Cara Mengatasi Sekaligus Mencegah Antraknosa Pada Cabai

Kenapa Antraknosa pada cabai menggagalkan panen?

Antraknosa pada cabai adalah penyakit tanaman cabai yang disebabkan oleh cendawan atau camur Colletotrichum capsici. Selain dikenal sebagai antraknosa, penyakit ini juga dikenal sebagai cacar buah, busuk buah atau patek.

Busuk buah pada tanaman cabai juga disebabkan oleh cendawan atau jamur. Genus jamurnya adalah Colletotrichum spp. Namu secara spesifik lebih banyak ditemukan dari jenis C. Capsici.

Lingkungan yang mendukung perkembangan jamur ini hampir sama seperti cendawan penyebab bercak daun. Dengan kata lain, hampir semua wilayah di Indonesia sangat potensial untuk perkembangan jamur ini.

Cendawan ini dominan menyerang pada buah cabai. Gejala serangan pada buah ditandai dengan adanya bercak-bercak coklat atau hitam yang agak cekung ke dalam.

tanda - tanda serangan antraknosa pada cabai

Serangan awal, cendawan membentuk bercak coklat kehitaman pada permukaan buah, kemudian menjadi busuk lunak .

Bagian tengah buah tampak bercak kumpulan titik hitam yang merupakan kelompok seta dan konidium.

Serangan berat menyebabkan seluruh buah keriput dan mengering . Warna kulit buah menyerupai jerami padi. Dalam kondisi cuaca panas dan lembab dapat mempercepat perkembangan penyakit.

Tingkat kerusakan yang ditimbulkan bisa sangat parah. Bahkan bisa membuat panen gagal total (gagal 100%).

Kenapa serangan antraknosa pada cabai bisa separah itu?

Ketika spora jamur menyebar mereka akan menetap dimana mereka melekat. Hal ini bisa dipercepat dengan percikan air hujan atau angin.

Spora antraknosa yang menempel pada buah cabai yang masih muda tidak akan melakukan apa – apa. Mereka akan diam saja.

Diamnya cendawan ini dikarenakan pada saat buah cabai masih muda mengandung senyawa anti cendawan.

Salah satunya zat anti cendawan tersebut adalah enzim esterase. Enzim ini terdapat pada permukaan buah cabai.

Adanya enzim ini pada permukaan cabai muda dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan cendawan.

Baru ketika buah cabai berada pada kondisi klimakterik, cendawan antraknosa akan aktif. Kondisi klimakterik secara sederhana dapat difahami ketika buah sudah tua dan segera matang.

Selain itu, pada kondisi tersebut buah cabai dapat memberi apa yang dibutuhkan oleh jamur. Sehingga jamur antraknosa dapat berkembang dengan cepat sekali.

Berarti, kemungkinan besar antraknosa pada cabai bisa terlihat gejalanya ketika buah dalam kondisi sudah tua. Dalam waktu dekat buah akan dipanen.

Jika ini tidak terdeteksi secara cepat, dalam waktu bersamaan buah akan rusak oleh jamur antraknosa ini.

Inilah kenapa serangan antraknosa pada cabai bisa menggagalkan panen atau menurunkan hasil panen minimal sampai 50%.

Karena serangannya bersamaan dan baru terlihat ketika buah cabai sudah tua.

Cendawan ini bisa bertahan sangat lama. Karena jamur juga akan menyerang biji cabe. Jika biji ini digunakan sebagai bibit, maka siklusnya akan kembali terulang.

Yaitu jamur menyerang batang kemudian akan merembet ke buah.

Pengendalian dan pengobatan hampir sama dengan bercak daun.

Yaitu buah atau bagian tanaman cabai yang terinfeksi dimusnahkan dengan cara di bakar. Atau dengan menggunakan fungisida fungisida di atas.

Sebagai antisipasi adanya tular tanah, kita juga harus menggunakan bibit yang tahan terhadap antraknosa. Sekarang semua bibit yang dijual, rata – rata sudah varietas yang tahan antraknosa.

