kangkung untuk pakan lele

Cara Membuat Kangkung Untuk Pakan Lele Dengan Fermentasi Menggunakan Ragi Tempe

Bisa ndak kangkung untuk pakan lele?

Kangkung untuk pakan lele itu seharusnya bisa. Karena untuk jenis ikan lain, kangkung sudah banyak yang menelitinya.

Jenis ikan yang sering dipakai untuk obyek penelitiannya adalah ikan nila. Hasilnya juga tidak jelek – jelek amat.

Kalau ikan seperti nila saja mau makan kangkung, lele juga pasti mau dong. Karena kemampuan makan lele kan termasuk yang paling nyosor dibanding ikan lainnya.

Misalkan saja kangkung untuk pakan lele tidak bisa memberikan pertumbuhan yang lebih baik, minimal sama lah dengan pakan pabrikan.

Sehingga, biaya pakan lele bisa menjadi lebih rumah. Karena salah satu bahannya, yaitu kangkung, harganya lebih murah.

Selama ini, kangkung mungkin hanya diberikan sebagai pakan tambahan saja. Ini juga bagus.

Jika lele mengkonsumsi ransum utama (pakan pabrik) dengan jumlah yang sama, dan masih mau makan tambahan kangkung, pertumbuhan lele bisa lebih mantap.

Itu adalah cara yang sederhana bagaimana memberikan kangkung untuk lele.

Cara yang lebih rumit adalah dengan memasukkan kangkung ke dalam salah satu komposisi ransum.

Dengan cara ini, kita bisa mengganti salah satu bahan pakan lele yang kiranya harganya lebih mahal. Tapi, masih mungkin untuk diganti dengan kangkung.

Yang harus diperhatikan adalah, tepung ikan tidak bisa digantikan. Jumlahnya tidak boleh dikurangi.

Setinggi apapun kandungan protein dalam pakan pengganti, kalau sumbernya dari nabati, tetap tidak bisa menggantikan tepung ikan.

Contohnya ada di daun singkong untuk pakan lele.

Sumber nabati bisa menggantikan sumber nabati. Misalnya dengan memasukkan tepung daun kangkung atau singkong, jumlah bungkil kedelai bisa dikurangi.

Selain kita harus bisa menghitung kandungan nutrisi dari formulasi pakan yang kita buat, kangkung harus diproses terlebih dahulu.

Bisa jadi, waktu, tenaga dan biaya untuk memproses kangkung ini malah lebih banyak. Sehingga membuat biaya kangkung menjadi lebih tinggi.

Kelebihan dan kelemahan kangkung untuk pakan lele

Kangkung memiliki kemungkinan yang tinggi untuk bisa dijadikan pakan ikan lele. Karena jika kita melihat dari segi untuk pakan ikan, kangkung memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut.

  1. Kangkung memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi.
  2. Pertumbuhannya cepat sehingga produksinya bisa lebih banyak.
  3. Harganya murah dan mudah dibudidayakan. Lihat artikel ini betapa mudahnya menanam kangkung.
  4. Tapi, kangkung memiliki serat kasar yang cukup tinggi untuk kategori pakan ikan.
  5. Selain serat kasar tinggi, kangkung juga terdapat antinutrisi berupa asam fitat jika hendak digunakan untuk pakan ikan. Asam fitat ini akan mengikat beberapa nutrisi, sehingga tidak bisa diserap oleh ikan.
  6. Kandungan air pada sayur rata – rata tinggi, termasuk kangkung. Sehingga, berat kering yang akan diperoleh sebenarnya sedikit.

Kandungan protein kasar dari kangkung sangat tinggi. Terutama daunnya.

Akan tetapi, perlu diingat, angka protein yang tinggi tersebut diukur pada daun kangkung kering. Bukan basah.

Pada kangkung jenis kangkung air, kandungan protein kasar pada daun keringnya adalah 24% dan serat kasarnya 16%.[1]

Kandungan nutrisi pada daun kangkung air

Protein kasar23,99%
Serat kasar16,17%
Abu12,49%
Air 12,34%
BETN 13,69%

Itu adalah jumlah protein kasar yang sangat tinggi kawan – kawan. Kalau petani ikan tidak memanfaatkannya dengan baik, kawan – kawan dari ternak ruminansia siap menampung. Hehe…

Jika kita melihat banyak sumber ilmiah, nilai protein kasar pada daun kangkung sedikit berbeda – beda.

Sebenarnya ini wajar untuk daun – daun dari tanaman. Ada beberapa faktor yang menentukan atau mempengaruhi dari kandungan protein suatu daun.

