahal dan belum ada anggaran untuk itu.
Sebetulnya, ternak ayam petelur rumahan ini bisa dilakukan dengan sistem kandang atau tanpa kandang.
Pilihannya pasti lebih menyukai yang tanpa kandang.
Oleh karena itu, fokus kita di sini adalah pada ketersedian lahan. Karena sistem rumahan, lahan sangat terbatas.
Jadi, Akan saya jelaskan tentang kebutuhan lahannya terlebih dahulu supaya lebih punya gambaran.
Ukuran kandang ayam petelur 100 ekor
Rata – rata ukuran kandang batterai untuk ayam petelur adalah panjang 120 cm, lebar 35 cm, tinggi depan 42 cm dan tinggi belakang 37 cm per set.
Panjang ini dibagi menjadi 4 sekat. Tiap sekat panjangnya menjadi 30 cm dan diisi 2 ekor ayam per sekatnya.
Jadi per set ada 8 ekor ayam.
Kalau 100 ekor ayam butuh 12,5 set, atau kita bulatkan menjadi 13 set saja.
Total panjang kandang untuk 13 set adalah 13 x 120 cm = 1560 cm atau 15,6 meter.
Jika kita bagi menjadi tiga tingkat, maka tingkat ke 1 dan ke 2 masing – masing ada 5 set dan tingkat ke tiga ada 3 set.
Dengan layout seperti gambar di bawah, maka ruang minimal untuk kandang ini adalah 2 x 6 meter. Bagian samping tetap perlu diberi space, jadi banguan kandang bisa dibuat dengan ukuran 2 meter x 7 meter.
Sekarang kita sudah tahu berapa lahan yang dibutuhkan untuk ternak ayam petelur skala rumahan ini.
Untuk gudang pakan, saya kira masih bisalah disimpan di dalam rumah. Karena 100 ekor ayam pakannya juga tidak banyak – banyak amat. Saya tidak memperhitungkan luas gudang untuk pakan di sini.
Oleh karena itu, jika kita punya ruang kosong seluas itu, bisa kita gunakan untuk ternak ayam petelur. Tapi hanya 100 ekor. Kalau hanya 50 ekor, tinggal dibagi setengahnya saja.
Jika ingin melihat analisa biayanya, bisa lihat di artikel ini. Karena saya sudah membahasnya dengan detail di sana.
Sekarang kita bahas tentang ternak ayam petelur yang tanpa kandang supaya ada gambarannya juga.
Nanti tinggal dipilih saja, lebih enak mana pakai kandang atau tidak.
Ternak ayam petelur tanpa kandang
Ada istilah lain untuk sistem tanpa kandang ini yaitu “ternak ayam petelur umbaran atau free range”.
Jadi, ini adalah sistem pemeliharaan yang non intensif. Ayam tidak dikandangkan, melainkan dilepas namun tetap diberi pagar pembatas supaya tidak benar – benar liar.
Meskipun bisa, tapi ternak ayam petelur sistem umbaran ini kurang laku di Indonesia. Hal ini karena produktifitasnya menjadi lebih rendah. Terutama pada tingkat kematian ayam yang lebih tinggi.[1]
Tapi di luar negeri, Pemeliharaan dan produk dari ayam petelur umbaran dan sistem kandang ini sangat dibedakan.
Penyebabnya adalah ini. Anda boleh sepakat, boleh juga tidak.
1 .Hak hewan ternak untuk bahagia.
Ternyata, ini ada organisasinya. Namanya Mercy for Animal atau kasih sayang untuk hewan. Tugasnya adalah menyertifikasi peternakan – peternakan bahwa mereka memperlakukan ternaknya dengan kasih sayang.
Jadi lingkup kerjanya tidak hanya pada unggas melainkan pada ternak ruminansia juga. Tidak boleh ada kekejaman dan kekerasan yang dilakukan selama merawat dan membesarkan ternak.
Misalnya, karena usahanya bergerak dalam menghasilkan pullet layer, terus doc yang jantan dibakar supaya tidak pusing lagi untuk mengurusnya. Contoh lain, dalam usaha menghasilkan susu, anak sapi adalah penghambat. Terus kurang diperhatikan dan diabaikan.
Bisa Jadi, ayam petelur yang dikandangkan terus menerus, dari kecil sampai tua, itu termasuk melakukan kekejaman pada ternak.
Jika peternakan Anda lolos, nanti akan mendapatkan sertifikasi kebahagiaan hewan atau animal happiness certification.
Lebih lanjut lagi, produk Anda akan ada stempelnya juga. Misalnya ayam bahagia atau telur gembira atau telur ayam umbaran.
Terlihat mengada – ada, tapi ini ada contoh produk dari telur bahagia ini.
Lalu, pengaruhnya terhadap usaha apa?
Pengaruhnya adalah produk ternak yang mendapat stempel ini memiliki harga jual yang lebih tinggi.
2 . Ingin mendapat produk ternak yang lebih sehat (organik)
Coba jawab pertanyaan – pertanyaan ini.
Daging ayam kampung dan ayam broiler lebih sehat mana?
Telur ayam ras dan telur ayam kampung bagusan mana?
Harga daging, telur dari ayam ras dan ayam kampung lebih mahalan mana?
Pasti banyak yang menjawab ayam kampung. Alasannya adalah karena ayam kampung berkembang dan berproduksi secara lebih natural atau organik.
Sehingga, untuk menghasilkan ayam petelur organik, sistem pemeliharaannya meniru ayam kampung ini.
Kira – kira apa alasannya?
Ada tiga alasan yang bisa menjelaskan pertanyaan – pertanyaan tersebut.
Pertama, adalah yang paling dasar karena produk dari ayam kampung jumlahnya sedikit. Sesuai hukum ekonomi, semakin sedikit atau langka stok di pasaran, harga akan semakin naik.
Kedua, ayam kampung tidak banyak kemasukan bahan kimia yang berasal dari pakan dan obat – obatan.
Ketiga, ayam kampung banyak gerak sehingga kolesterolnya lebih rendah. Ayam kampung memang ruang geraknya sangat luas karena sebagian besar dipelihara dengan cara diumbarkan full. Selain itu, pakan yang mereka dapatkan lebih banyak pakan alami. Misalnya rumput dan serangga.
Jadi, karena geraknya yang banyak, maka akan banyak membakar lemak. Sehingga timbunan lemak pada ayam kampung jumlahnya lebih sedikit.
Berbeda dengan ayam ras. Ayam ras diberi makan dengan kandungan nutrisi tinggi, tapi gerak mereka dibatasi oleh kandang.
Akibatnya energi yang berlebih ini akan disimpan dalam bentuk lemak. Lemak ini dianggap sebagai sumber penyakit seperti kolesterol.
Sekarang, kalau ayam petelur dipelihara sistem umbaran tapi pakan dari pakan pabrikan, vitamin, vaksin dan antibiotik kimia bagaimana?
Tidak perlu dijawab. Kita belum sampai pada tahap tersebut.
Karena saya yakin, kita mencari informasi tentang ternak ayam petelur tanpa kandang adalah ingin mendapat jawaban yang menguntungkan.
Harapannya adalah mendapat jawaban bahwa produksi telur tetap tinggi, minimal sama dengan yang sistem kandang tapi biayanya lebih murah.
Lebih murah karena tidak perlu beli kandang baterai karena harganya mahal.
He.. hee..(iya apa ndak?).
Masih ingin lebih hemat lagi. Pakannya pakai rumput tanam sendiri sehingga beli konsentratnya berkurang. Seperti video – video yang ada di youtube.
Apakah jawaban – jawaban yang menguntungkan itu benar adanya? Mari kita lihat satu per satu.
Kandang ayam petelur umbaran 100 ekor
Kita sedang tidak menciptakan ayam petelur organik ya. Tapi, ayam petelur yang dipelihara seperti pada umumnya, hanya saja tanpa kandang baterai.
Berarti kita hanya perlu bangunan kandangnya saja. Ayam petelur langsung berada di atas lantai kandang. Dengan ada tambahan litter tentunya.
Berapa luas bangunan kandang yang diperlukan?
Katakanlah tiap 1 meter persegi kita isi 8 – 10 ekor. Kalau jumlah ayam ada 100 ekor, maka luas yang dibutuhkan adalah 10 – 12,5 m2.
Dengan membuat bangunan kandang berukuran 2 meter x 7 meter, sudah bisa untuk menampung 100 ekor ayam. Di dalam bangunan tersebut bisa kita sekat manjadi 2 atau tiga bagian.
Ternyata memang lebih murah karena kita tidak perlu membeli kandang baterai yang harganya hampir 2 jutaan untuk 100 ekor ayam.
Tapi kalau mau membuat kandang ayam petelur yang ada umbarannya, maka kita perlu lahan yang lebih luas.
Iya dong, karena satu, harus membuat kandang untuk berteduh, bertelur, dan istirahat dan dua, harus menyediakan lahan untuk area umbaran.
Mengenai luas area umbaran belum ada ketentuan yang jelas. Sepunyanya lahan saja.
“Jika tidak ingin ternak ayam petelur rumahan dan tidak mau beli kandang baterai pilihlah cara pertama. Tidak perlu membuat area umbaran kecuali ingin menghasilkan ayam petelur organik.”
Data penting ayam petelur tanpa kandang
Sebelum mengeksekusi rencana ternak ayam petelur umbaran ini, lebih baik fahami dulu beberapa data berikut ini.
Data ini akan sangat bermanfaat karena kita bisa melihat data produksi ayam petelur yang dipelihara dengan sistem umbaran.
Kita bisa membandingkan datanya dengan sistem kandang. Sehingga, kita akan punya gambaran seperti apa nanti usaha ini akan berjalan.
Langsung saja!
Data produktivitas ayam petelur kandang vs umbaran
Sistem Pemeliharaan | Kandang | Umbaran |
Konsumsi Ransum (gr/ekor/hari) | 103 | 101 |
Produksi telur (%) | 81,9 | 77,7 |
Konversi Pakan | 0,51 | 0,49 |
Kematian (%) | 8,9 | 28,4 |
Ini adalah data yang dikumpulkan berdasarkan riset pengamatan[2]. Artinya, dari berbagai sumber riset, kemudian diambil kesimpulan dan menghasilkan data seperti di atas.
Apakah data tersebut menggambarkan keadaan yang sebenarnya?
Belum tentu dan jangan terlalu dijadikan patokan. Karena kita tidak tahu persis seperti apa teknis pemeliharannya. Sepeti pakan, dan keadaan lingkungannya.
Karena itu, kita juga perlu melihat hasil dari penelitian yang lain.
Seperti data yang ada di bawah ini[3].
Sistem Pemeliharaan | Kandang | Umbaran |
Produksi telur (%) | 82,6 | 83,2 |
Berat Telur (gr) | 66,7 | 66,6 |
Kematian (%) | 3,8 | 3,4 |
Ternyata, hasil di atas sangat bagus sekali. Produksi dari ayam petelur yang diumbar dan dikandang ternyata sama. Perbedaannya sangat sedikit sekali.
Artinya, ada peluang bagi kita untuk bisa mendapatkan hasil yang sama dengan hasil di atas.
Dan perlu diketahui, data tersebut diambil dari 360 ekor ayam petelur. Yang 180 ekor dipelihara dikandang dan 180 ekor lagi dipelihara dengan sistem tanpa kandang. Jumlahnya lebih banyak dari yang sekarang kita bahas ini.
Meskipun hasilnya sama, tetap ada kelemahannya. Yaitu pada kualitas telur yang dihasilkan.
Terutama untuk penjualan, ini tidak menguntungkan.
Penurunan kualitas ada pada jumlah telur yang kotor, telur yang retak dan jumlah bakteri.
Meskipun jumlah produksi telurnya sama, tapi telur yang layak jual lebih sedikit. Jumlah telur yang rusak karena retak dan pecah lebih banyak.
Masih ada satu lagi data hasil penelitian yang bisa kita amati. Seperti tabel di bawah ini.[4]
Sistem Pemeliharaan | Kandang | Umbaran |
Produksi telur (%) | 95 | 85 |
Berat Telur (gram) | 64 | 62 |
Telur layak jual (%) | 95 | 85 |
Data yang ketiga ini hampir sama dengan yang pertama. Yaitu, produksi telur dari ayam yang dipelihara di lantai lebih rendah.
Bahkan, selisihnya presentasinya lebih besar sekitar 10%.
Jumlah ayam masing – masing sitem pemeliharaan adalah sebanyak 90 ekor.
Jika kita hitung jumlah telurnya, maka untuk sistem kandang produksi telurnya 85,5 butir per hari sedangkan sistem lantai sebanyak 76,5 butir/hari.
Saya kira dari ketiga data yang berbeda di atas bisa kita ambil kesimpulan sebagai berikut.
Kesimpulan
Usaha ternak ayam petelur rumahan tanpa kandang ini bisa dilakukan. Biaya investasi untuk membeli kandang baterai bisa ditekan sehingga balik modalnya bisa lebih cepat.
Akan tetapi tetap ada konsekuensinya.
Jika melihat data yang ada, bisa kita percayai bahwa ayam petelur yang dipelihara tanpa kandang kecenderungan produksinya memang lebih rendah.
Selain produksinya lebih rendah, kualitas dari telurnya juga berkurang. Misalnya bobot telurnya juga sedikit lebih ringan.
Karena telur dijual dengan sistem timbangan, maka ini akan membuat pendapatan menjadi berkurang.
Akan tetapi, tetap ada peluang ayam telur bisa berproduksi optimal meskipun tanpa kandang. Kapan – kapan akan kita bahas tentang hal ini.
Cukup sekian untuk pembahasan ternak ayam petelur 100 ekor dari sistem kandang dan tidak pakai kandang ini. Silahkan like dan share jika artikel ini bisa berguna untuk yang lainnya.
Terima kasih dan sampai jumpa lagi.
Referensi
[1]. Ridwan B.Muh. 2015. Performa Ayam Ras Petelur yang Dipelihara Secara Sistem Free-Range Dengan Waktu Pemberian Naungan Alami Yang Berbeda. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar.
[2] Mangalisu, Azmi. Produktivitas Ayam Ras Petelur yang Dipelihara Secara Konvensional dan Free Range. Jurnal Agrominansia, 2 (1) Juni 2017.
[3] Roll et al. Floor versus cage rearing: effects on production, egg quality and physical condition of laying hens housed in furnished cages. Ciência Rural, Santa Maria, v.39, n.5, p.1527-1532, ago, 2009.
[4] Stanley et al..Evaluation of Two Laying Systems (Floor vs. Cage) on Egg Production, Quality, and Safety. Prairie View A&M University, Prairie, USA. Agrotechnol 2013, 2:1.
Inspiratif banget ingin mencoba nya