Pencegahan terhadap antraknosa ini adalah dengan melakukan irigasi dan penyiraman yang baik pada cabai. Serta menambah unsur hara kalsium.

Apakah itu semua sudah cukup? Mungkin. Sebenarnya langkah – langkah pengendalian antraknosa pada cabai pernah saya tulis di hama tanaman cabai.

Pencegahan Antraknosa pada cabai

Pada bagian ini saya akan menambahkan beberapa metode atau cara untuk mengatasi antraknosa pada cabai.

1 . Melapisi benih dengan probiotik

Sekarang, melapisi benih dengan probiotik sudah mulai diterapkan. Tapi apakah semua merk bibit cabai melakukannya atau tidak, saya kurang tahu.

salah satu pencegahan antraknosa pada cabai

Setahu saya, bibit cabai yang pernah saya beli terdapat lapisan berwarna merah muda pada biji – bijinya.

pelapisan benih dengan probiotik untuk mencegah antraknosa pada cabai

Mungkin inilah lapisan probiotik yang dimaksud.

Melapisi benih dengan probiotik ini memiliki beberapa keuntungan. Diantaranya adalah:[1]

  1. Mempertahankan viabilitas benih. Ini bisa membuat benih tahan lama dan daya kecambahnya tetap tinggi.
  2. Melindungi benih dari patogen penyebab penyakit tular benih.
  3. Melindungi benih dari patogen benih di tanah.
  4. Menjaga benih dari organisme patogen selama penyimpanan benih.

Probiotik yang digunakan tentunya harus bersimbiosis mutualisme dengan tanah. Dengan demikian, ketika cabai tumbuh bisa saling membantu.

Bakteri yang digunakan untuk melapisi benih biasanya adalah PGPR yaitu Plant Growht Promoting Rhizobacteria.

Jenis bakteri yang biasanya digunakan adalah Actinomycetes sp. ,Bacillus sp, Serratia marcescens, dan Pseudomonas kelompok fluorescens.

Bacillus subtilis selain untuk PGPR biasanya juga digunakan sebagai probiotik pada lele bioflok. Sedangkan pseudomonas bisa dengan mudah kita dapatkan pada probiotik EM4.

Aplikasi pelapisan probiotik pada benih cabai telah diteliti dan hasilnya memang benar.

  • Viabilitas benih cabai bisa dipertahankan sampai tingkat 84%.
  • Meningkatkan daya kecambah.
  • Mempertahankan kesehatan benih dari infeksi cendawan antraknosa.

Selain itu, Bakteri – bakteri seperti bacillus sp. , psudomonas dan Actinomycetes sp. prospektif digunakan sebagai agens hayati untuk mengendalikan penyakit antraknosa pada benih cabai karena memiliki sifat antagonis terhadap C. acutatum dan mengandung hormon IAA dan giberelin.[2]

Tapi sayangnya, cara melapisi benih dengan probiotik ini tidak mudah untuk ditiru. Membutuhkan peralatan atau mesin khusus untuk melakukan ini.

Probiotik yang digunakan ini dalam bentuk suspensi. Kemudian perekatnya adalah natrium alginat.

Setiap 100 gram benih dibutuhkan 15 ml suspensi probiotik dan konsentrasi natrium alginatnya adalah 5 gram/100 ml air.

Benih yg telah dilapisi dikeringkan sampai benih memiliki kadar air sekitar 10.4%. lalu, benih dikemas dalam wadah plastik polietilen.

Biasanya, pemberian PGPR ini tetap dianjurkan saat mau penyemaian. Yaitu benih direndam selama waktu tertentu pada cairan PGPR.

2 . Mengatasi Antraknosa pada cabai dengan bakteri antagonis

Pelapisan bibit cabai dengan probiotik adalah mencegah serangan antranosa sejak dari penyemaian. Tapi tidak menutup kemungkinan ketika cabai sudah berbuah akan mengalami serangan antraknosa kembali.

Oleh sebab itu, mengandalkan pencegahan yang ada pada bibit saja sepertinya kurang optimal.