Diantaranya adalah lingkungan tumbuh (bagaimana tanaman mendapat unsur hara) dan waktu atau usia pengambilan daun.

Daun yang lebih tua, kandungan protein kasarnya lebih rendah dan serat kasarnya tinggi. Sebaliknya, daun yang usianya lebih muda, protein kasarnya lebih tinggi dan serat kasarnya lebih rendah.

Semakin tua daun diambil, proteinnya semakin sedikit tapi jumlah produksi hijauannya lebih tinggi. Semakin muda, proteinnya lebih tinggi tapi produksi hijauannya lebih sedikit.

Gambaran detail mengenai hal tersebut bisa dilihat pada waktu tepat memanen rumput odot. Ada data yang bisa mewakili gambaran protein kangkung di atas.

Tapi permasalahannya adalah, jumlah daun pada kangkung itu sangat kecil beratnya. Mayoritas produksi kangkung terberat karena batangnya.

Oleh sebab itu, seberapa banyak kangkung yang dibutuhkan untuk bisa mendapatkan jumlah daun yang cukup berarti. Karena sejauh ini belum banyak yang menggunakan kangkung sebagai pakan ikan termasuk batang – batangnya.

Terus kalau memang yang paling bagus adalah daunnya, maka jenis kangkung yang paling cocok adalah kangkung air.

Karena kangkung air daunnya lebih lebar – lebar. Selain itu, cara memanennya juga bisa diambil daunnya saja.

Fakta kangkung untuk pakan lele

Saya berusaha untuk mendapatkan referensi sebanyak – banyaknya. Tapi untuk kangkung pakan lele, sayangnya tidak banyak yang bisa saya temukan.

Hanya ada satu, itupun jurnal penelitian dari Nigeria. Tapi, untuk jenis ikan lain, banyak.

Kangkung benar – benar digunakan dalam ransum. Artinya tidak hanya sebagai tambahan.

Oleh sebab itu, pastinya kangkung harus diproses terlebih dahulu. Yaitu dibuat menjadi tepung.

Kabar baiknya adalah tidak disebutkan secara spesifik apakah hanya daun atau termasuk batang – batangnya.

Fresh morning glory plant (Ipomoea aquatica) was collected from Iwopin, a wetland area in Ogun waterside, Nigeria. The plant was rinsed to dirt and then put in envelopes and oven dried at 60 0C. The dried plant was ground into fine powder and sieved to obtain a homogenous particle size.[2]

Kata plant di atas bisa saja diartikan daun dan juga bagian batang dari kangkung. Kemudian tanaman kangkung tersebut dikeringkan dan digiling. Untuk mendapatkan ukuran yang seragam, tepung kangkung di ayak (disaring).

Tepung dari kangkung ini digunakan untuk mengganti penggunaan tepung jagung. Jumlah paling sedikit untuk mengganti tepung jagung adalah sebanyak 15% dan terbanyak 60%.

Komposisi pakan dirahasiakan, tapi nanti kita bisa melihat beberapa komposisi pakan untuk pakan lele dari jurnal yang lain.

Menurut saya yang paling penting adalah meskipun jumlah tepung kangkung yang diberikan semakin banyak, kandungan nutrisi dari semua ransum dijaga supaya nilainya hampir sama.

Protein kasar %38 – 40,22
Lemak %10,10 – 11,80
Kadar Air %9 – 9,6
Abu %9,43 – 10,46
Serat Kasar %2,6 – 2,8

Hasil pertumbuhan terbaik adalah tepung kangkung yang jumlahnya 15% dalam ransum. Selama 8 minggu pemeliharaan, perbandingan pertumbuhan antara kontrol dan ransum ada kangkungnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

ParameterPakan kontrolPakan kangkung 15%
Bobot awal rata – rata9,05 gram/ekor9,04 gram/ekor
Bobot akhir rata – rata42,67 gram/ekor44,6 gram/ekor
FCR1,641,58

Perlu Fermentasi daun kangkung

Sebagai pakan lele, kangkung sebaiknya difermentasi terlebih dahulu. Karena serat kasar pada daun kangkung cukup tinggi. Yaitu sekitar 16%.

Sebenarnya, kangkung untuk pakan ternak sapi atau pakan ternak kambing tidak ada masalah dengan hal itu. Serat kasar sebanyak itu masih termasuk kecil.

Tapi untuk ikan, itu adalah serat kasar yang tinggi. Pakan pada ikan membutuhkan serat kasar yang sangat kecil. Misalnya untuk ransum pada bagian di atas saja, serat kasar pada pakan lele tidak lebih dari 3%.

Untuk itu, jika kangkung ini dimasukkan dalam ransum pakan lele, maka ransum bisa mempunyai serat kasar yang tinggi. Apalagi jumlah kangkungnya cukup banyak.

Untuk bisa meningkatkan kualitas tepung daun kangkung, langkah fermentasi bisa dilakukan. Akan tetapi, langkah tersebut ada kelebihan dan kekurangannya sebagai berikut:

  1. Kandungan nutrisi terutama protein kasar bisa meningkat. Peningkatan protein ini berasal dari mirkroorganisme yang jumlahnya semakin banyak dalam kangkung. Ingat, mayoritas bagian dari bakteri, jamur atau ragi didominasi oleh protein.
  2. Serat kasar menurun. Mikroorganisme akan menggunakan ikatan organik dari daun kangkung untuk berkembang biak. Setelah ikatan – ikatan organik pada tepung kangkung terurai, serat kasarnya menjadi turun.
  3. Akan tetapi fermentasi membutuhkan tambahan waktu, tenaga dan uang untuk melakukannya.
  4. Ada kemungkinan proses fermentasi akan gagal dan tepung daun kangkung malah tidak bisa terpakai, dibuang.

Membuat pakan fermentasi itu bukannya tanpa cost. Biaya untuk melakukannya lumayan.

Selain waktu dan tenaga, uang juga harus keluar. Terutama untuk probiotik.

Penggunaan probiotik yang semakin banyak, biaya yang dikeluarkan juga menjadi lebih besar.

Misalkan saja, kita mau fermentasi bahan sebanyak 10 kg. Dengan jumlah bakteri atau starter fermentasi sebanyak 3% saja, itu sudah 300 gram.

Butuh sekitar 3 bungkus starter untuk setiap kemasan 100 gram dan setengah bungkus lebih jika kemasannya 500 gram.

Apalagi jika ada yang menyarankan jumlah starter harus lebih dari itu. Misalkan 10%. Akan lebih besar lagi biayanya.

Kita harus hitung biaya starter dalam setiap membuat fermentasi. Kemudian kita bagi harganya dan menambahkan biaya tersebut pada setiap kg pakan. Maka, kita akan lihat berapa harga pakan fermentasi akhir. Kemudian bisa kita bandingkan dengan harga pakan yang ingin kita ganti.

Contoh. Dalam setiap ransum kita membutuhkan tepung jagung sebanyak 20 kg. Harganya misalkan 4000 rupiah per kg nya.

Kita ingin mengganti sebagian jagung dengan tepung daun singkong. Jumlahnya sudah kita tentukan, misalnya 15 kg.

Berapa harga rendeng kangkung kering? Mungkin sekitar 2500 per kgnya. Ini hanya sebagai contoh ya.

Kita pakai probiotik sebanyak 3% saja. Berarti butuh 450 gram.

Misalkan lagi, harga probiotik per kg nya adalah 25 ribu rupiah. Maka untuk setiap membuat fermentasi kita mengeluarkan biaya sebanyak 11.250 rupiah.

Otomatis, harga pakan fermentasi dari kangkung adalah 2500 + 750 = 3250/kg.

Hanya beda sedikit saja. Ini belum berapa lama waktu dan tenaga yang harus kita keluarkan.

Coba dipertimbangkan lagi. Tapi, jika kangkungnya gratis, AlhamduLILLAH. Mari kita langsung buat fermentasinya.

Cara fermentasi kangkung

Please, jangan terpaku pada EM4 untuk setiap membuat fermentasi. Karena ada banyak sekali jenis starter yang bisa kita pakai.

Em4 peternakan dan em4 jenis lain memang bagus. Tapi, kadang bukan selalu yang terbaik.

Kita bahkan bisa menemukan starter bakteri yang sangat bagus dari apa yang setiap hari kita lihat.

Misalnya ragi tempe, ragi tape, atau ragi roti. All those stuff is very good.

Mikro organiseme yang terdapat pada ragi tempe adalah fungi Rhizopus oligosporus. Ragi roti ada Saccaromyces cerevisiae. Sedangkan ragi tape terdiri dari capuran banyak jenis mikroorganisme, termasuk ada S. Cerevisiae juga.

Selain itu, kita harus memahami bagaimana cara kerja dari mikroorganisme yang kita gunakan.

Bakteri lacto, bekerja secara unaerob. Proses fermentasi harus tertutup rapat tanpa udara.

Sedangkan ragi tempe dan ragi roti bekerja secara aerob. Harus ada celah udara pada tempat penyimpanan pakan yang difermentasi.

Tapi em4 ada kedua jenis mikroorganisme yang bertolak belakang. EM4 peternakan terdapat mikroorganisme lactobacillus casei, saccaromyces cerevisiae dan pseudomonas palustris.

Jika kita ingin yang bekerja lactobacillus casei, maka sistem fermentasi harus tertutup. Sedangkan jika ingin dominan saccaromyces cerevisiae, maka harus aerob. Untuk pseudomonas palustris bebas, bisa aerob ataupun unaerob.

Itulah sedikit pengenalan dengan berbagai macam starter fermentasi yang bisa kita gunakan. Sekarang kita langsung ke pembuatannya.

Cara membuat kangkung fermentasi.

  1. Kita harus mendapatkan kangkung terlebih dahulu. Terserah mau daunnya saja atau beli dalam keadaan sudah kering, dalam hal ini namanya dikenal dengan rendeng kangkung. Tapi, untuk kandungan nutrisi rendeng kakung (daun+batang kering) belum ada info yang jelas.
  2. Daun kangkung kita cuci terlebih dahulu jika kotor. Terutama kangkung air.
  3. Kemudian kita jemur sampai kering. Jika kita pakai rendeng kangkung, lewati langkah ke 2 dan 3 ini.
  4. Setelah itu, kita cacah kangkung menjadi ukuran yang lebih kecil. Bisa digiling atau sejenisnya. Prinsipnya semakin lembut semakin bagus, karena bisa menambah area luas permukaan kerja dari starter fermentasi.
  5. Tepung kangkung kita tambahkan air dengan perbandingan 2:1. Setiap 2 kg tepung kangkung ditambah 1 liter air. Kita aduk sampai merata.
  6. Kukus selama 10 menit atau 15 menit dihitung sejak air mendidih. Jika sudah selesai, dinginkan sampai benar – benar dingin.
  7. Tambahkan dengan ragi tempe, sebanyak 3% dari berat tepung kangkung. Misalkan tepung kangkung 20 kg, maka ragi tempenya 600 gram.
  8. Masukkan ke dalam kantong plastik yang ukurannya mencukupi dan beri lubang. Tusuk – tusuk pada bagian bodi plastik, persis seperti membuat tempe.
  9. Simpan sampai 2 – 3 hari.

Apa yang harus kita lakukan setelah itu?

Menghentikan proses fermentasi. Caranya adalah dengan mengeringkan atau mengukus kembali.

Pengukusan kembali akan benar – benar menghentikan aktivitas starter. Sedangkan pengeringan hanya menonaktifkan sementara.

Kalau pakan fermentasi ini kembali lembab, entah itu penyimpanan atau bercampur bahan pakan lain yang lebih basah, starter akan aktif.

Contohnya adalah tempe yang kita jemur sampai kering kemudian dihaluskan bisa kita pakai buat ragi lagi. Tapi ketika roti dioven, tempe direbus atau digoreng, mikroorganisme benar – benar mati.

And….wualah…sangat merepotkan bukan? Proses yang panjang.

Tapi semua kerepotan di atas banyak yang bersedia melakukan hanya demi ini.

Kandungan tepung daun kangkung air fermentasi[3]

 Tanpa fermentasiFermentasi
Protein kasar20,16 23,56
Serat kasar15,40 12,09

Sekarang kita sudah punya tepung kangkung fermentasi yang siap pakai.

Seperti itu kira – kira ya. Saya kira pembahasan kangkung untuk pakan lele ini cukup sampai disini. Sorry jika banyak kekurangan. Terima kasih dan sampai jumpa lagi.

Referensi

[1] Agustono, Andy Setyo Widodo dan Widya Paramita. Kandungan Protein Kasar Dan Serat Kasar Pada Daun Kangkung Air (Ipomoea Aquatica) Yang Difermentasi. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 2,No. 1, April 2010.

[2] Odulate, D.O, A. A. Idowu, A.A. Fabusoro and C.O. Odebiyi. Growth Performance of Juvenile Clarias gariepinus (Burchell, 1822) Fed Ipomea aquatica Based Diets. Journal Of Fisheries and Aquatic Science 9 (6): 468 – 472, 2014.

[3] Samosir, Herlita Noveni. 2019. Pengaruh Penggunaan Tepung Daun Kangkung Air (Ipomoea Aquatica Forsk.) Terfermentasi Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Gurami (Osphronemus Gouramy). Fakultas Perikanan Dan Kelautan Universitas Riau Pekanbaru.

3 comments

  1. Budi Santoso, SE

    Buat referensi, @good

  2. ragi tempe dan ragi tape itu aerob, butuh udara. pakai yang an aerob lebih mudah pelaksanaannya.

  3. kalo untuk fermentasi daun singkong apakah bisa juga pake ragi tape atau ragi tempe?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *