Ada sumber kalium organik, tapi….
Sumber kalium organik itu tidak banyak. Terutama, jika kita mencari yang konsentrasinya tinggi. Karena tidak semua bahan – bahan organik yang mudah kita temui, kandungan kaliumnya banyak. Ya rata – rata, hampir ada kaliumnya semua. Akan tetapi, kalau keperluannya sebagai pupuk, maka sumber kalium organiknya sebaiknya dari limbah organik.
Sayuran daun, seperti kangkung, bayam, sawi, pakcoy, dll, rata – rata kandungan mineralnya cukup tinggi. Termasuk kalium.
Tapi kan, tidak mungkin kalau sayur kita proses menjadi pupuk, kecuali limbah sayurnya.
Alternatifnya, kita harus mencari sumber limbah organik, yang manusia tidak begitu membutuhkannya. Paling tidak, nilai ekonomisnya rendah.
Misalnya sabut kelapa, kulit pisang, jerami padi, arang kayu keras, kulit buah kapuk, dan kulit buah coklat.
Beberapa bahan organik di atas merupakan sumber kalium organik. Dan, jumlah atau konsentrasi kalium di dalamnya cukup banyak.
Selain sabut kelapa dan kulit buah coklat, bahan – bahan tersebut belum banyak disentuh oleh ide – ide kreatif.
Seperti kulit buah coklat, banyak yang mamakainya sebagai salah satu bahan ransum pakan ternak. Sedangkan sabut kelapa, kita sudah pada tahu. Sapu, keset, dan kerajinan – kerajinan lain banyak yang menyerap limbah yang satu ini.
Akan tetapi, setelah tahu betapa banyaknya unsur kalium yang dikandung dari bahan – bahan tersebut, cara pandang mungkin akan berubah.
Jika kita bisa menyulap bahan – bahan di atas menjadi sumber kalium organik untuk pupuk tanaman, maka harganya bisa menjadi jauh lebih tinggi.
Sebagaimana kita tahu, harga pupuk kalium itu sangat mahal. Jika dibandingkan dengan pupuk anorganik majemuk. Terutama untuk pupuk tinggi kalium.
Sumber kalium organik bisa menjadi alternatif bagi para petani untuk tetap mempertahankan kualitas hasil panen.
Karena unsur kalium salah satu unsur hara makro penting saat tanaman memasuki fase generatif.
Pembentukan bunga, pembesaran buah, dan ketahanan tanaman terhadap penyakit sangat dipengaruhi oleh jumlah kalium yang diserapnya.
Secara lengkap ini pernah saya tulis dalam artikel tentang tanaman yang kekurangan unsur hara.
Oleh karena itu, jika petani bisa memperoleh alternatif untuk sumber kalium, ini bisa mengurangi belanja pupuk kalium anorganik. Sehingga, pengeluaran bisa lebih hemat.
Begitu juga, penggunaan sumber kalium organik untuk penghobi tanaman juga sangat berguna. Sumber kalium organik, rata – rata slow release. Unsur kaliumnya tidak cepat habis dan hanyut bersama ari penyiraman.
Mari kita lihat satu per satu, bagaimana potensi sumber kalium organik ini. Serta beberapa aplikasinya pada tanaman secara langsung.
1 . Sabut kelapa sebagai sumber kalium organik
Kandungan kalium pada sabut kelapa lumayan banyak. Kalium ini paling banyak terdapat pada bagian serat dari kulit kelapanya.
Ketika dalam bentuk serabut, jumlah kaliumnya sekitar 10,25%.[1] Sedangkan ketika sudah dalam bentuk abu serabut kelapa, nilai kaliumnya lebih tinggi antara 20 – 30%.[2]
Itu kan, jumlah kalium yang sanga banyak. Hampir setara dengan pupuk kandungan K nya pupuk gandasil, dan lebih tinggi daripada pupuk NPK.
Selain mengandung kalium, abu sabut kelapa juga ada kandungan fosfornya. Tapi jumlahnya jauh lebih sedikit, hanya sekitar 2% saja.
Untuk mendapatkan abu dari sabut kelapa juga mudah membuatnya. Tinggal di bakar saja.
Sebagai sumber kalium organik, abu sabut kelapa ini sudah terbukti bisa menambah serapan unsur kalium pada tanaman.
Ya memang benar benar bisa digunakan sebagai pupuk. Perkembangan tanaman juga normal.
Efek pemberian Kalium pada tanaman dari K anorganik dan K abu sabut kelapa sama baiknya.
Hal tersebut sudah dikonfirmasi dengan beberapa penelitian yang pernah ada.
Hasil penelitian menunjukkan pemberian abu sabut kelapa mampu meningkatkan ketersediaan K dalam tanah dan memperbaiki pH tanah .
Pemberian abu sabut kelapa pada bibit kakao sebanyak 39,25 g per tanaman memperlihatkan ketersediaan K dalam tanah tetap tinggi pada 4 bulan setelah tanam.
Selain digunakan sebagai pupuk langsung, yaitu dalam bentuk abu, sabut kelapa juga bisa dibuat menjadi pupuk cair.
Cara membuat pupuk cair dari abu sabut kelapa juga sangat mudah. Tidak membutuhkan banyak peralatan dan bahan yan aneh – aneh. Hanya bahan sederhana saja.
Cara membuat pupuk organik cair dari sabut kelapa[3] adalah sebagai berikut:
- Sabut kelapa sebanyak 30 – 50 kg dicacah menjadi ukuran 3 – 5 cm. Semakin kecil semakin baik.
- Kemudian sejumlah abu sabut kelapa tersebut dimasukkan ke dalam tong dengan volume sekitar 200 liter.
- Tambahkan air bersih sampai tong terisi penuh.
- Tutup dan biarkan selama 4 minggu (satu bulan).
- Pupuk cair kalium organik siap digunakan.
Pupuk cair kalium dari sabut kelapa ini bisa digunakan sebagai pupuk kocor.
Pada tanaman jagung, pupuk cair kalium tersebut paling bagus kalau diberikan sebanyak 300 ml/tanaman.[4]
Dosis tersebut bisa membuat jagung tumbuh paling tinggi diantara dosis lainnya. Selain itu, serapan K nya juga menjadi lebih tinggi.
2 . Kulit pisang sebagai sumber kalium organik
Selain abu sabut kelapa, sumber kalium organik yang sangat potensial adalah kulit pisang.
Di beberapa daerah, yang menjadi sentra industrik olahan makanan pisang, kulit pisang akan berlimpah.
Ini bisa dimanfaatkan untuk menjadi pupuk organik yang kualitasnya cukup baik.
Kandungan kalium pada kulit buah pisang adalah sebanyak 15% dan 2%nya fosfor. Ini jumlah yang sangat banyak dari limbah kulit pisang.[5]
Akan tetapi, sumber lain menyebutkan nilai tersebut terlalu tinggi. Karena kandungan unsur hara dari pupuk kulit pisang ini bisa dilihat pada tabel di bawah ini.[6]
Kandungan hara | Pupuk kulit pisang padat | Pupuk kulit pisang cair |
C-Organik | 6,19% | 0,55% |
N total | 1,34% | 0,18% |
P2O5 | 0,05% | 43.00% |
K2O | 1,48% | 1,14% |
C/N rasio | 4,62% | 3,06% |
pH | 4,8 | 4,5 |
Jadi, ada perbedaan jumlah kalium yang cukup signifikan antara sumber yang satu dengan yang lain.
Cara membuat pupuk cair dari kulit pisang.[3]
- 5 kg kulit pisang, dipotong kecil-kecil dan diblender hingga halus.
- Tambahkan bakteri EM-4 sebanyak 125 mL dan gula pasir 125 g.
- Semua bahan larutkan dalam toples plastik yang berisi 5 liter air kemudian diaduk hingga rata.
- Kemudian ditutup rapat dan biarkan terfermentasi selama 8 hari.
- Pupuk organik cair hasil dari fermentasi selama 8 hari diaduk lalu disaring.
3 . Sumber kalium organik dari kulit buah kapuk
Kulit kapuk sangat tidak termanfaatkan saat ini. Setelah diambil serat kapuknya, kulitnya kebanyakan dibuang.
Saat ini limbah kapuk yang paling banyak dimanfaatkan adalah biji kapuknya. Karena bisa diambil minyaknya dan bungkilnya bisa dijadikan bahan pakan ternak.
Tapi untuk kulitnya, belum banyak tersentuh oleh ide – ide kreatif.
Sebenarnya, kandungan kalium pada kulit kapuk sangat tinggi. Bahkan lebih tinggi daripada sabut kelapa.
Tapi, untuk pemrosesannya membutuhkan usaha yang lebih banyak. Pemindahan atau memisahkan kalium dari kulit kapuk cukup sulit dan butuh biaya yang agak banyak.
Kapuk mengandung beberapa senyawa alkali yang bermanfaat bagi kehidupan. Abu kulit buah kapuk mengandung senyawa Kalium Karbonat (K2CO3) 50,78 %, Natrium Karbonat (Na2CO3) 26,27%, dan Natrium Hidroksida (NaOH) 4,37%.
Secara simple mudah untuk membuat abunya. Tinggal dibakar sampai hangus dan semua menjadi abu.
Tapi, kalium yang tersedia dalam bentuk senyawa kalium karbonat (K2CO3). Sedangkan untuk pupuk, kalium harus tersedia dalam bentuk kalium oksida (K2O).
Maka perlu proses lanjutan untuk mengubah kalium karbonat menjadi kalium okdisa. Membutuhkan suhu yang tinggi untuk bisa melakukannya.
Misalnya seperti ini.
Temperatur tertinggi yang diperlukan pada pirolisis kulit buah kapuk dengan pembakaran pada waktu 3 jam adalah 500 oC dengan kadar K2O sebesar 35,91 %.[7]
Artinya, untuk memperoleh Kalium organik dari kulit buah kapuk diperlukan proses pirolisis yang suhunya sangat tinggi.
4 . Jerami Padi
Jerami padi juga sebagai sumber kalium organik yang sangat sangat bagus. Jika jerami ini dikembalikan ke sawah, maka bisa menyumbang unsur kalium yang lebih banyak. Dan dosis penggunaan kalium anoganik bisa dikurangi.
Secara pasti, berapa % kandungan kalium dalam jerami padi, saya belum tahu.
Sependek info yang saya peroleh, kalium yang diserap padi selama hidupnya, 80% lebih berada di batang padi (jerami).
Sedangkan sisanya, kalium terserap pada bagian gabah.
Oleh sebab itu, jika jerami padi ini dikembalikan saja di sawah, bisa nambah – nambah kalium untuk padi. Tinggal dicampur saja dengan tanah yang disawah.
Berdasarkan penelitian, mengembalikan jerami padi ini bisa memberikan perkembangan tanaman padi yang cukup positif.
Dengan kualitas tanah yang rendah, 100 kg KCL/ha sama dengan 10 ton jerami padi per hektar. Dengan tolok ukuran adalah perkembangan dan pertumbuhan tanaman padi.
Untuk program penghematan Kalium anorganik, 25 kg KCL/hektar dengan penambahan jerami padi 7,5 ton/hektar memberikan pertumbuhan padi yang terbaik.[8]
Jika jerami padi gratis, maka penghematan untuk pupuk kimia bisa dihemat sampai 75%.
Itulah beberapa bahan alami yang bisa kita pakai sebagai sumber kalium organik.
Saya tidak memasukkan pupuk kompos di sini, karena kandungan kalium pada kompos rata – rata rendah. Jadi, kompos tersebut bukan sebagai sumber utama untuk kalium.
Lihat saja di beberapa artikel di bawah ini.
Pupuk urin kelinci dan pupuk urin kita sendiri.
Saya cukupkan sampai di sini dulu, sorry jika banyak kekurangan. Terima kasih dan sampai jumpa lagi.
Referensi
[1] Zaini, Halim, Fachraniah, Zaimahwati, dan M. Yunus. Pelatihan Pembuatan Pupuk Kalium Cair Dari Sabut Kelapa Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Hortikultura di Desa Mesjid Punteut Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe. Jurnal Vokasi, Vol 2 No.1 April 2018.
[2] Risnah, Sitti, Prapto Yudono, dan Abdul Syukur. Pengaruh Sabut Kelapa Terhadap Ketersediaan K di Tanah dan Serapan K Pada Pertumbuhan Bibit Kakao. Ilmu Pertanian Vol. 16 No.2, 2013 : 79 – 91.
[3] Zaini, Halim, Fachraniah, Zaimahwati, dan M. Yunus. Pelatihan Pembuatan Pupuk Kalium Cair Dari Sabut Kelapa Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Hortikultura di Desa Mesjid Punteut Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe. Jurnal Vokasi, Vol 2 No.1 April 2018.
[4] Wijaya, Ray., M. Madjid B. Damanik, dan Fauzi. Aplikasi Pupuk Organik Cair dari Sabut Kelapa dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Ketersediaan dan Serapan Kalium serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala. Jurnal Agroekoteknologi FP USU Vol.5.No.2, April 2017 (33): 249- 255.
[5] Ayunin, Ika Qurrota. 2018. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Kulit Pisang Sebagai Sumber Kalium Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terong Ungu (Solanum Melongena L.). Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Yogyakarta.
[6] Fadma Juwita Nasution , Lisa Mawarni, dan Meiriani. Aplikasi Pupuk Organik Padat Dan Cair Dari Kulit Pisang Kepok Untuk Pertumbuhan Dan Produksi Sawi (Brassica Juncea L.). Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.3 : 1029 – 1037, Juni 2014
[7] Sitorus, Chandra., Lilis Sukeksi, dan Andy Junianto Sidabutar. Ekstraksi Kalium Dari Kulit Buah Kapuk (Ceiba Petandra) Extraction Potassium From Kapok Fruit Peel (Ceiba Petandra). Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 7, No. 2 (September 2018).
[8] Asmini dan L. A. Karimuna. Kajian Pemupukan Kalium Dengan Aplikasi Jerami Padi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Padi Sawah Padalahan Sawah Bukaanbarudi Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Jurnal Agroteknos Nopember 2014 Vol. 4 No. 3. Hal 180-188.
Bisa
Kalau sabut kelapanya langsung diletakin ke media tanam gimana?