Jika ternyata buah cabai memang terserang antraknosa, maka harus ditangani juga.

Penanganan ini bisa memakai fungisida kontak. Entah itu fungisida sintetis atau nabati.

Tapi, kali ini bukan keduanya. Melainkan menggunakan probiotik.

Probiotik ini akan berperan sebagai bakteri atau cendawan antagonis. Mereka akan bekerja dengan cara menekan aktifitas dari cendawan antraknosa pada cabai.

Jenis bakteri yang dipakai juga hampir sama dengan bakteri yang dipakai untuk melapisi biji cabai.

Diantaranya adalah dari jenis bakteri Bacillus subtillis, Pseudomonas fluorescens dan jamur Trichoderma harzianum.

Bakteri Bacillus dapat membentuk endospora sebagai struktur dorman yang tahan terhadap kekeringan, panas, radiasi UV dan senyawa organik.[3]

Dengan kata lain ia dapat bertahan lama pada tanaman. Sama – sama lamanya dengan cendawan penyebab antraknosa pada cabai.

Sedikit berbeda dengan cendawan atau jamur Trichoderma sp. Cendawan ini adalah mikroorganisme yang menguntungkan, avirulen terhadap patogen tanaman inang, dan dapat memarasit cendawan lain.[3]

Dengan demikian, cendawan Colletotrichum capsici bisa jadi termasuk salah satu mangsa dari jamur Thricoderma sp. Ini.

Penggunaan probiotik untuk mengatasi antraknosa pada cabai ini juga pernah diteliti. Hasilnya cukup membuat optimis.

Dosis bakteri dengan kepekatan 30 ml/Liter hasilnya sama dengan penggunaan fungisida kimia. Fungisida kimia yang digunakan sebagai pembanding adalah yang memiliki bahan aktif Propineb 70%.[3]

Selain itu cara mengaplikasikan probiotik ini pada cabai juga termasuk mudah.

Kita bisa menggunakan probiotik dari masing – masing bakteri di atas. Bisa bacillus subtilis saja, Psudomonas saja atau thricoderma saja.

Tapi, menurut penelitian, gabungan dari ketiganya memberian efek terbaik terhadap antraknosa pada cabai.

Yang penting adalah kita harus melihat kerapatan atau jumlah dari bakteri dalam produk tersebut. Saya belum meriset produk apapun untuk ini. Jadi, nanti silahkan riset sendiri untuk produknya.

Kepadatan bakteri dan jamur harusnya, minimal sebanyak ini.

Jenis bakteri atau jamurKerapatan
Bacillus sp109 cfu/ml
Pseudomonas fluorescens109 cfu/ml
Trichoderma harzianum106 konidia/ml

Biasanya pada kemasan probiotik disertakan kerapatan bakteri ini.

Sebisa mungkin cari produknya yang sudah dalam bentuk cair. Karena akan memudahkan dalam penggunaannya.

Minimal kerapatan harus sebanyak di atas. Karena beda satu angka saja, perbedaannya akan sangat signifikan.

Contoh:

Satu produk A kerapatan bakterinya 109 cfu/ml sedangkan produk B kerapatannya 108 cfu/ml.

Kemudian masing – masing produk dikemas dalam jumlah 1 liter (1000 ml), botolan.

Maka total bakteri dalam produk A dan B bisa dibandingkan pada tabel di bawah ini.

KerapatanVolumeTotal Bakteri
109 cfu/ml1000 ml1000 x 10 x 108 cfu/ml
108 cfu/ml1000 ml1000 x 1 x 108 cfu/ml

Dalam jumlah volume yang sama, jumlah bakteri pada botol A 10 kali lebih banyak daripada botol B. Hitung sendiri perbedaan harganya, jika keduanya dijual dengan harga yang hampir sama.

Kemudian ambil probiotik sebanyak 30 ml dan dicampur ke air sebanyak 1 liter. Semprotkan ke buah cabai sebanyak 1 minggu sekali, 2 minggu sekali atau 3 minggu sekali.

3 . Minyak nilam efektif pada antraknosa cabai

Serangan antraknosa pada cabai tidak hanya ketika buah berada dipohonnya. Bahkan ketika buah sudah dipanen.

Dengan kata lain, cabai yang dalam penyimpanan pun bisa terserang oleh antraknosa. Bahkan perkembangan antraknosa selama penyimpanan bisa lebih cepat daripada ketika berada di pohonnya.

Karena ketika disimpan dalam karung, kelembapan dan suhu dalam karung lebih tinggi. Begitu pula ketika dalam proses pengiriman.

Apalagi jika pengiriman jarak jauh, misalnya dari Banyuwangi – Jakarta. Resiko macet di perjalanan, panas dan lembab membuat cendawan antraknosa bisa berkembang lebih parah.

Apakah ada treatment pada buah cabai selama proses penyimpanan? Ada, dan seharusnya sudah mulai diterapkan biar pengirimannya tidak kebut – kebutan dan tidak membahayakan pengendara lainnya.

Salah satu bahan yang bisa digunakan adalah minyak nilam.

Selain digunakan sebagai anti antraknosa selama penyimpanan, minyak nilam juga efektif mengatasi antraknosa ketika masih di pohon.

Minyak nilam tersusun dari senyawa – senyawa sebagai berikut:

  • Patchouli alkohol.
  • Kariofilen oksida.
  • Aristolone,
  • nookatone,
  • β-Vetivone,
  • α-Vetivone, dan
  • Corymbolone
  • Eugenol

Eugenol termasuk dalam komponen oxygenated monoterpen yang merupakan suatu senyawa fenol yang dapat bereaksi dengan basa kuat dan bersifat anti fungi.[4]

Bentuknya berupa minyak cair, tidak berwarna atau sedikit kekuningan, dan akan menjadi coklat jika kontak dengan udara.

Tapi tidak larut dalam air. Oleh sebab itu pelarutnya harus pelarut organik misalnya alkohol.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, penggunaan minyak nilam dapat menekan serangan antraknosa pada cabai dan bisa mempanjang umur simpan cabai.[4]

Dengan konsentrasi minyak nilam sebanyak 2,5%, kemampuannya dalam menekan antraknosa sama baiknya dengan fungisida kimia.

Sayangnya pembuatan larutan atau emulsi minyak nilam ini tidak gampang. Jika kita tidak begitu tahu dengan ilmu kimia, kita perlu bantuan mereka yang ahli.

4 . Getah pepaya betina untuk antraknosa

Getah pepaya memang sudah terkenal akan fungsinya yang bisa mengendalikan hama pada tanaman.

Selain sebagai antibakteri, getah pepaya juga dapat digunakan sebagai fungisida nabati.

Hal ini karena getah pepaya mengandung enzim kitinase.

Enzim kitinase ini dapat mendegadrasi atau merusak senyawa kitin. Kitin adalah penyusun dinding sel dari cendawan antraknosa.

Oleh sebab itu, jika dinding sel dari cendawan dapat dirusak, maka kemungkinan besar cendawan tersebut akan mati.

getah pepaya untuk menekan antraknosa pada cabai

Kenapa harus getah pepaya betina?Emm…Ini hanya pandangan ekonomis saja, menurut saya.

Seperti yang kita tahu, ada tiga jenis buah pepaya. Yaitu pepaya jantan, betina dan hermafrodit.

Kalau pepaya hermafrodit, buahnya sangat bernilai ekonomis. Karena buahnya:[5]

  • Memiliki daging buah yang tebal karena rongga buah yang kecil.
  • Rasanya enak.
  • Warna daging dan buahnya menarik.
  • Tekstur buah yang padat.
  • Rasa buah yang manis.

Sedangkan pepaya betina, sifat buahnya kebalikan dari itu semua. Kulitnya tebal, buahnya sedikit, tidak enak. Siapa yang mau beli buah seperti itu?

Kalau pepaya jantan? Pepaya jantan malah tidak berbuah sama sekali.

Jadi, menurut saya antara kualitas getah pepaya betina dan pepaya hermafrodit sama – sama baiknya.

Hanya saja, kalau pepaya hermafrodit kulit buahnya sudah digores – gores nanti menjadi tidak laku dijual. Atau harganya menjadi murah.

Jual di penjual jus buah dong? Kan mereka tidak men jus kulit pepaya. Hanya daging buahnya saja.

Jika ingin mendapatkan pepaya betina, perbedaan sumber benih akan menghasilkan jenis tanaman yang berbeda pula.

Buah pepaya bagian tengah dan ujung menghasilkan tanaman hermafrodit yang lebih banyak dibandingkan pada bagian pangkal dengan perbandingan 2:1 sampai 3:1.

Dengan kata lain, tanaman hermafrodit dapat dihasilkan dari benih yang berasal dari 1/3 ujung sebanyak 75%, 1/3 tengah 65%, dan 1/3 pangkal 50%.

Ok, problem solved. Kita kembali ke intinya.

Getah pepaya ini telah diuji pada jamur atau cendawan antraknosa dan hasilnya lumayan ok. Ok dalam menghambat dan mengendalikan antraknosa pada cabai.[5]

Konsentrasi yang paling efektif selama penelitian adalah sebanyak 4%. Pada konsentrasi tersebut, kemampuan getah pepaya dalam mengendalikan antraknosa mampu bersaing dengan fungisida kimia yang berbahan aktif mankozeb.

Tapi sayangnya selama riset getah pepaya dilarutkan dengan PDA (potato dextrose agar) cair. Ini menjadi sulit untuk ditiru di lapangan.

Tapi apakah getah pepaya tidak larut dalam air?

Sepertinya larut. Kita lihat pada kandungan getah pepaya bahwa kadar airnya sangat tinggi, yaitu sampai 82%. Kemungkinan getah pepaya ini bisa dilarutkan dalam air.

Kalau memang bisa larut, maka semuanya akan menjadi lebih mudah.

Untuk membuat larutan getah pepaya dengan konsentrasi 4%, kita hanya perlu mencampur 4 ml getah pepaya ke dalam 94 ml air.

Jika mau membuat larutan sebanyak 1 liter, maka getah pepayanya sebanyak 40 ml.

Saya kira cukup sampai sini, tentang antraknosa pada cabai. Semoga bisa berguna. Terima kasih.

Referensi

[1] Sarah Desmia Muchtar , Eny Widajati dan Giyanto. Pelapisan Benih Menggunakan Bakteri Probiotik untuk Mempertahankan Viabilitas Benih Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) selama Penyimpanan. Bul. Agrohorti 1 (4) : 26 – 33 (2014).

[2] Anna Tefa, Eny Widajati, Muhamad Syukur, Giyanto. Pemanfaatan Bakteri Probiotik Untuk Menekan Infeksi Colletotrichum acutatum dan Meningkatkan Mutu Benih Cabai (Capsicum annuum, L.) Selama Penyimpanan. Jurnal Pertanian Konservasi Lahan Kering International Standard of Serial Number 2477-7927.

[3] Nugroho Sulistyo Putro, Luqman Qurata Aini dan Abdul Latief Abadi. Pengujian Konsorsium Mikroba Antagonis Untuk Mengendalikan Penyakit Antraknosa Pada Cabai Merah Besar (Capsicum annuum L.). Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Jurnal HPT Volume 2 Nomor 4 Desember 2014.

[4] Desni Roha Miriam S. 2013. Minyak Nilam Sebagai Biofungisida Untuk Mengendalikan Penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici (Syd.) Butler & Bisby) Pada Buah Cabai. Skripsi. Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Bogor.

[5] Dedi Purnomo. 2008. Aplikasi Getah Dua Genotipe Pepaya Betina Sebagai Biofungisida Untuk Mengendalikan Penyakit Antraknosa (Colletotrichum Capsici (Syd.) Bult. Et. Bisby) Pada Cabai Merah Besar (Capsicum Annum L.). skripsi. Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *